Prosedur Penelitian
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian dari awal yaitu persiapan membuat proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Empat tahap yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian yaitu; heuristik, kritik, interpretasi , dan historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Jejak / Peristiwa Fakta Sejarah Sejarah
Keterangan :
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya memperoleh. Dalam pengertian yang lain, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber lain yang relevan dengan penelitian. G.J Renier yang dikutip Dudung Abdurrahman (1999: 55) menyatakan heuristik merupakan suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu heuristik tidak mempunyai peraturan umum menurut Sidi Gazalba (1981: 115), heuristik adalah mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian.
Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, surat kabar atau sumber lain yang relevan. Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun sekunder. Sumber tertulis primer berupa dokumen, babad, serat dan arsip yang meliputi: Serat Angger-Anggeran Jawi (di dalamnya terkandung: Serat Angger Nawala Pradata, Angger Gunung, Angger Sadasa, Angger Ageng, Angger Arubiru), Undang-Undang Pranata Perjanjian Nagari Surakarta, Rijksblaad Soerakarta tahun 1903, Stasblaad van Nederlandsch indie tahun 1847, Babad Sala, Serat Perjanjian Dalem Nata, Pangreh Pradja Bond, Serat Raja Kapa-Kapa, Serat Wulangreh.
Sumber data sekunder yang digunakan antara lain: Darsiti Soeratman judul buku Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, M.C. Ricklefs judul buku Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi, G. Moedjanto judul buku
1200-2008 , K.P.H. S. Puspaningrat judul buku Mengenal Sri Susuhunan Pakoe Boewono X Karaton Surakarta , Denys Lombard judul buku Nusa Jawa Silang Budaya Jilid I, II, III , G.D. Larson judul buku Masa Menjelang Revolusi Kraton Dan Kehidupan Politik di Surakarta 1912-1942 , Vincent Houben judul buku Keraton dan Kompeni. Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870 , Daniel S. Lev judul buku Hukum dan Politik di Indonesia, Soerjono Soekanto judul buku Pokok- pokok Sosiologi Hukum , G.P Rouffaer judul buku Vorstenlanden, Kuntowijoyo judul buku Raja, Priyayi dan Kawula, Suhartono judul buku Apanage dan Bekel.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dengan mengunjungi beberapa perpustakaan diantaranya Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran Surakarta, Perpustakaan Sana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta, Perpustakaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Museum Radya Pustaka Surakarta .
2. Kritik
Kritik adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber (Suhartono W. Pranoto, 2006: 35). Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah sumber-sumber sejarah itu sejati atau otentik dan dapat dipercaya atau tidak. Kritik dilakukan juga untuk mendapatkan keabsahan sumber. Dalam memperoleh keabsahan sumber, dilakukan uji keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern dan keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) melalui kritik ekstern (Dudung Abdurrahman, 2007: 68).
a. Kritik Intern Kritik intern berhubungan dengan kredibilitas dan reabilitas isi dari a. Kritik Intern Kritik intern berhubungan dengan kredibilitas dan reabilitas isi dari
Kritik intern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain. Sumber tersebut sesuai dengan yang ada atau banyak dipengaruhi oleh subjektifitas pengarang, dan apakah sumber tersebut sesuai dengan tema penelitian atau tidak. Misalnya buku Mengenal Sri Susuhunan Pakoe Boewono X Karaton Surakarta karangan K.P.H. S. Puspaningrat yang memuat tentang riwayat Paku Buwono X dibandingkan dengan Buku Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939 karangan Darsiti Soeratman.
b. Kritik Ekstern Kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Menurut Dudung Abdurrahman (2007: 68-69), uji otensitas minimal dilakukan dengan pertanyaan kapan, dimana, siapa, bahan apa serta bentuknya bagaimana sumber itu dibuat. Sebelum semua kesaksian dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekontruksi masa lalu, maka terlebih dahulu dilakukan pemerikasaan ketat.
Kritik ekstern dilakukan dengan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sebuah sumber sejarah. Kritik ekstern berguna untuk memeriksa sumber sejarah dan menjaga keaslian serta keutuhan sumber tersebut. Menurut Suhartono W. Pranoto (2006: 36), kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu Kritik ekstern dilakukan dengan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sebuah sumber sejarah. Kritik ekstern berguna untuk memeriksa sumber sejarah dan menjaga keaslian serta keutuhan sumber tersebut. Menurut Suhartono W. Pranoto (2006: 36), kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut pula dengan analisis sejarah. Interpretasi merupakan suatu kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya analisis data. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk menafsirkan data yang diperoleh, kemudian mencari kaitan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Setelah itu data yang salin berkaitan dihubungkan sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh kemudian menjadi suatu fakta sejarah yang dapat dijadikan sebagai data sejarah.
Menurut Nugroho Notosusanto (1978 : 40), interpretasi adalah suatu usaha menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta yang ada, kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis.
Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (2007: 73) bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisa.
Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan menyeleksi dan menafsirkan tulisan buku dengan penentuan periodisasi, merangkaikan data secara Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan menyeleksi dan menafsirkan tulisan buku dengan penentuan periodisasi, merangkaikan data secara
Fakta-fakta yang didapat kemudian ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan arti yang sebenarnya, sehingga dapat dipahami makna sesuai dengan pemikiran yang relevan, logis dan berdasarkan obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah.
4. Historiografi
Tahap historiografi merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian sejarah. Historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan pikiran kritis dan analisis (Hellius syamsudin, 1996: 153).
Historiografi merupakan langkah merangkai fakta sejarah menjadi cerita sejarah yang dilakukan dengan cara menyalin buku-buku literatur, surat kabar, dan sumber tertulis lainnya. Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya.