Analisis Kesejahteraan Masyarkat Pasca Pemekaran Daerah

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan,2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

BUKU

Creswell, W, Jhon, 2012. Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kaloh. J .2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Mardiasmo, Krisis Moneter Indonesia, Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat.

Nawawi, Hadari dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press.,1995.

Ndraha, Taliziduhu,1987, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta: Bina Aksara.

Prasojo. Eko. “Jajaran Pemekaran Daerah : Instrumen Ekonomi Politik”. Dalam Opini Jawa Pos, 2008.

Siagian. Matias. 2012, Kemiskinan dan Solusi, Medan : Grasindo Monoratama.

Sjafrizal, 2014, “Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi”, Jakarta:Rajawal Press

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahyudi,2002. Etnis Pakpak dalam Pemekaran Wilayah.Sidikalang :Yayasan Sada Ahmo.

BAPENNAS 2007 Dokumen

Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahn, 2006


(2)

Warsito, 2000, “Kemandirian Daerah Menuju Pelaksanaan Otonomi Daerah Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999” dalam Ismulyadi, dkk, Otonomi Daerah Demokrasi dan Civil Society, Forum Komunikasi Keluarga Mahasiswa Rokan Hulu, Yogyakarta.

Hendratno, EdieToet, 2009, Negara Kesatuan, Desentralisasi dan Federalisme, Yogyakarta: Graha Ilmu.

R. Alam Surya Putra, “Pemekaran Daerah di Indonesia: Kasus di Wilayah Penelitian IRDA, Makalah Seminar Internasional Percik ke-7 (Salatiga, 2006) dalam H. Abd. Halim,

Politik Lokal: Pola, Aktor & Alur Dramatikalnya, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Pembangunan Bangsa, 2014)

Rifdan, “Implementasi Kebijakan Pemekaran Daerah Dalam Mendukung Integritas Nasional Di Kabupaten Luwu Timur”. Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn 2010

Ryaas Rasyid, “Otonomi Daerah : Latar Belakang dan Masa Depannya” dalam Samsyuddin Haris (editor) Desentralisasi dan Otonomi Daerah Desentralisasi, Demokratisasi, Akuntabilitas Pemerintahan Daerah


(3)

BAB III

KONDISI DAN ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN BATU BARA PASCA PEMEKARAN

Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh di lapangan dan memperlihatkan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori otonomi daerah, pemekaran daerah, pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Paparan mengenai kondisi kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara setelah ditetapkan menjadi daerah otonom baru akan dijelaskan sesuai dengan indikator kesejahteraan masyarakat yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Selain itu, juga akan dipaparkan mengenai peran badan-badan politik maupun peran instansi pemerintahan yang ada di Kabupaten Batu Bara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah di Kabupaten Batu Bara. Untuk memperoleh informasi yang di butuhkan maka telah dilakukan wawancara dengan Kepala Badan, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun Mereka yang mewakili dan mumpuni dalam hal memberika data yang berkaitan dengan Keejahteraan Masyarakat di Kabupaten Batu Bara, diantaranya Bapak Rubi Siboro selaku Kepala Badan Perenanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batu Bara dan Bapak Amat Mukhtas selaku Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Batu Bara.

3.1 Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Batu Bara

Sebagai perwujudan dari otonomi daerah dengan adanya pemekaran daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Seperti yang ditulis dalam PP No. 78 Tahun 2007 hasil revisi PP No. 129 Tahun 2000, dimana disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan


(4)

kepada, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Keberhasilan pemekaran daerah tidak hanya dapat diukur pada seberapa banyal kegiatan yang dilakukan didaerah tersebut, namun melainkan bagaimana kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah tersebut berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Walaupun belum ada batasan baku terkait dengan kesejahteraan masyarakat, namun kesejahteraan masyarakat pada substansinya terkait dengan pendidikan, kemiskinan, ketenagakerjaan, peningkatan ekonomi, kesehatan. Kesejahteraan dapat diartikan sebagai suatu kondisi kehidupan sejahtera, keadaan yang baik, kemakmuran dan kebahagian, yang ditandai dengan kebutuhan manusia yang mendasar. Sedangkan menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Rubi Siboro selaku Kepala BAPPEDA Kabupaten Batu Bara menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat ialah:

“Kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran dari hasil pembangunan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar yang dapat dilihat dengan, rumah yang layak, terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi dimana setiap individu mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani”32

32

Hasil wawancara dengan Bapak Rubi Siboro pada tanggal 19 Januari 2017 pukul 13.20 bertempat di Kantor Bupati Kabupaten Batu Bara


(5)

Ditambahkan dengan yang disampaikan dengan narasumber Bapak Ahmad Mukhtas selaku ketua Komisi DewaN Perwakiln Rakyat Daerah Kabupaten Batu Bara, yang menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat ialah :

“Kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dari lembaga sosial untuk membantu tingkat hidup serta kesehatan yang lebih baik dengan menyediakan sarana dan prasarana. Salah satu dari tujuan pemekaran Kabupaten Batu Bara dari Kabupaten Induknya, proses pembangunan serta kesejahteraannya itu sangat ditentukan oleh kemampuan anggaran dan letak geografis, kalau anggrannya terbatas tetapi geografisnya termasuk cukup luas, ini tingkat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi bahwa adalah salah satu faktor pendukung kesejahteraan masyarakat itu adalah anggaran dari APBD.”33

“Kesejahteraan itu diukur dari pendapatan, maka kita harus mengetahui data kependudukan yang disensus oleh Badan Pusat Statistik, karena data masyarakat miskin itu ada disana. Kita harus mengetahui seberapa besar tingkat kemiskinan di Kabupaten Batu Bara setelah hasil pemekaran. Jadi kesejahteraan itu juga dipengaruhi salah satu nya Dari pernyataan Narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa Kesejahteraan Masyarakat merupakan kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usahanya memnuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan material dan spiritualnya. Kebutuhan material dapat dihubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual dapat dihubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentraman hidup yang diwujudkan dengan adanya pembangunan.

Kabupaten Batu Bara sebagai salah satu kabupaten hasil pemekaran daerah juga harus mewujudkan tujuan otonomi daerah. Setelah terbentuknya Kabupaten Batu Bara harus berusaha untuk melaksanakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Setelah ditetapkan menjadi daerah otonom baru Kabupaten Batu Bara mengalami peningkatan kesejahteraan yang signifikan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Mukhtas, berikut:

33

Hasil wawancara dengan Bapak Mukhtas pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 14.00 bertempat di Kantor DPRD Kabupaten Batu Bara


(6)

tingkat pendidikan, karena bisa dipastikan kalau berbicara mengenai kesejahteraan dikaitkan dengan pendidikan, kemudian sosialnya yang dijadikan tolak ukur. Jadi kalau dari tingkat angkat kemiskinan di Kabupaten Batu Bara yang tergolong masih cukup besar. Tetapi kalau dibandingkan ketika sebelum dimekarkan Kabupaten Batu Bara ya Saya pikir walaupun Saya belum mendapatkan angka yang real seberapa besar perubahan itu, tetapi menurut Saya sudah cukup terjadi peningkatan. Dengan berdirinya kabupaten Batu Bara ini, walaupun sebelum di mekarkan sudah ada yang nama nya PT. Indonesia Asahan Alumunium dimana sekarang ini terletak di Kabupaten Batu Bara. Keberadaan industri, keberadaan perkebunan baik BUMN ataupun dari swasta membawa pengaruh terhadap masyarakat, makanya bagi masyarakat yang berada disekitaran pabrik mendapatkan dampak ekonomi, karena adanya tingkat pendapatan masyarakat sebagai pegawai itukan juga cukup banyak yang mampu menyerap tenaga-tenaga kerja lokal yang dapat bekerja di PT.INALUM, kemudian PT.Multimas Nabati”34

“Salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat kan tingkat kemiskinan. Jadi tingkat kemiskinan di Kabupaten Batu Bara fluktiatif, kalau dari data Badan Pusat Statistik dari tahun 2010 itu 12,29%, tahun 2011 mencapai 11,67%, tahun 2012 mencapai 11,24, tahun 2013 11,94%, tahun 2014 mencapai 11,25%. Kalau dari kondisinya relative lebih baik walupun ada kenaikan dan ada penurunan juga, karena salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah kemiskinan”

Hal yang sama juga diakui oleh Bapak Rubi Siboro, sejak pemekaran memang terdapat peningkatan kesejahteraan, namun masih mengalami fluktuatif, berikut :

35

Berdasarkan hasil wawancara diatas, setelah dimekarkan dari Kabupaten Asahan, tidak di pungkiri Kabupaten Batu Bara mengalami peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai salah satu indikator dari kesejahteraan itu ialah kemiskinan, dimana kemiskinan di Kabupaten Batu Bara sendiri diakui masih tinggi. Namun bila dibandingkan dengan sebelum menjadi daerah otonomi baru kemiskinan di Kabupaten Batu Bara mengalami penurunan walaupun masih fluktuatif. Seperti pada tahun tahun 2010 itu 12,29%, tahun 2011 mencapai 11,67%, tahun 2012 mencapai 11,24, tahun 2013 11,94%, tahun 2014 mencapai 11,25%. Dengan dibentuknya Kabupaten Batu Bara, pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat juga mendorong adanya pelayanan publik yang lebih baik. Dalam hal mata pencahrian pemerintahan Kabupaten 34

Hasil wawancara dengan Bapak Mukhtas pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 14.00 bertempat di Kantor DPRD Kabupaten Batu Bara

35

Hasil wawancara dengan Bapak Rubi Siboro pada tanggal 19 Januari 2017 pukul 13.20 bertempat di Kantor Bupati Kabupaten Batu Bara


(7)

Batu Bara sendiri melakukan usaha dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti peningkatan perekonomian masyarakat sejak dilaksanakan pemekaran daerah dengan dikelolanya PT.INALUM, PT. Multimas Nabati keberadaan perkebunan, industri dan dll, . Hal ini dianggap dapat memberikan dampak langsung kepada masyarakat Kabupaten Batu Bara sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Batu Bara.

