Evaluasi Instalasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

4.3.2 Evaluasi Instalasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

Evaluasi instalasi dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi ini meliputi dasar adanya rencana pelaksanaan tentang peserta didik, sistem assesmen pembelajaran,

tenaga pendidik, rancangan kegiatan pembelajaran, saran dan prasarana, pembiayaan dan dukungan masyarakat. Dokumen yang digunakan sebagai acuan dalam rencana pelaksanaan program pendidikan inklusi dalam penelitian ini adalah Permendiknas No 70 tahun 2009.

kurikulum,

Peserta didik dalam acuan Permendiknas No 70 Tahun 2009 mengenai rancangan dalam tahap instalasi harusnya Sekolah menerima anak normal dan ABK, untuk penerimaan peserta didik baru dilakukan identifikasi agar dapat mendeteksi siswa dilakukan tes. Untuk Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga menerima anak normal dan ABK, tetapi untuk penerimaan peserta didik baru belum ada rencana pelaksanaan yaitu tidak ada tes masuk Sekolah. Belum ada rencana pelaksanaan dalam sistem assesmen pembelajaran, di Sekolah sebaiknya dirancang untuk mengetahui kondisi siswa yang meliputi aspek kompetensi, potensi dan karaketeristik Peserta didik dalam acuan Permendiknas No 70 Tahun 2009 mengenai rancangan dalam tahap instalasi harusnya Sekolah menerima anak normal dan ABK, untuk penerimaan peserta didik baru dilakukan identifikasi agar dapat mendeteksi siswa dilakukan tes. Untuk Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga menerima anak normal dan ABK, tetapi untuk penerimaan peserta didik baru belum ada rencana pelaksanaan yaitu tidak ada tes masuk Sekolah. Belum ada rencana pelaksanaan dalam sistem assesmen pembelajaran, di Sekolah sebaiknya dirancang untuk mengetahui kondisi siswa yang meliputi aspek kompetensi, potensi dan karaketeristik

Berdasarkan Permendiknas No 70 Tahun 2009 dalam komponen kurikulum seharusnya dirancang berdasarkan standar nasional dengan dilakukan modifikasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa terkhusus juga untuk ABK. Keadaan yang sesungguhnya di Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga menggunakan kurikulum nasional dan belum membuat rancangan untuk memodifikasi kurikulum tersebut. Pada saat ini Sekolah hanya membuat program layanan tentang keterampilan bagi ABK. Seharusnya untuk rencana pelaksanaan program pendidikan inklusi modifikasi kurikulum dilakukan untuk menyederhanakan kurikulum pada realitas yang komplek, selain itu rencana pelaksanaan dalam memoodifikasi

dilakukan untuk memfokuskan pada praktek pembelajaran. Adapun tim pengembang kurikulum terdiri dari Kepala Sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus, konselor, psikolog, dan ahli lain yang terkait (Ilahi, 2013; 171, Kemendikbud, 2013:

kurikulum

42, Tarmansyah, 2007: 145). Acuan Permendiknas No 70 Tahum 2009 menyatakan pemerintah menyediakan SDM yang 42, Tarmansyah, 2007: 145). Acuan Permendiknas No 70 Tahum 2009 menyatakan pemerintah menyediakan SDM yang

sesuai dengan keahliannya

kompetensi

untuk menangani ABK dan meningkatkan kompetensinya dengan memberikan pelatihan-pelatihan, seminar dan workshop tentang pendidikan inklusi. Kenyataan yang terjadi di Sekolah dimana Dinas hanya menunjuk 2 GPK untuk

menangani 9 ABK sedangkan guru tersebut merupakan guru mata pelajaran dan belum memiliki keahlian untuk menangani ABK. Peran guru kelas dan guru mata pelajaran masih sangat kurang kesadaran untuk mau membantu, dalam hal peningkatan kompetensi guru dan GPK juga masih sangat kurang. Seharusnya Sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi guru harus memiliki standar kualifikasi yang telah ditentukan dan memiliki kompetensi dalam menangani ABK, serta guru yang berperan meliputi guru kelas, guru mata pelajaran dan GPK (Kemendikbud, 2012: 43, Kustawan, 2012: 73).

