PENDAHULUAN PERKEMBANGAN SENI DAN SENIMAN INDONESIA SEBELUM DAN PADA SAAT REVOLUSI 1945-1949.

31

BAB II PERKEMBANGAN SENIMAN INDONESIA

PADA TAHUN 1945-1949 Pada masa masa kolonial, Belanda tidak pernah sedikit pun memberi ruang kepada para seniman Indonesia untuk mengembangkan diri. Belanda tidak pernah menghargai karya kesenian putra-putra Indonesia. Bahkan Belanda merendahkan dan menghina karya seni tersebut. Belanda berhasil menjatuhkan mental para seniman Indonesia, sehingga mereka merasa kurang dihargai. Alasan yang tidak pernah diketahui mengapa Belanda menegakkan hal tersebut adalah adanya kekhawatiran akan muncul karya seni ciptaan kaum seniman, yang berjiwa merdeka. Ini membuktikan bahwa sekecil karya dari para seniman pada masa penjajahan sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. 1 Seni yang mulai terlihat pada masa kolonial adalah seni sastra. Dibuktikan dengan adanya Balai Pustaka 2 dan majalah yang mulai menggunakan bahasa Indonesia yaitu Majalah Pujangga Baru 3 . Namun fungsi dari sastra tersebut sangat dibatasi. Balai Pustaka memuat sebatas bahan-bahan yang akan diajarkan 1 Usmar Ismail, “Jangan Abaikan Tenaga Kebudayaan”, Kedaulatan Rakyat , Sabtu, 16 Maret 1946. 2 Balai pustaka adalah lembaga penerbit adi pemerintah kolonial, karya-karya Naskahyang diterbitkan ditulis oleh para guru sekolah kelas dua dan digunakan oleh para pegawai rendahan dan anak-anak sekolah kelas dua. Realisasi politik etis dari Belanda. Lihat Jakob Sumardjo, “Sastra Pujangga Baru”, Basis, 7 XXXII, 1983, hlm. 244-245. 3 Majalah Pujangga baru merupakan pernyataan nasionalisme dalam bidang kebudayaan dan kesusastraan. Majalah Pujangga baru adalah bagian dari pergerakan nasional, sebuah majalah yang mengawali penggunaan bahasa Indonesia dalam sastra yang dihasilkan. Lihat Lihat Jakob Sumardjo, “Sastra Pujangga Baru”, Basis, 7 XXXII, 1983, hlm. 243. dalam sekolah. Pujangga baru lebih modern karena mulai berani menggunakan bahasa Indonesia. Pada akhir kekuasaan Belanda, kesenian mulai berkembang. Belanda mendatangkan pengkritik-pengkritik seni yang pandai dengan teori yang sulit dimengerti. Tujuan Belanda melakukan hal tersebut adalah untuk menghalangi tumbuhnya rasa kepercayaan diri seniman Indonesia terhadap karyanya. Sebagai akibat dari strategi yang dilakukan oleh Belanda tersebut, seniman Indonesia merasa miskin dan kurang berharga. 4 Pada zaman Jepang merupakan masa pematangan bagi pertumbuhan seni dan budaya setelah kemerdekaan. Pemerintahan Jepang dalam menanggapi kehidupan seni dan budaya tidak mementingkan kedudukan sosial. Pada masa Jepang kehidupan seni tampak lebih memasyarakat dibandingkan pada masa kolonial Belanda. Banyak pemuda pelajar mulai ikut aktif dalam bidang seni budaya. 5 Pemerintah Jepang menyadari bahwa pengaruh kebudayaan atas jiwa manusia sangat luas. Jepang mengerti ancaman dan bahaya yang akan menimpa, jika kaum seniman diberi keleluasaan menciptakan sebuah karya. Keleluasaan untuk berkarya berarti memupuk jiwa yang bebas merdeka pada rakyat yang hendak dijajah. Pemerintah Jepang dengan cara yang cukup pintar menetralisir 4 Ibid. 5 Tashadi, dkk., Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Depdikbud, 1991, hlm. 29-30.