Selain dari hasil wawancara diatas, kondisi kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara setelah pemekaran akan dipaparkan dalam bentukdokumentasi yang telh dikumpulkan oleh penulis. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dalam tulisan ini untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat ada beberapa indikatornyang digunakan antara lain : Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Kemiskinan, Distribusi Pendapatan serta Tingkat Pengangguran.

3.1.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Batu Bara

Menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM digunakan untuk mengelompokkan sebuah negara/daerah sebagai daerah maju, berkembang, atau terbelakang. IPM juga digunakan untuk melihat pengaruh kebijakan dan peran pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks/ HDI) adalah rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, serta Pengeluaran Perkapita. Dalam dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir untuk melihat tingkat kesehatan pada suatu wilayah atau daerah. Dalam dimensi pengetahuan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah dijadikan sebagai


(8)

indikator untuk mengukur dimensi ini. Adapun untuk dimensi hidup yang layak, kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat pada rata-rata besarnya pengeluaran perkapita dijadikan indikator. Indikator ini dirasa tepat sebagai pendekatan terhadap pendapatan masyarakat sehingga dapat mewakili hasil pembangunan untuk suatu hidup yang layak. Secara singkat penjelasan mengenai IPM dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Indeks Pembangunan Manusia

Secara umum, sejak dimekarkannya Kabupaten Batu Bara untuk IPM meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara, Indeks Pembangunan Manusia tahun 2008 sebesar 71,17%, pada tahun 2009 meningkat menjadi 71,76%, pada tahun 2010 meningkat menjadi 72,27%, pada tahun 2011 meningkat menjadi 72,77%, pada tahun 2012

Umur Panjang dan Angka Harapan Hidup saat lahir

Kehidupan yang Layak

Indeks Pembangunan Manusia

Pendidikan Pengeluaran Rill

per Kapita yang disesuaikan

Angka Melek Huruf dan rata-rata lama


(9)

meningkat menjadi 73,27% dan selanjutnya pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan menjadi 73,81%.

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting demi pencapaian kesejahteraan masyarakat dan merupakan hal terpenting dalam pembangunan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan di Kabupaten Batu Bara sendiri terpengaruh oleh tofografi wilayah dan budaya daerah.

Dimensi pendidikan dapat diukur melalui angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah disuatu wilayah. Di Kabupaten Batu Bara, angka melek huruf dan angka rata-rata lama sekolah terjadi peningkatan semenjak dimekarkan dari kabupaten induknya.

Dalam indikator pendidikan dapat diukur dari Angka Melek Huruf penduduk dewasa serta rata-rata lama sekolah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah belum idealnya rasio siswa terhadap guru, rasio siswa terhadap daya tampung sekolah dan rasio guru terhadap sekolah. Pencermatan atas data sebaran RLS dan AMH menunjukkan bahwa ketersediaan sarana prasarana, aksesibilitas, serta kondisi sosial ekonomi, berpengaruh pada peningkatan RLS dan AMH. Peningkatan signifikan AMH dan RLS terjadi di daerah/ wilayah yang berkarakter urban, sementara kondisi di wilayah rural, akibat berbagai sebab mengalami perlambatan.

Angka melek huruf di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2011 sebesar 95,27%, terjadi sedikit kenaikan bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yaitu sebesar 95,25%. Angka melek huruf Kabupaten Batu Bara masih lebih rendah bila dibandingkan dengan angka Provinsi


(10)

Sumatera Utara secara umum yang sebesar 97,46 persen bahkan menempati urutan kedua puluh delapan bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek Huruf Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek Huruf

%

1 Sei Balai 18,874 39,548 209.54

2 Talawi 34,482 39,543 114.68

3 Tanjung Tiram 39,884 63,776 159.90

4 Lima Puluh 54,302 63,979 117.82

5 Air Putih 31,235 39,704 127.11

6 Sei Suka 34,450 39,563 114.84

7 Medang Deras 29,724 63,638 214.10

Jumlah 242,951 349,751 143.96

TABEL 3.2

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek Huruf Tahun 2010 No Kecamatan Jumlah Penduduk

Usia > 15 Tahun

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek Huruf

%

1 Medang Deras 24,373 23,236 95.34

2 Sei Suka 35,723 34,823 97.48

3 Air Putih 29,808 28,808 96.65


(11)

5 Talawi 24,494 23,262 94.97

6 Tanjung Tiram 44,900 43,734 97.40

7 Sei Balai 3,263 2,297 70.40

Jumlah 232,442 224,975 96.79

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek Huruf Tahun 2011 No Kecamatan Jumlah Penduduk

Usia > 15 Tahun

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek

Huruf

%

1 Medang Deras 32,323 31,833 98.48

2 Sei Suka 35,163 34,791 98.94

3 Air Putih 31,191 30,769 98.65

4 Lima Puluh 56,925 56,470 99.20

5 Talawi 35,938 35,400 98.50

6 Tanjung Tiram 42,262 41,757 98.81

7 Sei Balai 17,853 17,448 97.73

Jumlah 251,655 248,468 98.73

TABEL 3.4

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek Huruf Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah Penduduk

Usia > 15 Tahun

Jumlah Penduduk Usia > 15 Tahun Yang Melek

Huruf

%


(12)

2 Sei Suka 35,341 35,041 99.15

3 Air Putih 31,497 30,800 97.79

4 Lima Puluh 57,470 56,139 97.68

5 Talawi 36,339 35,785 98.48

6 Tanjung Tiram 42,697 42,597 99.77

7 Sei Balai 18,047 17,757 98.39

Jumlah 254,081 249,866 98.34

TABEL 3.5

PERSENTASE ANGKA MELEK HURUF No Kecamatan

Tahun

2009 2010 2011 2012

1 Sei Balai 95.61 95.34 98.48 97.12 2 Tanjung Tiram 95.16 97.48 98.94 99.15 3 Talawi 94.45 96.65 98.65 97.79 4 Lima Puluh 96.19 98.47 99.20 97.68 5 Air Putih 95.16 94.97 98.50 98.48 6 Sei Suka 95.37 97.40 98.81 99.77 7 Medang Deras 91.18 70.40 97.73 98.39 Kab. Batu Bara 95.10 96.79 98.73 98.34

Rata-rata lama sekolah mengindikasikan seberapa tinggi pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar sampai tingkat SLTP.


(13)

Tabel 3.6

Rata-Rata Lama Sekolah

No. RATA-RATA LAMA SEKOLAH

TAHUN

2009 2010 2011 2012 1. Kabupaten Batu Bara 7.10 7,35 7,54 7,54

Sumber: Kabupaten Batu Bara Dalam Angka

Indikator pendidikan yang digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan manusia (IPM) adalah angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indikator-indikator tersebut dapat menggambarkan mutu sumber daya manusia/SDM dan jumlah tahun yang dihabiskan dalam menempuh semua jenis pendidikan formal. Persentase penduduk dewasa (usia 15 tahun ke atas) yang melek huruf mencapai 95,27% tahun 2011, terjadi sedikit kenaikan bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yaitu sebesar 95,25, dengan rata-rata lama sekolah penduduk dewasa di Kabupaten Batu Bara sebesar 7,54 tahun.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah Kabupaten Batu Bara melalui Dinas Pendidikan melakukan upaya seperti memberikan pelatihan kepada guru-guru agar memiliki kualitas yang baik dibidang akademis, namun terlebih dulu merubah mindset para guru. Kemudian pemerintahan Kabupaten Batu Bara melalui Dinas Pendidikan me-manage sarana-sarana yang sangat vital atau sarana-sarana-sarana-sarana yang sangat mendesak dan prioritas untuk dipenuhi kebutuhannya. Adapun upaya-upaya ini tertuang dalam RPJMD Kabupaten Batu Bara dengan Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan anggran Rp. 5.930.542.379,- Program Peningkatan Kualitas Pendidikan dengan anggaran Rp. 2.544.412.504,-


(14)

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dengan anggaran Rp. 139.505.811.098,- dan ada juga Program Pendidikan Non Formal dengan anggaran Rp. 13.950.581.698,-.

2. Kesehatan

Kesehatan juga merupakan hal yang tak kalah penting. Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya dapat dilihat dari indikator : angka harapan hidup saat dilahirkan (AHH), angka kematian bayi (AKB), angka kematian kasar (AKK) dan status gizi. AHH merupakan salah satu indikator kesehatan yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemajuan pembangunan manusia (IPM). AHH berbanding terbalik dengan angka kematian (bayi lahir mati, kematian bayi di bawah 1 tahun, kematian anak di bawah 5 tahun dan kematian ibu). Makin tinggi kualitas kesehatan, makin rendahnya angka kematian sehingga meningkatnya harapan untuk hidup.

