Lembaga-Lembaga Peradilan Kasunanan sebelum penetrasi Pemerintah
2. Lembaga-Lembaga Peradilan Kasunanan sebelum penetrasi Pemerintah
Kolonial Belanda
Keraton Kasunanan Surakarta sebagai suatu bentuk kerajaan, memiliki sebuah struktur pemerintahan yang tersusun atas beberapa lembaga, diantaranya adalah lembaga pengadilan. Secara kelembagaan, pengadilan keraton merupakan
Selain itu, sistem peradilan keraton adalah lembaga penegak hukum yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan tindak kejahatan yang dapat mengancam eksistensi kekuasaan raja.
Lembaga pengadilan merupakan bentuk sistem hukum yang mengatur ketertiban dan keamanan kerajaan. Kebutuhan ini mutlak perlu dilaksakan untuk kesejahteraan rakyat. Keraton Kasunanan Surakarta sebagai kelanjutan Kerajaan Mataram memiliki sistem peradilan yang dijalankan menurut aturan dan norma yang telah disepakati antara Raja-Raja Kasunanan dengan Pemerintah Kolonial Belanda (Riyanto, 1996: 17).
Peradilan Swapraja Kasunanan Surakarta memiliki empat lembaga peradilan, yaitu: Pengadilan (Raad) Balemangu, Pengadilan (Raad) Pradata Kadipaten , Pengadilan (Raad) Surambi dan Pengadilan (Raad) Pradata (Serat Perjanjian Dalem Nata, hal.41).
a Pengadilan Balemangu
Pengadilan Balemangu sudah ada sejak Keraton Mataram berada di Kartasura. Pengadilan Balemangu diselenggarakan di kepatihan dan dipimpin oleh patih sebagai hakim kepala. Apabila ada penduduk Jawa melakukan tindak kejahatan atau pelanggaran hukum, meskipun orang tersebut bekerja di kantor Pemerintah Kolonial Belanda, perkaranya harus diselesaikan di Pengadilan Balemanggu Kepatihan (Serat Perjanjian Dalem Nata, bab 7 dan 8).
Pengadilan Balemangu ditugaskan untuk menjalankan pengadilan administratif . Pada perkembangan selanjutnya, pengadilan ini hanya khusus menangani persoalan agraria diantara para lurah. Dengan bekel-bekel desa serta pengadilan antara priyayi tinggi dan priyayi rendahan. Pengadilan Balemangu merupakan mahkamah patih dan nayaka-nayakanya (nayaka njaba dan njero). Proses pengadilannya berlangsung di Balemangu yang terletak di halaman tempat tinggal patih. Sifat Pengadilan Balemangu bertolak belakang dengan Pengadilan Pradata yang menangani masalah kriminal (Rouffaer, 1931: 636).
Pengadilan Balemangu di Keraton Kasunanan Surakarta diketuai oleh Pengadilan Balemangu di Keraton Kasunanan Surakarta diketuai oleh
Pengadilan Balemangu dihapus dari Pemerintahan Keraton Kasunanan Surakarta sejak tahun 1847. Hal ini merupakan implikasi dari perjanjian antara Sunan dengan Residen J.F.W van Nes. Sebelum Pengadilan Balemangu dihapus, kepala pengadilannya menyelesaikan perkara-perkara yang terkait dengan tuan tanah dan bekel, namun setelah tahun 1847, wewenang kepala Pengadilan Balemangu sebagai ketua Pengadilan Pradata Negeri yang menangani berbagai masalah (Thieme, 1917: 109).
b Pengadilan Pradata Kadipaten
Pengadilan Pradata Kadipaten terdiri dari beberapa pangeran dan tumenggung yang akan diangkat oleh Sri Paduka Susuhunan. Semua perselisihan diantara sentana dalem, dan perselisihan dimana para sentana dalem menjadi pihak yang digugat, akan diselesaikan melalui pengadilan ini. Mengenai keputusan kadipaten dapat diajukan appel (banding) kepada Pradata (Staatsblad 1847 nomor 30, hal. 2).