Acuan Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikembangkan

mempertimbangkan perbedaan individu bagi ABK. Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga belum memiliki rencana pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran yang dikembangkan secara

dengan dengan

dan prasarana penyelenggaraan

Ketersediaan

sarana

pendidikan inklusi seharusnya mendukung dan memenuhi kebutuhan siswa termasuk kebutuhan ABK. Hal ini ditujukan agar anak berkebutuhan khusus mampu mengikuti pembelajaran

program

diselenggarakan. Pada kenyataannya di Sekolah mengenai rencana pelaksanaan dalam penyediaan sarana dan prasarana secara umum sudah cukup namun untuk menunjang kebutuhan ABK masih kurang memadai. Hal ini terjadi karena dalam pemenuhannya menunggu saat siswa membutuhkan saja, sehingga ABK tidak terlayani dengan baik. Padahal temuan dari penelitian Sari (2012) dengan judul “Pelaksanaan Inklusi di Sekolah

yang

14 Pakan Sinayan Payakumbuh” bahwa sarana dan prasarana adalah

Dasar

Negeri

salah satu faktor penting dalam penentu keberhasilan program inklusi. Sehingga guru-guru dan Kepala Sekolah harus bertanggung jawab dalam penyediaan faktor pendukung dan proses pelaksanaan agar program inklusi dapat berjalan dengan baik. Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga sudah berusaha untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dapat mencover ABK, sedangkan dalam temuan Sari tidak terlaksana dengan baik. Maka seharusnya Sekolah yang melaksanakan program pendidikan inklusi hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan dapat menjamin kebutuhan peserta didik agar proses pembelajaran dapat dilakukan dengan baik khususnya bagi anak berkebutuhan khusus (Kustawan, 2012: 80).

Pembiayaan dan dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan program pendidikan menjadi tanggung

baik pemerintah, masyarakat dan instansi. Namun pemerintah kurang peduli dengan proses pelaksanaannya, mengenai hal pembiayaan pun ketika Sekolah mengajukan dana untuk kebutuhan anak berkebutuhan khusus pemerintah belum merespon. Masyarakat dan beberapa intansi yang membantu penyelenggaraan program pendidikan inklusi belum maksimal.

jawab

bersama

Sehingga untuk pembiayaannya Sekolah harus mengambil dari dana BOS yang sesungguhnya masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan siswa terutama ABK. Keuangan dan peran masyarakat merupakan faktor penting bagi terlaksana program pendidikan inklusi di Sekolah (Kartikha, 2016).

instalasi terdapat kesenjangan yang muncul yaitu tidak ada tes pada saat penerimaaan peserta didik. Dalam sistem assesemen pembelajaran belum adanya rencana pelaksanaan dalam penilaian khusus bagi anak berkebutuhan khusus. Kurikulum belum adanya rencana modifikasi sesuai dengan kondisi dan keadaan anak berkebutuhan khusus, hanya ada rancangan program tahunan layanan inklusi bagi anak

Tahapan

evaluasi

yaitu tentang pembelajaran keterampilan. Penyediaan SDM dari Dinas menyediakan 2 GPK bagi ABK dan mengenai peningkatan kompetensi guru masih minim. Rancangan pembelajaran masih bersifat umum, belum di rancang metode, media, materi atau bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan program inklusi terkhusus dapat mencakup anak berkebutuhan khusus.

berkebutuhan

khusus

Komponen Sarana dan prasarana belum adanya rencana pelaksanaan yang aksesibel untuk ABK dan masih kurang memadai untuk kebutuhan ABK, sehingga guru mengalami kendala saat mengajar. Mengenai komponen pembiayaan hanya mendapat dari dana BOS dan sebagian dari orangtua ABK belum adanya bantuan dari pihak lainnya terutama dari Dinas, Sekolah sudah mengajukan proposal namun belum mendapat respon. Pada komponen dukungan masyarakat Sekolah hanya mendapat dukungan dari orangtua anak berkebutuhan khusus dan beberapa instansi tetapi masih kurang maksimal.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Critical Events Model

0 2 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatih

0 0 68

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

0 1 61

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Evaluasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 98

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pendidikan Inklusi 2.1.1 Pendidikan Inklusi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 31