Tabel 3.7

Angka Usia Harapan Hidup di Kabupaten Batubara Tahun 2009-2013

Hasil Sensus Penduduk

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

67,45 68,58 68,71 68,90 69.12

Sementara Angka Harapan Hidup di Kaupaten Batu Bara sebesar 68,92%. Angka ini masih dibawah angka harapan hidup Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 69,90%. Dalam


(15)

penolong untuk kelahiran yang dapat dijadikan perbandingan, dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Banyaknya Kelahiran Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Batu Bara 2010 – 2014

Jenis Penolong 2010 2011 2012 2013 2014 Tenaga Kesehatan 8.240 7.479 7.783 8.485 8.486

Non Tenaga Kesehatan 7 2 11 314 6

Jumlah 8.247 7.481 7.794 8.772 8.492

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara

Dari tabel diatas dapat penolong kelahiran dilakukan oleh Tenaga Medis termasuk diantaranya ( Dokter dan Bidan ) dan Non Tenaga Medis termasuk diantaranya ( dukun ). Pada tahun 2010 penolong kelahiran dilakukan oleh tenaga medis sebanyak 8.240 kelahiran dan 7 oleh non tenaga medis, pada tahun 2011 sebanyak 7.479 oleh tenaga medis dan 2 oleh non tenaga medis, juga pada tahun 2013 sebanyak 8.485 oleh tenaga medis namun penolong kelahitan oleh tenaga non medis meningkat secara signifikan menjadi 314, dan pada tahun 2014 sebanyak 8.486 oleh tenaga medan dan 6 oleh non tenaga medis.

Untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Batu Bara pemerintahan Kabupaten Batu Bara melalui Dinas Kesehatan membuat program yang membahas mengeni upaya Dinas Kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, seperti Program Kesehatan Masyarakat dengan anggaran sebesar Rp. 33.620.000.004,-.


(16)

3. Pengeluaran Per Kapita

Pengeluaran per kapita termasuk dalam dimensi untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia di suatu daerah. Dimensi ini juga dapat menggambarkan bagaimana kesejahteraan di suatu daerah. Jika dilihat pada Tabel 3.8. berikut ini, tampak bahwa PDRB per kapita Kabupaten Batu Bara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan PDRB tahun 2013 dari 55.078,14 ribu rupiah menjadi 59.539,68 ribu rupiah. Dengan demikian secara umum dapat dikirakan bahwa berdasarkan indikator ini tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Batu Bara semakin membaik.

Tabel 3.9

PDRB Per Kapita Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten Batu Bara Tahun 2012-2014

(Rupiah) Tahun Harga Berlaku

(Ribu Rupiah

Harga Konstan ( Ribu Rupiah )

1 2 3

2012 50.644,21 46.269,55

2013 55.078,14 47.653,06


(17)

3.1.2 Garis Kemiskinan di Kabupaten Batu Bara

Kemiskinan merupakan salah satu indikator Kesejahteraan Masyarakat disuatu daerah. Semakin tingginya angka kemiskinan di suatu daerah menandakan masih banyaknya penduduk miskin di daerah tersebut.

Selama kurun waktu 7 tahun (2008-2014) jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang fluktuatif, jumlah penduduk miskin tahun 2008 sebanyak 51.6700 jiwa, tahun 2009 sebanyak 49.500 jiwa, tahun 2010 sebanyak 46.000 jiwa, tahun 2011 sebanyak 44.300, tahun 2012 sebanyak 43.000 jiwa, tahun 2013 sebanyak 46.860 jiwa, dan pada tahun 2014 sebanyak 44.720 jiwa. Penurunan jumlah penduduk miskin rata-rata sebesar 9,21% disebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Batu Bara semakin menyentuh masyarakat miskin (tepat sasaran). Ketepatan tersebut didukung oleh adanya identifikasi dan verifikasi berdasarkan indikator dan kriteria kemiskinan yang disusun sesuai dengan kondisi lokalitas daerah yang semakin mendekati kenyataan. Kedepan diperlukan upaya untuk melakukan unifikasi data kemiskinan agar proses percepatan penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan tepat. Optimalisasi peran masayarakat untuk turut serta dalam menyalurkan program Corpotate Social Responsibility (CSR) perlu didorong terus menerus.

Berikut gambaran perkembangan penduduk miskin Kabupaten Batu Bara selama 7 tahun (2008-2014)


(18)

Tabel 3.10

Penduduk Miskin di Kabupaten Batu Bara

No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah

Penduduk Miskin

Orang 51.670 49.500 46.000 43.340 43.660 46.860 44.720

Sumber: Batu Bara Dalam Angka

3.1.3 Distribusi Pendapatan di Kabupaten Batu Bara

Distribusi pendapatn ( Income Distribution ) merupakan salah satu indikator untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat di suatu daerah/wilayah. Distribusi pendapatan dapat dilihat pada rentang pendapatan antara masyarakat kaya dan miskin. Kondisi pendapatn yang tidak terlalu menyolok antara masyarakat kaya dan miskin menandakan kondisi distribusi pendapatan daerah tersebut tergolong baik. Perhitungan tingkat distribusi pendapatan masyarakat dapat dilakukan dengan menggunankan angka koefisien gini ( Gini Ratio ). Angka Koefisien Gini dapat dilihat pada perbandingan nilai pendapatan yang diterima antar rumah tangga yang erta kaitannya dengan penambahan jumlah penduduk miskin. Sehingga, semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin akan diikuti dengan penambahan nilai Koefisien Gini. Berikut tabel yang akan menjelaskan tingkat Koefisien Gini di Kabupaten/ Kota yang ada d Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2013.


(19)

Tabel 3.11

Gini Ratio Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2013 Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013

Nias 0,280 0,223 0,325 0,261 Mandailing Natal 0,225 0,244 0,324 0,190 Tapanuli Selatan 0,184 0,225 0,290 0,169 Tapanuli Tengah 0,257 0,327 0,395 0,259 Tapanuli Utara 0,255 0,293 0,374 0,251 Toba Samosir 0,256 0,222 0,286 0,180 Labuhan Batu 0,203 0,234 0,271 0,232

Asahan 0,214 0,255 0,334 0,202 Simalungun 0,249 0,240 0,298 0,230 Dairi 0,222 0,227 0,336 0,187 Karo 0,209 0,186 0,189 0,098 Deli Serdang 0,192 0,219 0,290 0,194 Langkat 0,231 0,256 0,293 0,219 Nias Selatan 0,248 0,226 0,365 0,188 Humbang Hasundutan 0,264 0,244 0,355 0,206 Pakpak Bharat 0,252 0,246 0,375 0,236 Samosir 0,273 0,252 0,447 0,288 Serdang Berdagai 0,209 0,204 0,231 0,161 Batu Bara 0,195 0,247 0,296 0,208 Padang Lawas Utara 0,212 0,208 0,356 0,155 Padang Lawas 0,231 0,240 0,314 0,199 Labuhan Batu Selatan 0,217 0,170 0,214 0,108 Labuhan Batu Utara 0,206 0,188 0,247 0,164 Nias Utara 0,252 0,239 0.308 0,247 Nias Barat 0,266 0,334 0,357 0,197 Sibolga 0,220 0,249 0,243 0,165 Tanjung Balai 0,241 0,283 0,372 0,207 Pematang Siantar 0,182 0,236 0,277 0,159 Tebing Tinggi 0,232 0,253 0,289 0,193 Medan 0,173 0,202 0,261 0,172 Binjai 0,219 0,250 0,256 0,197 Padang Sidempuan 0,233 0,230 0,269 0,184 Gunung Sitoli 0,375 0,317 0,413 0,276 Sumatera Utara 0,257 0,253 0,316 0,225


(20)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat pada awal pemekaran Koefisien Gini di Kabupaten Batu Bara pada awal pemekaran yaitu tahun 2010 sebesar 0,195. Angka ini meningkat pada tahun 2011, 2012, dan 2013, yaitu koefisien gini sebesar 0,247, 0,296, 0,208. Hal ini menandakan pada tahun tersebut jumlah penduduk di Kabupaten Batu Bara mengalami peningkatan. Hal ini juga menandakan ada nya perbedaan yang mencolok pada perbedaan pendapatan golongan masyarakt kaya dan miskin.

3.1.4 Tingkat Pengangguran di Kabupaten Batu Bara

Keberhasilan pembangunan bidang ketenagakerjaan salah satunya dapat dilihat dari indikator : angka angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja yang bekerja merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemajuan pembangunan manusia (IPM).

a. Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk yang bekerja)

Angkatan Kerja yang bekerja di Kabupaten Batu Bara tahun 2011 mencapai 176.737, di tahun 2012 mencapai 150.574 dan di tahun 2013 mencapai 141.058 artinya Terjadi Penurunan setiap tahunnya. Untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.12

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas

Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Batu Bara

No Jenis Kegiatan Utama 2011 2012 2013


(21)

Bekerja 176.737 150.574 141.058

Pengangguran 9.244 10.937 10.618

2 Bukan Angkatan Kerja 65.036 93.979 101.738

Sekolah 20.754 21.691 17.530

Mengurus Rumah Tangga 33.156 61.721 71.116

Lainnya 11.126 10.667 13.092

JUMLAH 251.017 255.490 253.864

Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK)

74.09 63.22 59.22

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

4.97 6.77 6.98

Sumber : BPS Kab. Batu Bara

b. Tingkat Pengangguran Terbuka. Di kabupaten Batu bara tingkat pengangguran terbuka meningkat setiap tahunnya, hanya satu kali terjadi penurunan di tahun 2011.