Pradata Kadipaten merupakan lembaga pengadilan yang menangani perkara sejumlah pangeran dan pejabat keraton yang diangkat berdasarkan keinginan Sunan. Semua anggota keluarga Sunan, sampai keturunan ke empat yang melakukan kejahatan atau pelanggaran diajukan ke Pengadilan Kadipaten. Anggota dalam pengadilan Pradata Kadipaten dipegang oleh seorang ketua pepatih dalem . Pengadilan Kadipaten harus mengirimkan keputusannya kepada penguasa kerajaan atau pejabat pangreh praja untuk mendapat persetujuan. Keputusan hukuman mati dari Pengadilan Kadipaten memerlukan tanda tangan Sunan , termasuk fiat executio (ijin melakukan eksekusi) dari Gubernur Jendral Pradata Kadipaten merupakan lembaga pengadilan yang menangani perkara sejumlah pangeran dan pejabat keraton yang diangkat berdasarkan keinginan Sunan. Semua anggota keluarga Sunan, sampai keturunan ke empat yang melakukan kejahatan atau pelanggaran diajukan ke Pengadilan Kadipaten. Anggota dalam pengadilan Pradata Kadipaten dipegang oleh seorang ketua pepatih dalem . Pengadilan Kadipaten harus mengirimkan keputusannya kepada penguasa kerajaan atau pejabat pangreh praja untuk mendapat persetujuan. Keputusan hukuman mati dari Pengadilan Kadipaten memerlukan tanda tangan Sunan , termasuk fiat executio (ijin melakukan eksekusi) dari Gubernur Jendral
Bangsawan yang berhak mendapat forum privilegiatum, antara lain: 1) Bini-bini sah atau tidak sah dari raja yang masih memerintah, 2) Bini-bini sah dari raja yang telah pernah memerintah, 3) Sanak saudara atau sanak kawin dari raja-raja yang masih dan tidak memerintah, e) Mangkubumi, Hoofd Pangoeloe, Bupati Nayoko, Bupati Patih Kadipaten dan bini padmi dan selir mereka serta nyai arie wedono keparak (Staatsblad van Nederlandsch Indie 1903 no. 8).
Kasus yang dilakukan oleh bangsawan yang mendapat hak forum privilegiatum tidak ditangani hakim di Pengadilan Rol Polisi (Rol Polisi merupakan badan peradilan yang didirikan sejak tahun 1903 sebagai Lembaga Peradilan Gubernemen. Rol Polisi berwenang dalam menangani masalah pelanggaran kecil yang dilakuakan oleh kawula dalem sedangkan pelanggaran yang dilakukan rakyat di wilayah Gubernemen diselesaikan melalui Landraad, yang dikepalai oleh hakim bangsawan (Bromartani, 30 April 1911).
c Pengadilan Surambi
Pengadilan Surambi sudah ada sejak jaman Kerajaan Mataram di Kartasura. Ketua Pengadilan Surambi adalah mas penghulu atau ulama tinggi Keraton Kasunanan Surakarta. Pengadilan Surambi menangani masalah nikah, talak, maskawin, nafkah, gono-gini, sengketa perkawinan, waris dan wasiat (Staatsblad van Nederlandsch Indie 1930 nomor 6). Penghulu bekerja sama dengan 8 orang ketib, dan enam orang modin, dua atau tiga orang ngulomo (ilmuwan agama), seorang kori (penjaga pintu) dan seorang jaksa. Jaksa Pengadilan Surambi menjatuhkan vonis menurut kitab hukum Arab yang disebut kitab .
Tugas dan wewenang Pengadilan Surambi didasarkan pada piagam
Besari di Tegalsari, Panaraga. Dari piagam tersebut menjelaskan bahwa tugas dan wewenang Pengadilan Surambi sangat luas. Berikut kutipan dari piagam tersebut yang diawali dengan kalimat: “…. Penget layang manira parintah papacak …” (Pawarti Soerakarta, 1939: 90). Terjemahannya: “….. surat perintah yang ditujukan kepadamu……” Kemudian dilanjutkan dengan kalimat :
“lan manira wenangake Kyai Kasan Besari angukumi salaki-rabi kang wus kangge kaya lakune nagara, kaya nafkah, waris, talak, lan sapepadane kaya utang putang, titip gadhe, lan sepadhane den ukumana kalawan adil, amung bab kisas lan kethok iku ora manira wenangake, lan manira idini pasha ” (Pawarti Soerakarta, 1939: 90).
Terjemahannya: “Dan kuberikan wewenang kepada Kyai Kasan Besari untuk
mengatur masalah perkawinan yang sudah berlaku di negara, seperti nafkah, warisan, cerai, hutang piutang, gadai menggadai, agar supaya diberi hukuman yang adil, tetapi hukum kisas dan potong tidak diijinkan, yang
boleh hanya hukuman puasa” (Pawarti Soerakarta, 1939: 90).
