KESIMPULAN PERANAN SENIMAN DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949.

dalam sekolah. Pujangga baru lebih modern karena mulai berani menggunakan bahasa Indonesia. Pada akhir kekuasaan Belanda, kesenian mulai berkembang. Belanda mendatangkan pengkritik-pengkritik seni yang pandai dengan teori yang sulit dimengerti. Tujuan Belanda melakukan hal tersebut adalah untuk menghalangi tumbuhnya rasa kepercayaan diri seniman Indonesia terhadap karyanya. Sebagai akibat dari strategi yang dilakukan oleh Belanda tersebut, seniman Indonesia merasa miskin dan kurang berharga. 4 Pada zaman Jepang merupakan masa pematangan bagi pertumbuhan seni dan budaya setelah kemerdekaan. Pemerintahan Jepang dalam menanggapi kehidupan seni dan budaya tidak mementingkan kedudukan sosial. Pada masa Jepang kehidupan seni tampak lebih memasyarakat dibandingkan pada masa kolonial Belanda. Banyak pemuda pelajar mulai ikut aktif dalam bidang seni budaya. 5 Pemerintah Jepang menyadari bahwa pengaruh kebudayaan atas jiwa manusia sangat luas. Jepang mengerti ancaman dan bahaya yang akan menimpa, jika kaum seniman diberi keleluasaan menciptakan sebuah karya. Keleluasaan untuk berkarya berarti memupuk jiwa yang bebas merdeka pada rakyat yang hendak dijajah. Pemerintah Jepang dengan cara yang cukup pintar menetralisir 4 Ibid. 5 Tashadi, dkk., Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Depdikbud, 1991, hlm. 29-30. ancaman tersebut, dengan memberikan wadah untuk para seniman berkarya, memberrikan fasilitas dan dana yang terbatas. 6 Memasuki periode revolusi kemerdekaan, para seniman menunjukkan keberadaannya. Seniman mulai mengadakan pameran dan tour dalam rangka memasyarakatkan seni. Seniman juga turut aktif dalam acara yang diselenggarakan oleh pemerintah khususnya dibidang kebudayaan. Hal tersebut dibuktikan dengan keikutsertaan para seniman dalam kongres kebudayaan 7 yang diselenggarakan oleh pemerintah. 8 Meskipun dalam masa kemerdekaan awal itu penuh dengan gangguan dan masalah, tetapi bukan berarti keinginan membangun negara bangsa mengendur. Khusus untuk membangun kebudayaan bangsa. Disela-sela situasi yang sulit itu para budayaan, seniman, cendekiawan, tokoh masyarakat dan agama sepakat untuk menyelenggarakan kongres konferensi budaya. 9 Kongres kebudayaan yang pertama diadakan di kota Magelang pada tahun 1948. Namun pada tahun 1945 telah diadakan musyawarah kebudayaan di Sukabumi, yang digunakan sebagai acuan atau titik tolak pelaksanaan kongres kebudayaan di Magelang. Kongres dilaksanakan pada 20-25 Agustus 1948. 6 Usmar Ismail, loc.cit. 7 Kongres Kebudayaan, kongres berasal dari bahasa latin Congressus, dalam bahasa Belanda ditulis Congres. Kongres mengandung makna pertemuan wakil organisasi politik, sosial, profesi, untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah. Kongres Kebudayaan adalah sebuah pertemuan formal dari berbagai organisasi yang berkaitan dengan kebudayaan. Lihat Nunus Supardi, Bianglala Budaya : Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan 1918-2013, Jakarta: Depdikbud, 2003, hlm. 8 Nunus Supardi, Bianglala Budaya : Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan 1918-2013, Jakarta: Depdikbud, 2003, hlm. 70. 9 Ibid.