Tabel 3.13

ASPEK PELAYANAN UMUM DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN No

. INDIKATOR

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

1. Tingkat partisipasi

angkatan kerja 64,28 64,23 64,48 74,09 63,22 2. Tingkat

pengangguran terbuka - 6,32 7,95 4,97 6,77 3. Pencari kerja yang

ditempatkan 165.551 165.551 161.890 176.737 176.737


(22)

Dalam mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Batu Bara pemerintah Kabupaten Batu Bara melalui Dinas Tenaga Kerja mempunyai program ketenagakerjaan untuk menanggulangi pengangguran. Ada empat bidang yang dikerjakan oleh Disnaker Kabupaten Batu Bara, yaitu :

1. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan, adalah bidang untuk mengawasi peraturan perundang-undangan agar berjalan sesuai dengan hubungan kerja. Yang dimaksud dengan hubungan kerja ialah pemberi kerja, ada bekerja dan ada kompensasi atau gaji. Dalam mengawasi peraturan perundang-undangan ini, terdapat pegawai pengawas yang memiliki legitimasi mengawasi atau sebagai polisi proses perundang-undangan tenaga kerja.

2. Bidang Hubungan Industrial, adalah bidang mengenai perselisihan. Apabila terjadi perselisihan di perusahaan, akan diselesikan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan ada mediator.

3. Bidang Perluasan dan Penempatan Tenaga Kerja, adalah untuk mengawasi pengangguran. Berdasarkan data jumlah pengangguran yang ada, Disnaker memberi informasi lowongan pekerjaan dengan tujuan sebagai pengendali pengangguran, dimana setiap orang yang merasa menganggur bisa mendatangi kantor Disnaker. Mereka mengisi dta yang nantinya apabila ada lowongan pekerjaan akan dipanggil, sesuai dengan keterampilan pencari kerja dengan perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Denngan data tersebut, Disnaker terbantu untuk bisa mengetahui jumlah pengangguran sebenarnya di Kabupaten Batu Bara.


(23)

4. Bidang Pelatihan, dimana pelatihan ini bertujuan meningkatkan kualitas keterampilan pencari kerja. Dalam bidang ini Disnaker mempunyai Balai Latihan Kerja yang mengatur beberapa kejuruan seperti keterampilan dalam las, menjahit, salon, memprosessing hasil-hasil pertanian, dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan

outputnya para penganggur bisa mandiri dan bisa diserap oleh perusahaan. 5.

3.2 Peran Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Politik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembangunan Daerah Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan kepada daerah kewenangan yang nyata, luas, dan bertanggungjawab. Untuk itu maka pemerintahan daerah di beri kekuasaan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi dan sumber daya setempat.

Dalam sub bab berikut penulis mencoba untuk menjelaskan bagaimana perenan lembaga pemerintahan dan lembaga politik di Kabupaten Batubara dalam Pembangunan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan adanya desentralisasi kepada Kabupaten Batubara untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka akan diikuti dengan adanya desentralisasi politik yang memberikan kewenangan lembaga pemerintahan dan lembaga politik didaerah untuk turut serta mengatur rumah tangganya secara mandiri. Untuk itu lembaga-lembaga pemerintahan ataupun lembaga-lembaga politik dikabupaten Batu Bara memiliki peran yang sangat vital dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat pasca pemekaran di daerah ini. Untuk itu dalam sub bab ini, Penulis akan menganalisis peran dari lembaga pemerintahan dan lembaga politik yang mengacu kepada Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) dan DPRD


(24)

(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) yang ada dikabupaten Batu Bara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat didaerah, pemerintah daerah melaksanakan pembangunan daerah. Pembangunan sendiri berdasarkan teori structural fungsional yang dikembangkan oleh Talcott Parsons merupakan sebuah kompleksitas layaknya bagian tubuh manusia. Tiap bagian yang ada dalam masyarakat memiliki fungsi masing-masing dlam mencapai tujuan pembangunan. Jika dikaitkan dengan desentralisasi secara perspektif politik, maka pembangunan yang dilaksanakan bergantung pada peran badan-badan politik yang ada didaerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya, pemerintah melaksanakan berbagai kegiatan dalam program pembangunan daerah, tentunya program dan kegiatan ini diharapkan dapat membawa kemajuan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini seperti disampaikan oleh Bapak Rubi Siboro selaku Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batu Bara berikut:

“Kami selaku BAPPEDA memberikan perhatian penuh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Batu Bara yang tertera dalam RPJMD Kabupaten Batu Bara tahun 2013-2018 ( Peraturan Daeran No.13 Tahun 2014) . adapun visi dari kabupaten Batu Bara yaitu “Mewujudkan Kabupaten Batu Bara Sejahtera Berjaya, dan Misi Kabupaten Batu Bara:1. Melanjutkan tingkat mutu pendidikan. 2. Melanjutkan peningkatan derajat kesehatan. 3.Melanjutkan peningkatan perekonomian.

Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Batu Bara pemerintah Kabupaten Batu Bara melalui BAPPEDA membentuk TKPK ( Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan) ditingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa. TKPK Kabupaten Batu Bara telah merumuskan strategi untuk peningkatan kemiskinan yang disebut dengan SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) Kabupaten Batu Bara 2015-2018”36

36

Hasil wawancara dengan Bapak Rubi Siboro pada tanggal 19 Januari 2017 pukul 13.20 bertempat di Kantor Bupati Kabupaten Batu Bara


(25)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Rubi Siboro, pemerintah Kabupaten Batu Bara melalui Bappeda melakukan usaha dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Adapun fokus dari usaha usaha dari Bappeda tertuju pada kemiskinan dan berfokus pada visi dan misi Kabupaten Batu Bara yaitu Mewujudkan Kabupaten Batu Bara Sejahtera Berjaya, dan Misi Kabupaten Batu Bara:1. Melanjutkan tingkat mutu pendidikan. 2. Melanjutkan peningkatan derajat kesehatan. 3.Melanjutkan peningkatan perekonomian.

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ahmad Muhtaz selaku ketua Komisi C, berikut “pembangunan di Kabupaten Batu Bara yang berkaitan dengan kesejahteraan itu sangat berkaitan dengan kemampuan APBD yang merupakan salah satu faktor, disamping tadi tingkat pendidikan dan kemandirian, tetapi beberapa bidang ( kesejahteraan itu kan menyangkut masalah ekonomi, masalah pendidikan dan masalah kesehatan) ini yang paling penting. Bagaimana masyarakat itu mendapatkan akses kesehatan, fasilitas kesehatan yang dibiayai oleh negara, pemerintah provinsi ataupun pemerintah daerah. Artinya masyarakat harus mendapatkan sebuah jaminan kesehatan. Jadi kalau di Kabupaten Batu Bara ini dengan jumlah penduduk 380.000 itu 50% nya sudah mendapatkan jaminan kesehatan ( Kartu Indonesia Sehat). Dan dari kemampuan APBD Kabupaten Batu Bara, yang Saya tahu terjadi peningkatan baik yang dibantu dari anggran Provinsi ataupun Kabupaten/Kota,karena masih cukup banyak masyarakat yang tidak mampu tetapi mereka belum mendapatkan Jaminan Kesehatan yang merupakan bagian dari kesejahteraan.”37

37

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Mukhtas pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 14.00 bertempat di Kantor DPRD Kabupaten Batu Bara

Dari pernyataan diatas, pemerintah Kabupaten Batu Bara melalui DPRD juga memaksimalkan pembangunan yang berfokus pada kesejahteraan, yaitu berupa pendidikan, ekonomi, kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan misalnya, pemerintah Kabupaten Batu Bara telah melaksanakan pelayanan kesehatan dimana dikatakan sebagian besar masyarakat Kabupaten Batu Bara sudah mendapatkan jaminan kesehatan. Dengan adanya fokus pembangunan terhadap kesejahteraan diharapkan mampu mendorong tercapainya kesejahteraan.


(26)

DPRD sebagai representasi wakil rakyat memiliki konstituen yang jelas, latar belakang kehidupan ekonomi keluarga masing-masing konstituennya, memiliki struktur Partai Politik hingga tingkat Kecamatan dan bahkan Desa/Kelurahan. Ini semua adalah potensi yang dimiliki untuk mengukur sejauh mana masyarakat sebuah wilayah dapat diketahui tingkat kesejahteraannya oleh anggota DPRD. Untuk itu, masyarakat menaruh harapan pada setiap kebijakan yang dibuat melalui DPRD untuk mengatasi berbagai masalah yang ada di masyarakat. Dalam konteks daerah, peraturan daerah ( perda) merupakan salah satu wujud kebijakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Sejak diberlakukannya sebgai daearah otonom, Kabupaten Batu Bara juga telah membuat beberapa ranperda yang telah disetujui menjadi. Berikut daftar Ranperda yang telah disetujui menjadi Perda:

- Tahun 2008

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Kedudukan dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Protokoler DPRD Kabupaten Batu Bara

- Tahun 2009

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Urusan Pemerintah Daerah

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Organisasi dan Dinas-Dinas

• Rancangan Perauran Daerah Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Dearah

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan


(27)

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Sumber Pendapatan Desa

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana

- Tahun 2010

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Kabupaten Batu Bara

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Retribusi Jasa Umum

• Rancangan Perauran Daerah Tentang Retribusi Jasa Usaha

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Retribusi Perizinan Tertentu

- Tahun 2011

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pembentukan Desa dan Kelurahan

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Perusahaan Batu Bara Berjaya

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Perubahan Protokol - Tahun 2012

• Rancangan Peraturan Tentang Perubahan Pajak - Tahun 2013

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang RSUD Kabupaten Batu Bara

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Air dan Tanah

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam


(28)

- Tahun 2014

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Izin Usaha Jasa Kontruksi

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

• Rancangan Perauran Daerah Tentang Penyertaan Modal

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Induk Kepariwisataan

• Rancangan Perauran Daerah Tentang Perencanaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung

• Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batu Bara.

