Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

4.3.3 Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

Pada tahap evaluasi proses, menekankan pada proses kegiatan belajar siswa, kegiatan mengajar guru, kegiatan pembelajaran, sarana dan prasarana, serta dukungan masyarakat.

Dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 kegiatan belajar ABK dilakukan bersama-sama dengan anak normal agar memperoleh pendidikan yang sama, namun dalam pelaksanaannya ABK seringkali mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena guru belum memodifikasi Dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 kegiatan belajar ABK dilakukan bersama-sama dengan anak normal agar memperoleh pendidikan yang sama, namun dalam pelaksanaannya ABK seringkali mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena guru belum memodifikasi

yang berbeda-beda, kemudian dipadukan

dirancang dengan mempertimbangkan kondisi ABK (Maftuhatin, 2014: 208).

metode

yang

Pada proses pelaksanaan kegiatan mengajar guru dalam acuan Permendiknas No 70 Tahun 2009 guru kelas menerapkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat memberikan metode pembelajaran yang berbeda terhadap ABK sesuai dengan karakteristik ABK. Serta GPK mendampingi ABK pada saat pembelajaran. Namun pada kenyataannya di Sekolah guru-guru belum sepakat atau sehati untuk memberikan perhatian kepada para siswa peserta pendidikan inklusi. Guru juga tidak membedakan kurikulum dan materi atau bahan ajar secara terstruktur yang bisa mencover kondisi ABK. Kendala lain yang dialami, guru GPK masih kesulitan Pada proses pelaksanaan kegiatan mengajar guru dalam acuan Permendiknas No 70 Tahun 2009 guru kelas menerapkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat memberikan metode pembelajaran yang berbeda terhadap ABK sesuai dengan karakteristik ABK. Serta GPK mendampingi ABK pada saat pembelajaran. Namun pada kenyataannya di Sekolah guru-guru belum sepakat atau sehati untuk memberikan perhatian kepada para siswa peserta pendidikan inklusi. Guru juga tidak membedakan kurikulum dan materi atau bahan ajar secara terstruktur yang bisa mencover kondisi ABK. Kendala lain yang dialami, guru GPK masih kesulitan

kepada anak berkebutuhan khusus maka program ini jelas belum berjalan dengan baik, karena anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan dan perhatian khusus agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Penelitian Mitiku (2014) dengan judul “Challenges and Oppourtunities to Implement Inclusive Education ” juga menemukan kurangnya kesadaran, komitmen dan kerjasama pendidik dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi. Sedangkan yang ditemukan peneliti di Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga sudah ada kesadaran dari guru untuk melaksanakan program pendidikan inklusi, hanya terkadang guru mengalami kesulitan untuk menangani anak berkebutuhan khusus karena belum sesuai kualifikasi kompetensinya.

memberikan

perhatian

Berdasarkan acuan dari Permendiknas No 70 Tahun 2009 dalam kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan program pendidikan inklusi harus sesuai dengan kebutuhan siswa dengan setting kelas inklusi, kemudian guru menggunakan strategi variatif dan PAKEM sesuai karaketeristik kebutuhan siswa, serta guru seharusnya melakukan proses penilaian hasil belajar secara beragam dan berkesinambungan sesuai dengan kondisi siswa. Sedangkan di Sekolah dalam kegiatan pembelajaran anak berkebutuhan khusus mengikuti dan mendapatkan materi yang sama dengan anak normal, dalam hal pemakluman guru harus

adanya anak berkebutuhan khusus tapi tidak dapat memberikan perhatian secara khusus. Proses penilaian dari hasil belajar anak berkebutuhan khusus juga masih disamakan dengan anak normal. Padahal dalam Direktorat PPK-LK (2011: 11) untuk mengoptimalkan layanan pendidikan di Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, dalam pengelolaannya perlu memperhatikan penerapan sistem manajemennya berbasis

memaklumi

dengan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian, pengawasan dan pengevaluasian, baik yang berkaitan

