HIPOTESIS Hipotesis Mayor : Work-Family Conflict

Sebagai contoh seorang manajer pria saat bekerja diharapkan memiliki kepercayaan diri, emosi yang stabil, agresif, dan objektif, sedangkan ketika berada di rumah mungkin diharapkan menjadi orang yang hangat, melindungi, dan emosional. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap level engagement individu. Ketika individu dituntut sebagai seorang yang memiliki kepercayaan diri, emosi yang stabil, agresif, dan objektif dalam pekerjaannya bertolak belakang dengan apa yang diharapkan ketika ia berada di rumah tentu saja akan menyebabkan ketidakseimbangan peran yang nantinya akan mempengaruhi engagement individu tersebut. Hal ini dapat diartikan ketika individu tidak dapat menyeimbangkan perannya, individu sulit untuk terlibat dalam pekerjaannya. Sehingga behaviour based conflict yang terjadi pada individu akan menurunkan level engagement terutama yang berkaitan dengan dimensi dedication. Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa work-family conflict berpengaruh terhadap work engagement, oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh work-family conflict terhadap work engagement.

5. HIPOTESIS

1. Hipotesis Mayor :

“Ada pengaruh negatif work-family conflict terhadap work engagement pada pegawai negeri sipil, Work-family conflict berkontribusi negatif terhadap work engagement. Universitas Sumatera Utara

2. Hipotesis Minor

a. Ada pengaruh negatif dimensi time based conflict terhadap work engagement b. Ada pengaruh negatif dimensi behaviour based conflict terhadap work engagement c. Ada pengaruh negatif dimensi strain based conflict terhadap work engagement Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data serta pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya Hadi, 2000. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu ingin melihat pengaruh work-family conflict terhadap work engagement maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini, terdiri dari : 1. Variabel predictor : work-family conflict 2. Variabel kriteria : work engagement

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian 1.

Work Engagement Work engagement adalah penilaian mengenai sejauh mana karyawan merasa menikmati pekerjaannya, merasa nyaman dan senang , memiliki Universitas Sumatera Utara energi dan semangat yang tinggi, serta antusias. Work engagement diukur dengan skala work engagement berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Schaufeli et.,al 2002 meliputi vigor, dedication dan absorption. Pengisian skala work engagement ini berupa self report, yaitu subjek diminta untuk merespon pernyataan sesuai dengan keadaan dirinya. Petunjuk tinggi rendahnya work engagement adalah skor total yang diperoleh dari hasil pengolahan data skala work engagement. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang semakin tinggi tingkat work engagement yang dimilikinya.

2. Work-Family Conflict

Work-family conflict merupakan ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan peran didalam keluarga yang terjadi akibat tuntutan waktu yang terlalu berlebihan dalam satu hal akan mencegah pelaksanaan kegiatan dalam hal lain. Work-family conflict ini dapat diukur dengan menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Greenhaus dan Beutell 1985 yaitu time- based conflict, strain-based conflict dan behavior-based conflict, dimana skor total yang diperoleh adalah untuk melihat apakah individu mengalami konflik antara kedua perannya pekerjaan dan keluarga. Semakin tinggi skor skala work-family conflict maka semakin tinggi pula konflik peran yang dialami oleh individu tersebut dalam menjalankan kedua perannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah total skor skala Universitas Sumatera Utara work-family conflict maka semakin rendah pula konflik peran yang dialami oleh individu dalam menjalankan perannya.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1.

Populasi Dalam setiap penelitian yang dilakukan, masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama Hadi, 2000. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil di kota Medan. 2. Sampel Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama Hadi, 2000. Tidak ada batasan mengenai berapa jumlah sampel ideal yang harus digunakan dalam suatu penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 subjek. Universitas Sumatera Utara Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pegawai negeri sipil b. Telah bekerja minimal 2 tahun c. Dalam masa kerja tidak dalam masa skorsing d. Menikah

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah cara untuk menentukan sampel dalam suatu penelitian. Penentuan sampel harus memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan incidental sampling yaitu pemilihan individu sebagai sampel karena individu tersebut kebetulan dijumpai Hadi, 2000. Teknik ini merupakan salah satu bentuk nonrandom sampling, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian Hadi, 2000.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penskalaan. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu Azwar, 2007. Menurut Azwar 2007 karakteristik dari skala psikologi yaitu: a Stimulusnya Universitas Sumatera Utara berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; b Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem- aitem; c Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh- sungguh. Ada beberapa model penskalaan yang sering digunakan. Model skala yang digunakan dalam penelitin ini adalah model Likert untuk skala work-family conflict dan work engegement. Prosedur penskalaan model Likert ini didasari oleh dua asumsi Azwar, 2005 : a. Setiap pernyataan yang ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang mendukung favorable atau pernyataan yang tidak mendukung unfavorable. b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif. Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan: Universitas Sumatera Utara a. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis. b. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak. c. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga dan ekonomis.

1. Skala Work-family Conflict