Dapat dilihat dari daftar ranperda yang telah dirumuskan selama tahun 2008-2014, belum ada kebijakan yang benar-benar langsung menyentuh ke masyarakat. Selama kurun waktu 7 Tahun, DPRD Kabupaten Batu Bara masih belum melakasanakan fungsi sepenuhnya sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Jika dilihat dari rancangan peraturan daerah, belum ada satu peraturan yang dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat Kabupaten Batu Bara. Namun dilihat pada rencana kerja DPRD, hanya reses dan program DPRD yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hal ini sependapat dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ahmad Mukhtaz, berikut :

“Kita dari DPRD sendiri tidak ada program kerja yang langsung mewujudkan kesejahteraan masyarakat, jadi kita sama sama bergotong royong bersama dinas-dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial. Seperti contohnya dalam bidang pendidikan, adanya program beasiswa sifatnya tidak baku karena berdasarkan kemampuan anggaran, itupun hanya untuk siswa miskin, ya paling Kita


(29)

membangun komunikasi dengan perusahaan yang berada disekitar Kabupaten Batu Bara untuk melakukan CSR karena mereka juga punya program beasiswa untuk masyarakat Batu Bara yang Mereka (Perusahaan yang berada di wilayah Kabupaten Batu Bara) dengan Universitas, kadang ditambah dengan anggaran dari pemerintah. Kemudian kalau untuk peningkatan perokonomian, Kita kan berada di Kabupaten Batu Bara dan Nasional , melalui Dinas Sosial ada namanya PKH (Program Keluarga Harapan). kemudian yang ketiga bagaimana dengan ekonominya kita berkomunikasi dengan Dinas Sosial untuk , masyarakat diberikan bantuan untuk modal usaha, terutama usaha ibu-ibu. Kalau selama ini itu mereka hanya menyongket yang bekerja sama orang nah itu nanti dia akan dikasih modal tetapi dengan kelompok kecil. Kemudian program RTLH( Rumah Tidak Layak Huni) jadi rumah yang tidak layak huni akan mendapat bantuan berupa bahan bangunan yang sumbernya bisa dari APBD Kabupaten/Kota, bisa dari pusat bahkan bisa dari program CSR ya termasuk disini bantuan PT.INALUM dan juga DPRD menyerap aspirasi masyrakat melalui reses yang kemudian diajukan ke eksekutif agar selanjutnya dapat disampaikan kepada eksekutif.”38

“Ya salah satu kendala dalam kesejahteraan dari kemampuan anggaran yang terbatas, tetapi Saya pikir itu berlaku secara nasional bahkan negara sendiri pun mengalami devisit dalam hal anggaran sehingga berdampak ke daerah-daerah, kemudian kendala yang kedua adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang bisa dikatakan masih rendah, SD saja tidak tamat, sehingga kesadaran kesadaran untuk bagaimana menjaga kesehatannya, menjaga anak-anak itu untuk bagaimana mendapatkan pendidikan masih lemah. Karena kalaupun negara ataupun pemerintah memfasilitasi pendidikan gratis sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama yang 9 tahun itu Kita juga masih menemukan anak-anak yang SD pun tidak tamat jadi otomatis sangat mempengruhi kwalitas SDM masyarakat Kabupaten Batu Bara. Jadi perlu ada sebuah terobasan membangun mindset cara berpikir di masyarakat Kabupaten Batu Bara ini bahwa pendidikan itu sangat penting, kalaupun dia tidak mendapatkan pekerjaan yang baik tetapi cara berpikir dia sudah cukup maju”

Dalam pembangunan sebagai perwujudan kesejahteraan bagi masyarakat baik DPRD maupun Bapedda sendiri tak luput dari kendala, berikut penjelasan dari Bapak Ahmad Mukhtaz

39

Dalam pernyataan diatas, adapun kendala yang ditemui dalam melaksanakan kesejahteraan bagi masyarakat ialah anggaran yang terbatas menjadi kendala terbesar ditambah dengan kendala SDM karena dianggap masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Batu

38

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Mukhtas pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 14.00 bertempat di Kantor DPRD Kabupaten Batu Bara

39

Hasil wawancara dengan Bapak Rubi Siboro pada tanggal 19 Januari 2017 pukul 13.20 bertempat di Kantor Bupati Kabupaten Batu Bara


(30)

Bara yang sangat mempengaruhi kwalitas SDM, sehingga perlu ada mindset dari masyarakat Batu Bara itu sendiri bahwa pendidikan sangat penting .

Hal lain yang juga mengakibatnya tekendalanya proses peningkatan kesejahteraan ialah budaya dari masyarakat Batu Bara itu sendiri yang selalu menganggap bahwa dirinya miskin supaya mendapat bantuan, dan Sulitnya melaksanakan kordinasi dalam melaksanakan kesejahteraan masyarakat terhadap beberapa stakeholder antara pemerintah, swasta, dan masyarakat seperti yang dikatakan oleh Bapak Rubi Siboro, berikut penjelasannya

“Sulitnya merubah budaya masyarakat terhadap penerima bantuan, sebagai contoh masyarakat tidak malu mengaku miskin asalkan mendapat bantuan, 2. Sulitnya melakukan pendataan yang akurat dan uptodate terhadap jumlah masyarakat miskin, 3. Sulitnya melaksanakan kordinasi dalam melaksanakan kesejahteraan masyarakat terhadap beberapa stakeholder antara pemerintah, swasta, dan masyarakat”

Secara keseluruhan, kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara mengalami perubahan yang signifikan. Rentang kendali antara pemerintah dengan masyarakat di Kabupaten Batu Bara semakin dekat semenjak diberlakukan otonomi daerah. Bahkan bila dilihat dari data statistic diatas yang terkait kesejahteraan masyarakat ada kecenderungan peningkatan kesejahteraan walaupun masih tertinggal dengan beberaoa daerah lain di Provinsi Sumatera Utara. Indeks Pembangunan Manusia yang meningkat, garis kemiskinan dan tingkat pengangguran yang berkurang menjadikan adanya perubahan dalam kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara. Selain itu beberapa program beasiswa, adanya PKH ( Program Keluarga Harapan), program RTLH ((Rumah Tidak Layak Huni) dan penyediaan pelayanan juga dapat meningkatkan kesejahteraan di Kabupaten Batu Bara.

Dalam kaitannya dengan konse pembangunan, menunjukkan bahwa dalam pembangunan didalamnya terdapat kelompok masyarakat yang saling berhubungan. Sehingga dalam proses


(31)

pembangunan masyarakat memiliki katerkaitan dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dan bila dikaitkan dengan desentralisasi, adanya pelimpahan wewenang kepada badan-badan politik di daerah untuk mencapai keseimbangan dalam pembangunan daerah.


(32)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Uraian mengenai kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara, sebagai pendapat terakhir peneliti menyimpulkan:

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Indonesia yang memakai azas desentralisasi dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah menciptakan sistem baru yang memberikan kesempatan dalam penyelengaraan otonomi daerah dan menimbulkan yang terkait dengan pemekaran daerah. Dan pada 15 Juni 2007 resmi dibentuk Kabupaten Batu Bara. Dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi yang telah di berikan oleh pemerintah pusat kepada kabupaten Batu Bara diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Pemekaran daerah sejatinya merupakan sebuah cara untuk melaksanakan percepatan pembangunan demi tercapainya lesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pemekaran diharapkan adanya desentralisasi pemerintahan yang baik sehingga terciptanya efektifitas penyelengaraan pemerintahan. Melalui efektifitas penyelenggaran pemerintahan dan pengelolaan pembangunan ini diharapkan ada perubahan yang menyeluruh sehingga masalah-masalah yang ada ditengah-tengah masyarakat dapat teratasi. Kesenjangan yang terjadi antara beberapa daerah di Indonesia sebelum ini, diharapkan mendapatkan jawaban melalui adanya desentralisasi dalam wujud pemekaran daerah ini.

Sejak berjalannya pemerintahan Kabupaten Batu Bara pada tahun 2007 tidak dapat dipungkiri wilayah ini mengalami perkembangan. Berdasarkan statistic mengenai indikator


(33)

kesejahteraan masyarakat, Kabupaten Batu Bara mengalai kemajuan dibanding dengan sebelum dimekarkan dari Kabupaten Asahan. Adanya peningkatan setiap tahunnya mengenai indikator kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara..