Sekolah

dalam dalam

Mengenai sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi seharusnya ada penyediaan secara umum dan ada juga secara khusus yang bersifat aksesibel untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini juga diungkapkan oleh penelitian Sari (2012) dengan judul “Pelaksanaan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri 14 Pakan Sinayan

Payakumbuh” bahwa sarana dan prasarana adalah salah satu faktor penting dalam penentu keberhasilan

program inklusi. Namun Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga dalam pemenuhan sarana dan prasarananya masih mengalami kendala karena hanya mendapat dukungan dari sebagian orangtua siswa dan dana BOS, maka sarana dan prasarana yang ada masih terbatas dan masih belum aksesibel untuk ABK. Sekolah telah melakukan pengajuan proposal kepada Dinas untuk pengadaan dana akan tetapi belum mendapat respon. Padahal terdapat penjelasan yang mengatakan bagi Sekolah yang melaksanakan program pendidikan inklusi hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan dapat menjamin kebutuhan peserta didik, sehingga proses program inklusi. Namun Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga dalam pemenuhan sarana dan prasarananya masih mengalami kendala karena hanya mendapat dukungan dari sebagian orangtua siswa dan dana BOS, maka sarana dan prasarana yang ada masih terbatas dan masih belum aksesibel untuk ABK. Sekolah telah melakukan pengajuan proposal kepada Dinas untuk pengadaan dana akan tetapi belum mendapat respon. Padahal terdapat penjelasan yang mengatakan bagi Sekolah yang melaksanakan program pendidikan inklusi hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan dapat menjamin kebutuhan peserta didik, sehingga proses

Berdasarkan acuan dari Permendiknas No 70 Tahun 2009 menyatakan perlu adanya dukungan dari pemerintah, masyarakat dan instansi terkait dalam proses pelaksanaan program pendidikan inklusi yang dapat berperan dalam perencanaan, penyediaan tenaga ahli, mengambil keputusan, pelaksanaan pembelajaran, pendanaan, pengawasan, penyaluran lulusan. Sedangkan untuk dukungan masyarakat di Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga telah mendapat dukungan dari sebagian orangtua ABKdan menjalin kerjasama dengan beberapa instansi namun belum maksimal. Mengenai penyelenggaraan program pendidikan

Sekolah belum menyampaikan kepada Komite. Padahal untuk berjalannya sebuah program harus adanya kerjasama yang baik antara Sekolah dengan Pemerintah, masyarakat, dan instansi untuk mewujudkan program secara maksimal. Hal ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Mitiku, dkk (2014) dengan judul “Challenges and Opportunities to Implement Inclusive Education ” yang mengatakan pada implementasi penuh dari pendidikan inklusi harus ada kerjasama yang kuat antar pemangku

inklusi

Kepala Kepala

badan-badan yang bersangkutan untuk mewujudkan perjalanan menuju pendidikan inklusi.

dan

Kesenjangan yang terjadi pada tahapan evaluasi proses adalah pada kegiatan belajar siswa, ABK masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran karena siswa tidak mendapatkan layanan khusus saat proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan mengajar guru masih menggunakan materi atau bahan ajar secara umum dan belum didesain dengan mempertimbangkan adanya ABK dan GPK belum bisa sepenuhnya melakukan pendampingan terhadap ABK. Saat kegiatan pembelajaran ABK dalam proses pembelajaran masih mengikuti dan mendapatkan materi yang sama dengan anak normal, guru memaklumi adanya ABK tapi tidak untuk dikembangkan, serta untuk proses penilaian bagi ABK juga masih disamakan dengan anak normal. Penyediaan sarana dan prasarana hanya diambil dari dana BOS saat diperlukan baru diajukan. Dukungan masyarakat hanya sebagian dari orangtua ABK dan menjalin kerjasama dengan instansi, namun belum maksimal. Mengenai program pendidikan inklusi komite masih belum disampaikan oleh Kepala Sekolah.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Critical Events Model

0 2 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatih

0 0 68

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

0 1 61

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Evaluasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 98

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pendidikan Inklusi 2.1.1 Pendidikan Inklusi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 31