Juga diterangkan dalam Kabar Paprentahan tahun 1932 sebagai berikut:
“Pengadilan Dalem ingkang kapasrahan ing pangulon punika
ageng sanget, kajawi amriksa tuwin amutusai sadaya prakawis para paben ing ngatasing panguwaos bab warisan, salaki-rabi, pegatan, gana-gini, warisan, tuwin sapanunggilipun ugi kabubuhan amancasi karampunganipun Rad Pradata, Balemangu ingkang kauluraken wonten ing Rad Surambi Dalem, manawi dereng andadosaken panarimanipun ingkang sami prakawisan” (Kabar Paprentahan, 1932: 90).
Terjemahannya: “Pengadilan yang diserahkan kepada Penghulu mempunyai tugas
yang berat, selain memeriksa serta memutuskan semua perkara semua perkara dalam penguasaan masalah warisan, perkawinan, perceraian, gono- gini, juga berwenang menyelesaikan perkara banding dari pengadilan Pradata, dan Balemangu apabila belum menjadikan terima bagi yang berperkara” (Kabar Paprentahan, 1932: 90).
Perkembangan selanjutnya pada masa Pemerintahan Paku Buwana VII, Pengadilan Surambi hanya diberi wewenang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan agama Islam seperti dalam Staasblad tahun 1847 sebagai
”Kang dadi panggedhening Surambi, mas Pangulu akanthi ngulama
sawatara, dadiya kancane ambeneri apadene kang gawe Pangulu lan kancane mau. Sarta anamtokake keh sethithiking kang angrembug prakara ana ing Surambi, atas Ingkang Sinuhun kangjeng Susuhunan, ingkang kagungan pangawasa ” (Staasblad van Nederlands Indie 1847 nomor 30: 2).
Terjemahannya: “Yang jadi pembesar Surambi adalah mas Penghulu dengan ulama
tinggi, yang menjadi teman dalam membenarkan apa yang menjadi keputusan Penghulu. Serta menentukan banyak sedikitnya perkara dalam pengadilan Surambi di bawah kekuasaan Kanjeng S usuhunan” (Staasblad van Nederlands Indie 1847 nomor 30: 2).
Disamping kewenangan tersebut diatas kekuasaan dalam Serat Angger Gunung juga disebutkan:
”Dene wong kang oleh parentah, yen kongsi atatu utawa mati
mangka ahli warise ora trima, iya mulura padune menyang Pradataningsun, banjur kaunggahake ing Surambi mangka dadi panggugat mau, iya banjur ukumane apa saukumane Raja pati ” (Roorda, 1844: 88).
Terjemahannya: “Apabila orang yang mendapat perintah luka atau mati padahal
saudaranya tidak terima, maka urusannya diselesaikan di pengadilan Pradata, kemudian banding di pengadilan Surambi, kemudian diberikan hukuman yang setara dengan hukum mati” (Roorda, 1844: 88).
Pada masa akhir Pemerintahan Paku Buwana VII kewenangan Pengadilan Surambi semakin dipersempit, karena lembaga pengadilan ini bukan lagi sebagai Pengadilan bandingan dari dua lembaga pengadilan yang lain. Bahkan kewenangan mengadili perkara-perkara selain perkara keluarga seperti: pernikahan, perceraian dan warisan tidak diperkenankan. Selain dari perkara- perkara yang telah disebutkan, termasuk perkara kriminal tidak boleh ditangani oleh Pengadilan Surambi. Mengenai hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
“Perkara kang dadi bubuhane Surambi angrampungi iki sarupane bab salaki-rabi, talak, waris, wasiat, sarta para padu liyane kang saking awit salaki-rabi, talak, wasiat, wau, apadene wewenange Surambi angrampungi prakara liyane iku, utawa matrapi paukuman marang sarupane kadurjanan iku ing saiki kasuwak, sarta banget kapacuhan, ora kena pisan-
pisan anindakake ” (Kabar Paprentahan, 1932: 91).
“Perkara yang menjadi wewenang pengadilan Surambi berupa masalah pernikahan, perceraian, pembagian harta, serta perselisihan lain yang diakibatkan masalah perkawinan, perceraian, pembagian warisan. Surambi juga tidak boleh mengurusi perkara kriminal dan dilarang keras
untuk melakukan hukuman itu” (Kabar Paprentahan, 1932: 91).
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa kekuasaan Pengadilan Surambi telah dibatasi dan hanya mengurus perkara kekeluargaan antara lain: salaki-rabi, talak, waris, wasiat . Pengadilan ini sudah tidak berwenang mengurusi masalah kadurjanan (kriminal).