Secara umum, adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabpaten Batu Bara tidak luput dari peran pemerintah, baik itu eksekutif maupun legislative. Adanya program-program pemerintah yang berfokus pada kesejahteraan seperti PKH ( Program Kelurga Harapan ), program RTLH ( Rumah Tidak Layak Huni ) dan dengan adanya program CSR yang mampu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Batu Bara

4.2 Saran

Dalam penelitian yang telahdijelaskan mengenai kondisi kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara setelah menjadi daerah otonom baru. Untuk itu penulis akan memberikan saran :

Secara keseluhan, untuk melaksanakan perubahan terhadap kesejahteraan masyarakat bukanlah hal yang mudah dapat dilakukakan. Harus benar-benar ada niat dari semua pihak, baik itu masyarakat, pemerintah eksekutif, dan pihak-pihak yang terlibat sehingga Kabupaten Batu Bara akan mendapatkan hasil secara maksimal. Pemerintah dan DPRD diharapkan dapat bekerjasama dalam pembangunan daerah, dikarenakan kedua lembaga ini memberikan peranan penting dalam pembangunan daerah dan peran serta dari masyarakat Batu Bara itu sendiri untuk saling bekerja sama dengan pemerintahan dalam pembangunan kesejahteraan.

Dengan adanya Sumber Daya Alam yang baik yang dimiliki oleh daerah Kabupaten Batu Bara diharapakan pemerintah mampu mengelola secara maksimal seperti misalnya PT. Inalum,


(34)

Pt. Multimas Nabati, Pt. Domba Mas, potensi perkebunan dan potensi pertanian sehingga dapat menaikkan taraf pendapatan dan taraf penghidupan masyarakat nya agar tercapai tujuan dari pemekaran itu sendiri.


(35)

BAB II

PROFIL KABUPATEN BATU BARA

Bab ini berisi penjelasan gambaran umum mengenai kondisi wilayah Kabupaten Batu Bara yang menjadi daerah objek penelitian. Gambaran umum mengenai kondisi geografis dan demografis di wilayah Kabupaten Batu Bara menjadi hal yang akan dipaparkan dalam bab ini. Selain itu, dalam bab ini juga akan dipaparkan mengenai sejarah singkat pembentukan kabupaten Batu Bara. Proses dan syarat yang harus dipenuhi oleh kabupaten Batu Bara untuk menjadi daerah otonom baru akan dominan dalam sub bab ini. Terakhir akan dipaparkan mengenai gambaran umum pemerintah Kabupaten Batu Bara. Komposisi Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batu Bara menjadi paparan yang ada dalam sub bab ini.

2. 1 Sejarah Kabupaten Batu Bara

Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.


(36)

Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Onder Afdeling Batu Bara 2. Onder Afdeling Asahan 3. Onder Afdeling Labuhan Batu

Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:

1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang 2. Distrik Kisaran

3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge

Sedang wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur yaitu:


(37)

1. Self Bestuur Indrapura 2. Self Bestuur Lima Puluh 3. Self Bestuur Pesisir

4. Self Bestuur Suku Dua (Bogak dan Lima Laras)

Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan Belanda. Pemerintahan Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.

Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada.

Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu: 1. Kewedanan Tanjung Balai

2. Kewedanan Kisaran

3. Kewedanan Batubara Utara 4. Kewedanan Batubara Selatan


(38)

5.Kewedanan Bandar Pulau

Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:

1.Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan 2.Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati 3.Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih

4.Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas) Wilayah Kecamatan terdiri dari : a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu:

* Kecamatan Tanjung Balai * Kecamatan Air Joman * Kecamatan Simpang Empat * Kecamatan Sei Kepayang

b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : * Kecamatan Kisaran

* Kecamatan Air Batu * Kecamatan Buntu Pane

c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu : * Kecamatan Medang Deras

* Kecamatan Air Putih

d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu: * Kecamatan Talawi

* Kecamatan Tanjung Tiram * Kecamatan Lima Puluh


(39)

e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : * Kecamatan Bandar Pulau

* Kecamatan Pulau Rakyat

* Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.

2.2 Sejarah Singkat Pemekaran Kabupaten Batu Bara

Sejarah Perjuangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara berawal dari keinginan masyarakat di wilayah eks Kewedanan Batu Bara untuk membentuk sebuah kabupaten Otonom. Upaya dimaksud sudah dirintis sejak tahun 1957, namun akibat dinamika politik nasional hingga akhir tahun 60-an (1969) masyarakat Batu Bara kembali mengaspirasikan bergabungnya 5 (lima) kecamatan yang ada dalam sebuah kabupaten Batu Bara, maka dibentuklah Panitia Pembentukan Otonom Batu Bara (PPOB) yang di prakarsai oleh salah seorang tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini berkedudukan di jalan Merdeka Kecamatan Tanjung Tiram. Karena Undang-undang Otonom belum di keluarkan oleh Pemerintah, perjuangan ini pun tertunda.

Masyarakat Batu Bara menilai bahwa terbentuknya Kabupaten Batu Bara adalah hasil perjuangan masyarakat. Sejak dicetuskannya kembali pada tahun 1999 usaha dan keinginan masyarakat Batu Bara ini di tolak oleh Pemerintah Kabupaten Asahan melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat dan peraturan Pemerintah yang lebih tinggi. Isi PROPEDA tersebut tertuang pada angka 2 (dua) pada kegiatan pokok program pembangunan daerah menyebutkan “ Upaya rasional pola berfikir masyarakat melalui pendekatan persuasive, khususnya terhadap


(40)

provokasi memisahkan diri dari wilayah kabupaten Asahan, serta sosialisasi kepada masyarakat bahwa sampai pada tahun 2005 tidak akan pernah ada yaitu apa yang disebut dengan pemekaran. Walaupun tidak direstui oleh Pemerintah Kabupaten Asahan, Masyarakat Batu Bara yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batu Bara (LSM-GEMKARA) menginventarisir Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan berasal dari putra asli daerah Batu Bara. Atas kesepakatan bersama, ditunjuklah OK ARYA ZULKARNAIN,SH,MM, menjadi pemimpin organisasi sekaligus pelaksana perjuangan pemekaran. Usah-usaha pendekatan persuasif kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, dengan prinsip “ Surut Berpantang Batu Bara Harus Menjadi Kabupaten”, akhirnya kerja berat ini berhasil diselesaikan dengan hasil yang memuaskan.

Dengan disahkannya Rancangan Undang-Undangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara melalui Usul Inisiatif Pemerintah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonedsia pada tanggal 7 Desember 2006 di Jakarta selanjutnya diundangkan menjadi Undang-undang Nomor 05 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Provinsi Sumatera Utara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 07, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4681) maka harus dipikirkan secara konsepsional, strategis dan taktis untuk pengelolaan pemerintah baru serbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat menuju taraf hidup yang lebih baik.

Nama Batu Bara (Batubahara) telah tercantum dalam literatur di abad ke -16 “Membayar upeti kepada Raja Haru.” Laporan utusan Pemerintah Inggris dan Penang John Anderson telah mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya “Mission To The East Coast Of Sumatra”.


(41)

Konsekuensi lebih lanjut dari keinginan dan niat mewujudkan Kabupaten Batu Bara adalah tanggung jawab yang diemban penggagas pemekaran untuk bisa menempatkan pola fikir masyarakat pada posisi yang lebih maju. Tanggung jawab dimaksud berkenaan dengan pencerahan pemikiran seluruh masyarakat di tujuh kecamatan, Merubah pemikiran awam masyarakat melalui paparan-paparan logis yang nantinya diharapkan melahirkan semangat baru untuk membangun diri, tidak hanya berpasrah terhadap kebijakan-kebijakan sepihak oleh kelompok penguasa jika sifatnya merugikan masyarakat banyak.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007, pemekaran wilayah harus memnuhi syarat-syarat administrative, syarat fisik, serta syarat teknis. Adapun syarat administrative yang telah dipenuhi dalam pemekaran wilayah Kabupaten Batu Bara pada saat itu adalah sebagai berikut:

• Surat Usulan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara oleh Bupati Asahan No.130/4634 tanggal 11 Juli 2005,

• Surat Keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara No.11/K/2005 tanggal 18 Oktober 2005 perihal Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara,

• Surat Usulan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara oleh Gubernur Sumatera Utara No.130/7186 tanggal 27 Oktober 2005.

• Kajian Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara oleh Pemerintah Kabupaten Asahan.

• PERDA Kabupaten Induk (Kabupaten Asahan) tentang Pembentukan Kecamatan No,28 Tahun 2000.


(42)

• Peta wilayah Kabupaten Batu Bara sebagai calon Kabupaten yang akan di bentuk dan dilegalisir oleh Pemerintah Kabupaten Asahan dan Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan calon Kabupaten.

• Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang penetapan Ibukota Kabupaten Batu Bara No. 24/K/DPRD/2005 tanggal 4 Agustus 2005.

• Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang kesanggupan Dukungan Dana dan Kabupaten Induk selama 3 (tiga) tahun berturut-turut No. 25/K/DPRD/2005 tanggal 4 Agustus 2005.

• Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara untuk mengalokasikan dana bantuan kepada Kabupaten yang baru dibentuk (Kabupaten Batu Bara) pada APBD Propinsi selama 3 (tiga) tahun berturut-turut Nomor 903/2650.K/2005 tanggal 20 Desember 2005.

