Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Andormoyo 2013, dalam proses nyeri akan melewati beberapa tahapan yang diawali dengan stimulasi, transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi. Stimulasi, dimana pesepsi nyeri diantarkan oleh neuron yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat, dan penghantar menuju sistem saraf pusat. Reseptor khusus tersebut dinamakan nociceptor. Nociceptor ini terdapat pada kulit, organ visceral dan permukaan sendi. Transduksi, merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik tekanan, suhu panas atau kimia subtansi nyeri. Transmisi merupakan dimana terjadinya proses penerusan implus nyeri dari nociceptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis menuju korteks serebri. Cornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dan dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan dari implus nyeri. Persepsi merupakan hasil rekontruksi susunan saraf pusat tentang implus nyeri yang diterima. Rekonsrtuksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif dan pengalaman emosional. Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. Setelah sampai ke otak, nyeri yang dirasakan secara sadar dan menimbulkan respon berupa perilaku dan ucapan yang merepons adanya nyeri. Perilaku yang ditunjukkan seperti menghindari stimulus nyeri, atau ucapan akibat respon seperti” aduh”, “auw”, dan “ah”.

2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter dan Perry 2006 dibedakan sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara a. Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan Potter Perry, 2006. b. Jenis kelamin Gill 1990 mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya dan faktor biokimia. Dari data diatas penulis menyimpulkan tidak pantas jika laki- laki mengeluh nyeri sedangkan wanita boleh mengeluh nyeri Potter Perry, 2006. c. Budaya Gureje Gater 1996, menyatakan bahwa, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu menyatakan atau mengekspresikan nyeri. Selain itu, latar belakang budaya dan sosial mempengaruhi pengalaman dan penanganan nyeri Brannon Feist, 2007 dikutip dalam Brunner Suddart, 2002. Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespons terhadap nyeri, bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang Universitas Sumatera Utara berperilaku dalam berespons terhadap nyeri. Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri Zatzick Dimsdale, 1990 dalam Brunner Sudart, 2002. d. Perhatian Gill 1990 mengungkapkan bahwa tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun Potter Perry, 2006. e. Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi juga seringkali menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas Gil, 1990 dalam Potter Perry, 2006. Sama hubungan cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. Sulit untuk memisahkan dua sensasi, stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakinkan. f. Dukungan keluarga dan support sosial Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan Potter Perry, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2 Teori Nyeri