Dimensi Work-family Conflict Pengaruh Work-Family Conflict Terhadap Work Engagement Pada Pegawai Negeri Sipil

tuntutan dari pekerjaan bertentangan atau tidak sesuai dengan tuntutan dari keluarga. Dari definisi yang diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa work family conflict adalah konflik yang terjadi karena ketidakmampuan menyeimbangkan tuntutan keluarga dan pekerjaan.

2. Dimensi Work-family Conflict

Work-family conflict WFC terdiri dari dua aspek yaitu work interfering with family WIF dan family interfering with work FIW Frone Cooper, 1992; Greenhaus Beutell, 1985. Adapun asumsi dari work interfering with family lebih dikarenakan akibat tuntutan waktu yang terlalu berlebihan atau time- based conflict dalam satu hal contoh: saat bekerja akan mencegah pelaksanaan kegiatan dalam hal lain contoh: di rumah, yang terjadi pada akhirnya adalah ketegangan dan tekanan atau strain-based conflict pada satu hal ditumpahkan pada hal lain, seperti: pulang kerumah dengan suasana hati yang buruk bad mood setelah bekerja. Sementara family interfering with work lebih kepada pola perilaku yang berhubungan dengan kedua peran atau bagian pekerjaan atau keluarga behavior-based conflict Frone Cooper, 1992. Work interfering with family dan family interfering with work dapat dilihat dari tiga hal yaitu, tanggung jawab dan harapan, tuntutan psikologis, serta kebijakan dan kegiatan organisasi misalnya dukungan sosial. Universitas Sumatera Utara Greenhaus dan Beutell 1985 mengidentifikasikan tiga dimensi dari work-family conflict yaitu: a. Time-based conflict Time-based conflict terjadi ketika waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas pada suatu peran tidak dapat dicurahkan juga untuk melakukan aktivitas pada suatu peran yang lain. Konflik yang disebabkan waktu ini dapat terdiri dari dua bentuk yaitu: 1 tuntutan waktu yang diasosiasikan dengan keanggotaan individu pada suatu peran sehingga tidak mungkin secara fisik memenuhi tuntutan yang muncul dari peran lain; 2 tuntutan juga menimbulkan keterkungkungan dalam suatu peran, meskipun individu telah berusaha untuk memenuhi tuntutan dari peran yang lain. b. Strain- based conflict Strain-based conflict ini muncul ketika ketegangan yang timbul dari suatu peran mengganggu individu dalam memenuhi perannya yang lain. Hal yang senada diungkapkan oleh Schabracq, Winnubst, dan Cooper 2003 bahwa strain-based conflict ini merujuk pada ketegangan misalnya tension, kecemasan, kelelahan, depresi, mudah marah yang timbul dari partisipasi individu dalam satu peran menyebabkan individu sulit memenuhi tuntutan dari perannya yang lain. Misalnya kelelahan yang muncul dari pekerjaan membuat seseorang tidak dapat lagi melakukan aktivitas bersama anggota keluarga di rumah karena sudah kehabisan energi. Hal lain juga diungkapkan Alzeta Hidayati 2007 yaitu tekanan Universitas Sumatera Utara yang berasal dari pekerjaan dapat memunculkan gejala-gejala ketegangan yang menyebabkan individu sulit memenuhi tugas-tugas dalam keluarga secara optimal yang kemudian akan menyebabkan interaksi individu dengan anggota keluarga lainnya menjadi buruk akibat individu mengalami emosi yang negatif. c. Behavior-based conflict Behavior-based conflict ini berkenaan dengan pola tingkah laku spesifik dalam suatu peran yang bertentangan dengan harapan akan tingkah laku pada peran lain. Misalnya saja, seorang manajer laki-laki diharapkan menekankan kestabilan emosi, percaya diri, keagresifan, dan obyektivitas. Dilain pihak, keluarga mengharapkannya sebagai seorang yang hangat, emosional, dan mengasuh dalam berinteraksi di keluarga. Dapat dikatakan bahwa individu mengalami konflik ini ketika ia kesulitan memenuhi harapan-harapan yang ada dalam tiap peran yang dijalaninya.

C. Pegawai Negeri Sipil PNS

1. Definisi Pegawai Negeri Sipil PNS