• Formulir isian data kelengkapan calon daerah otonom baru yang diisi oleh Pemerintahan Kabupaten ditandatangani oleh Bupati dan Ketua DPRD.

• Rekomendasi dari menteri yang tela terpenuhi melalui Meteri Dalam Negeri RI pada saat itu, yang telah merekomendasikan pemekaran Kabupaten Batu Bara kepada DPR RI untuk dibahas dan disahkan.

Disamping itu, syarat fisik juga telah terpenuhi untuk mewujudkan pemekaran Kabupaten Batu Bara, antara lain sebagai berikut:

1. Cakupan wilayah, dimana pembentukan paling sedikit 5 kecamatan dan pembentukan kota paling sedikit 4 kecamatan. Wilayah Kabupaten Batu Bara terdiri dari 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Sei Balai, Kecamatan Talawi, Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Air Putih.


(43)

2. Lokasi calon ibukota yang ditetapkan melalui keputusan Bupati dan keputusan DPRD Kabupaten Batu Bara No. 24/K/DPRD/2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang penetapan Ibu Kota yang menentukan bahwa ibu kota Kabupaten Batu Bara berada di Lima Puluh, Kecamatan Lima Puluh.

Berdasarkan Peraturan Bupati Batu Bara Nomor 3 Tahun 2007 ditetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Batu Bara adalah pada tanggal 8 Desember 2006 sesuai dengan Persetujuan Bersama DPR RI dengan Presiden RI yang memutuskan undang-undang tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara. Tanggal 15 Juni 2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan Nomor 196-Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa Gajah masuk dalam wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara, namun mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan.

• Struktur Pemerintahan Kabupaten Batu Bara pada saat ini terdiri dari :

• a. Sekretariat Daerah Kab. Batu Bara

• b. Sekretariat DPRD Kab. Batu Bara

• c. 13 Dinas Daerah

• d. 7 Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan dan 5 berbentuk Kantor

• e. 7 Kecamatan

• f. 93 Desa

• g. 7 Kelurahan

• Dari mulai terbentuknya Kabupaten Batu Bara yaitu pada tanggal 15 Juni 2007 sampai dengan sekarang, Kabupaten Batu Bara dipimpin oleh Bupati Batu Bara yaitu:


(44)

• sebagai pelaksana Bupati

• (15-6-2007 s/d 22-6-2008)

• 2. Drs. SYAIFUL SYAFRI, MM

• sebagai pelaksana Bupati

• (23-6-2008)

• 3. OK ARYA ZULKARNAIN,SH.MM.

• (2008 – 2013)

• 4. OK ARYA ZULKARNAIN,SH.MM.

• (2013 – 2018)

• Sedangkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batu Bara adalah:

• 1. H. SURYA, BSc

• (2008 – 2009)

• 2. SELAMAT ARIFIN, SE

• (2009 – sekarang).31

2.3 Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara

Kabupaten Batu Bara merupakan Kabupaten yang berada dikawasan Pantasi Timur Sumatera yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Luas wilayah Kabupaten Batu Bara adalah 90.496 Ha dengan Ibukota Kabupaten berada di Lima Puluh yang merupakan Kecamatan terbesar di Kabupaten Batu Bara. Sebagian besar Kecamatan yang berada di Kabupaten Batu Bara berada dipesisir Pantai Timur

31

Katalog BPS 1102001.1219: Batu Bara Dalam Angka In Figures 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara.,2014. hlm. xIix-Iix.


(45)

Kabupaten Batu Bara berbatasan dengan:

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Meranti Kabupaten Asahan

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Air Joman (Kabupaten Asahan) dan Selat Malaka . Gambar 2.1

Peta Kabupaten Batu Bara

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015 Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 141 Desa/Kelurahan Definitif. Cakupan Kabupaten Batu bara terdiri dari:

1. Kecamatan Sei Balai dengan Ibukota Kecamatan 2. Kecamatan Tanjung Tiram


(46)

4. Kecamatan Lima Puluh 5. Kecamatan Air Putih 6. Kecamatan Sei Suka 7. Kecamatan Medang Deras

Rincian Banyaknya desa dan dusun di Kabupaten Batu Bara terlihat dari tabel 2.2dibawah ini:

Tabel 2.1

Banyaknya Desa dan Dusun Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Desa Pantai Desa Bukan

Pantai

Jumlah

Desa/Kelurahan

Sei Balai - 14 14

Tanjung Tiram

8 14 22

Talawi 2 18 20

Lima Puluh 3 32 35

Air Putih - 19 19

Sei Suka 2 18 20

Medang Deras

6 15 21

Batu Bara 21 130 151

Sumber: Batu Bara Dalam Angka 2015

Jumlah desa pantai di tiap kecamatan beragam, berdasarkan Tabel 2.3 untuk kecamatan Sei Balai dan Air Putih tidak terdapat desa pantai, untuk jumlah desa bukan pantai terdapat 14 desa bukan pantai di kecamatan Sei Balai dan 19 desa bukan pantai di kecamatan Air Putih. Kecamatan Tanjung Tiram memiliki 8 desa pantai dan 14 desa bukan pantai dengan total


(47)

keseluruhan jumlah desa sebanyak 22 desa/kelurahan. Pada kecamatan Talawi terdapat 2 desa pantai dan 18 desa bukan pantai dengan jumlah keseluruhan 20 desa/kelurahan.Kecamatan Lima Puluh memiliki 3 desa pantai dan 32 desa bukan pantai dengantotal keseluruhan desa sebanyak 35 desa/kelurahan. Selanjutnya pada kecamatan Sei Suka terdapat 2 desa pantai dan 18 desa bukan pantai dengan jumlah keseluruhan 20 desa/kelurahan, dan kecamatan Medang Deras dengan 6 desa pantai dan 15 desa bukan pantai dengan jumlah keseluruhan 21 desa/kelurahan. dengan itu Kabupaten Batu Bara memiliki 21 desa pantai dan 130 desa bukan pantai dengan jumlah keseluruhan desa/kelurahan sebanyak 151 desa/keluarahan.

Tabel 2.2

Luas Wilayah Kabupaten Batu Bara Berdasarkan Wilayah Kecamatan No Kecamatan Luas(Km²)

1 Sei Balai 92,62 2 Tanjung Tiram 173,79

3 Talawi 89,8

4 Lima Puluh 239,55 5 Air Putih 72,24 6 Sei Suka 171,47 7 Medang Deras 65,47

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara

Dari ketujuh kecamatan yang ada dikabupaten Batu Bara, Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Lima Puluh dengan luas wilayah 239,55 Km² atau sekitar 26,47%, sementara luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Air Putih dengan luas wilayah 72,24 Km² .


(48)

2.4 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Batu Bara berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2011 adalah 375.885 jiwa termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk urutan IX terbesar se-Sumatera Utara setelah Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Labuhan Batu, dan Kabupaten Mandailing Natal.

Untuk selanjutnya perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Batu Bara dari tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Batu Bara tahun 2011-2014

No Kecamatan 2011 2012 2013 2014

1 Sei Balai 26.857 26.914 27.073 27.211

2 Tanjung Tiram 62.964 63.728 63.996 64.321

3 Talawi 53.585 54.185 54.445 54.722

4 Lima Puluh 85.164 85.811 86.079 86.517

5 Air Putih 46.749,00 47.017 47.171 47.411

6 Sei Suka 52.599 53.010 53.206 53.476

7 Medang Deras 47.967 48.735 49.053 49.302 Jumlah 375.885 379.400 381.023 382.960

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara

Dari data yang ada, jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di Kecamatan Lima Puluh, dan Kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Sei Balai.


(49)

2.5 Pemerintahan

Pemerintahan Kabupaten Batu Bara dipimpin oleh seorang Bupati dan Wakil Bupati. Pada periode 2013-2018, Pemerintahan Kabupaten Batu Bara dipimpin oleh Bapak OK ARYA ZULKARNAIN,SH.MM sebagai Bupati Kabupaten Batu Bara dan Bapak H.R.M. Harry Nugroho sebagai Wakil Bupati Kabupaten Batu Bara. Adapun visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati periode 2013-2018 adalah sebagai berikut:

Visi:

Kabupaten Batu Bara sejahtera Berjaya Misi:

Bersama rakyat Batu Bara berjuang untuk: 1. Meningkatkan mutu pendidikan 2. Meningkatkan derajat kesehatan 3. Meningkatkan taraf perokonomian

Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Batu Bara dibantu oleh sejumlah organisasi perangkat daerah. Organisasi perangkat daerah di Kabupaten Batu Bara adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat Daerah

2. Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah 3. Dinas Daerah, terdiri dari:

a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan b. Dinas Kesehatan

c. Dinas Pekerjaan Umum


(50)

e. Dinas Pendapatan

f. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

g. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika h. Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian i. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

j. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan k. Dinas Kelautan dan Perikanan

4. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari: a. Inspektorat

b. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah c. Badan Kepegawaian Daerah

d. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah e. Satuan Polisi Pamong Praja

f. Kantor Lingkungan Hidup

g. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik h. Kantor Kearsipan dan Perpustakaan

i. Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berecana 5. Kecamatan

6. Lembaga Teknis Daerah Lain

a. Badan Penanggulan Bencana Daerah b. Kantor Pelayanan Izin Terpadu c. Kantor Sekretariat Korpri


(51)

Disamping itu, lembaga legislatif, DPRD Kabupaten Batu Bara memiliki 35 orang anggota. Berikut daftar anggota DPRD Kabupaten Batu Bara periode 2014-2019.