Surambi mengalami pengurangan tugas dan wewenangnya, dalam pelaksanaan Pengadilan Surambi juga mengalami perubahan jumlah orang yang menjalankan Pengadilan Surambi. Setelah terjadi perubahan, pegawai Pengadilan Surambi terdiri dari penghulu kepala sebagai ketua dan beberapa pegawai keagamaan sebagai anggota. Adanya pelimpahan perkara yang tidak dapat diselesaikan baik di Pengadilan Pradata maupun di Pengadilan Balemangu kepada Pengadilan Surambi menunjukkan adanya percampuran antara hukum yang bersifat khusus dan umum. Sebenarnya percampuran tersebut tidak menjadi masalah bagi Pengadilan Surambi, karena Pengadilan Surambi yang mendasarkan pada kitab Al Quran dan Hadits memuat semua permasalahan hidup manusia semenjak ia lahir sampai meninggal dunia.
Keputusan pengadilan surambi dapat dimintakan banding ke Pengadilan Pradata Gedhe, tersirat dalam teks berikut:
“Pangadilan Pradata Gedhe kabubuhan mariksa lan ngrampungi
kang dhisik dhewe sarupane prakara padu lan kadurjanan sarta kabubuhan amancasi karampungan Raad Surambi, Kabupaten, lan Kadipaten banding ana pangadilan Pradata Gedhe ” (Rijksblaad Surakarta 1930 nomor 6: 101).
Terjemhannya: “Pengadilan Pradata Gedhe berwenang memeriksa dan
menyelesaikan perkara perselisihan dan kriminal dan berwenang menyelesaikan banding dari pengadilan Surambi, Kabupaten dan K adipaten” (Rijksblaad Surakarta 1930 nomor 6: 101).
Pengadilan Pradata adalah merupakan salah satu pengadilan tertua di Kasunanan Surakarta selain Surambi. Pengadilan Pradata berwenang untuk menangani perkara-perkara kriminal, misalnya, pembunuhan, penyiksaan, dan sejenisnya. Lembaga pengadilan ini mempunyai susunan sebagai berikut: (1) Ketua : Seorang Wedana Jaksa, (2) Pembantu: Dua belas orang Mantri Jaksa, yang terdiri dari: (a) Seorang dari Kepatihan, (b) Seorang dari Kadipaten Anom, (c) Seorang dari Pangulon, (d) Seorang dari Prajurit, dan (e) Delapan abdi dalem Bupati Nayak a (Serat Nitik Keprajan, 1936: 156).
Hari untuk Pengadilan Pradata adalah kamis, dimana jaksa sebagai penuntut dan raja sebagai hakim. Hari untuk perkara sipil adalah senin (Rouffaer, 1932: 66). Sejak pemerintahan Paku Buwono IV, wedana jaksa diberi gelar Raden Tumenggung , sebelumnya hanya bergelar Raden Ngabehi. Bagi Pengadilan Pradata , buku hukumnya adalah Nawala Pradata, Angger Ageng, Angger Arubiru dan Angger Sepuluh (Rouffaer, 1932: 72).
Dalam perkembangannya, Pengadilan Pradata mendapatkan pelimpahan perkara dengan dihapuskannya Pengadilan Balemangu pada tahun 1847. Pengadilan Pradata ini juga dibentuk di luar ibukota Keraton Kasunanan Surakarta seperti di daerah Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura, dan Sragen. Pengadilan-pengadilan Pradata di daerah tersebut diberi otonomi oleh Sunan pada tahun 1847 atas desakan Residen Keuchenius (1871-1875). Dibentuknya pengadilan-pengadilan di daerah tersebut bertujuan untuk membatasi kekuasaan pengadilan di pusat. Sejumlah bupati yang memimpin di daerah-daerah tersebut diangkat oleh Sunan atas persetujuan dari Residen. Mengenai tugas dari para bupati dan patih dalem sudah ditetapkan oleh Sunan. Keamanan dan ketentraman di daerah-daerah menjadi tanggung jawab para bupati kepada pepatih dalem. (Staasblad van Nederlands Indie 1847 nomor 30).
Akibat dihapuskannya Pengadilan Balemangu, maka Pengadilan Pradata kebanjiran urusan atau perkara. Kecuali ditambah hari sidangnya, juga didirikan 2 bagian dari pengadilan tersebut, antara lain: (a) Urusan Perkara Pidana. Dikepalai Akibat dihapuskannya Pengadilan Balemangu, maka Pengadilan Pradata kebanjiran urusan atau perkara. Kecuali ditambah hari sidangnya, juga didirikan 2 bagian dari pengadilan tersebut, antara lain: (a) Urusan Perkara Pidana. Dikepalai