Tabel 2.4

Daftar Nama-Nama Anggota DPRD Kabupaten Batu Bara Periode 2014-2019

No Nama Dapil Partai

1 Buyung I Demokrat

2 Ali Mukhtar I Hanura

3 Amat Muktas I PKS

4 Oky Iqbal I Gerindra

5 Yahdi Khoir Harahap I PAN

6 Fahri Iswahyudi I Golkar

7 Tiurlan N I Nasdem

8 Kristian M I PDIP

9 Sarianto Damanik I PKPI

10 Suharto BA II Golkar

11 Mukhsin II Nasdem

12 Jalasman S II PDIP

13 Archiman Simbolon II Gerindra

14 Irwan Zuhri II PKPI

15 Syafrizal III Gerindra

16 Nurjanah III Demokrat


(52)

18 Taufik Hidayat III Nasdem

19 M. Safii III PDIP

20 Fahmi III PAN

21 Darnia Idha Nasution III PPP 22 Citra Mulayadi Bangun III PKS

23 Rizky Aryetta IV Golkar

24 M. Ali Hatta IV Golkar

25 Nafiar IV Golkar

26 Usman IV Hanura

27 Ponirin IV Nasdem

28 Ruslan IV PDIP

29 Ahmad Badri IV PPP

30 Chairul Bariah IV PAN

31 Pagar J Pandiangan IV Gerindra

32 Azhar Amri IV PBB

33 Selamet Arifin IV Golkar

34 Suwarsono IV PDIP

35 Suryadi IV PPP

Sumber: batubarakab.go.id

2.6 Keadaan Geografis

Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 151 Desa/Kelurahan definitif. Wilayah Kabupaten Batu Bara di sebelah Utara berbatasan


(53)

dengan Kabupaten Serdang Bedagai, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Asahan, di sebelah Barat dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. Keadaan geografis Kabupaten Batu Bara lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5

Letak dan Geografi Kabupaten Batu Bara Tahun 2014

Karakteristik Penjelasan

1. Letak 2003’00” – 3026’00”Lintang Utara

99001’ – 100000’ Bujur Timur

2. Luas Wilayah 904.96 Km2(90 496 Ha)

3. Letak di Atas Permukaan Laut 0 – 50 meter dpl

4. Batas-Batas

Utara : Kabupaten SerdangBedagai

Selatan : Kabupaten Asahan

Barat :Kabupaten Simalungun

Timur : Selat Malaka

5. Daerah Administratif

Terdiri dari 7 Kecamatan, 151 Desa/Kelurahan Definitif

6. Iklim

Pada Tahun 2012, Jumlah dari:

Hari Hujan : 96 Hari

Curah Hujan : 1.395 mm

Suhu Udara : -

Kelembaban : -

2.7 Potensi Daerah

Kabupaten Batu Bara memiliki potensi daerah yang beragam. Potensi daerah harus diberdayakan oleh pemerintah bersama masyarakat di Kabupaten Batu Bara agar dapat meningkatkan kesejahteraan. Untuk itu perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah untuk mengelola sumber daya ini. Berikut akan dijelaskan potensi daerah Kabupaten Batu Bara di masing-masing sektor.


(54)

2.7.1 Perkebunan

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu sentra perkebunan di Sumatera Utara. Hasil perkebunan di wilayah Kabupaten Batu Bara terdiri dari hasil perusahaan perkebunan dan hasil perkebunan rakyat. Komoditi penting yang dihasilkan perkebunan di Kabupaten Batu Bara adalah karet, kelapa sawit, kelapa, coklat, dan pinang. Selain perkebunan yang dikelola oleh rakyat, Batu Bara juga merupakan sentra perkebunan yang dikelola oleh swasta dan BUMN (PNP/PTP). Komoditas yang diusahakan antara lain karet dan kelapa sawit.

Tabel 2.6

Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Batu Bara Tahun 2009 – 2013

Jenis Tanaman 2009 2010 2011 2012 2013

Karet 117,30 240,50 147,90 485 485,00

Kelapa Sawit 70.792,75 10.747,50 165.875,00 174.197 174.197,00 Kelapa 5.210,10 7.262,50 21.021,00 47.051 47.051,00

Coklat 1.627,10 806,00 1.731,16 1.797 1.797,00

Kopi - - - - -

Aren 10,82 26,00 32,65 148 148,00

Pinang - - - - -

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Batu Bara

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa produksi tanaman perkebunan rakyat yang paling menghasilkan lebih banyak adalah kelapa sawit. Dan produksi kelapa sawit meningkat per tahunnya.


(55)

2.7.2 Peternakan

Kabupaten Batu Bara juga melakukan pekerjaan di bidang peternakan. Sebagai ternak unggulannya ialah produksi daging unggas yang pada tahun 2015 mencapai 157,18 ton, untuk ternak kecil yang terbesar ialah babi mencapai 181,02 ton dan untuk ternak besar adalah sapi dengan produksi daging sebesar 401,78 ton. Dibanding tahun 2014, populasi unggas di Kabupaten Batu Bara meningkat kecuali ayam ras pedaging. Untuk ternak kecil juga meningkat, begitu juga untuk ternak besar, kecuali sapi perah dan kuda.

2.7.3 Perikanan

Kondisi wilayah Kabupaten Batu Bara yang terletak di pesisir laut Malaka mendorong masyarakat untuk bermata pencahrian sebagai nelayan dan menjadikan sektor perikanan laut ini sangat potensial. Produksi ikan tangkap dari laut di Batu Bara pada tahun 2015 sebesar 28.595,4 ton sedangkan ikan tangkap dari perairan umum tidak berproduksi. Produksi terbesar berasal dari kecamatan Tanjung Tiram yaitu sebesar 11.322 ton disusul dengan Kecamatan Medang Deras sebanyak 7.278 ton. Produksi perikanan budidaya di Batu Bara tahun 2015 sebanyak 304,4 ton, sebanyak 235,5 ton dari hasil budidaya kolam.

Kegiatan perikanan yang dilakukan terdiri dari penangkapan dan budidaya. Kegiatan penangkapan ikan terutama dilakukan di lepas pantai, hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Batu Bara merupakan daerah daratan dan sebahagian lagi lautan yang bersebelahan dengan Selat Malaka, sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan yaitu budidaya laut, kolam, maupun budidaya pantai.


(56)

2.7.4 Kehutanan

Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan suaka marga satwa, hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi, hutan konservasi dan hutan wisata. Total area hutan di Batu Bara mencapai 3.424 ha yang dirinci atas 47,96% hutan produksi terbatas dan 52,04% merupakan hutan lindung. Areal hutan terluas terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram seluas 1.637 ha disusul medang deras dan urutan ketiga Kecamatan Lima Puluh dengan masing-masing 821 ha dan 519 ha.

2.7.5 Pertanian

Tanaman pangan diwilayah Kabupaten Batu Bara adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Adapun hasil produksi tanaman pangan adalah sebgai berikut :

Tabel 2.7

Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Batu Bara Tahun 2009 – 2013 Tanaman

Pangan

2009 2010 2011 2012 2013

Jagung 7.554 3.885 8.139 43.104 743

Ubi Kayu 24.694 25.048,7 63.159 104.975 211.180

Ubi Jalar 1.537 672 1.015 1.536 548

Kacang 135,1 351,2 89 89 193

Kedelai 125,5 66,9 47 92 34

Kacang Tanah 144,7 50,9 30 65 25


(57)

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa ubi kayu merupakan tanaman pangan yang paling banyak di produksi Kabupaten Batu Bara terlihat pada tahun 2009 (24.694 ton), tahun 2010 (25.048,7 ton), tahun 2011 (63.159 ton), tahun 2012 (104.975 ton) dan tahun 2013 (211.180 ton).

2.7.6. Industri

Industri yang berkembang di wilayah Kabupaten Batu Bara ini termasuk industri berskala nasional, yaitu PT. Inalum yang memproduksi aluminium. Selain itu di wilayah Batu Bara terkenal akan industri kerajinan tenunan songket yang disebut Songket Batu Bara.

Tabel 2.8

Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2009 – 2013

Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2012

Sei Balai 1 1 1 1 1

Tanjung Tiram 12 11 9 - -

Sei Balai 8 7 6 4 4

Lima Puluh 7 7 5 5 5

Air Putih 9 8 5 3 3

Sei Suka 12 12 9 7 7

Medang Deras 4 3 3 1 1

Batu Bara 53 49 38 21 21


(58)

Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kabupaten Batu Bara berkurang setiap tahunnya. Dan pada tahun 2013 jumlah perusahaan industri besar/sedang sebanyak 21 perusahaan. Namun untuk perusahaan industri kecil/kerajinan rumah jumlahnya meningkat setiap per tahun. Tahun 2009 sebanyak 614 perusahaan, tahun 2010 sebanyak 654 perusahaan, tahun 2011 sebanyak 700 perusahaan, tahun 2012 sebanyak 732 perusahaan dan tahun 2013 sebnayak 740 perusahaan.


(1)

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, digunankan sistematika penulisan sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penanulisan.

2. BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BATUBARA

Pada Bab ini, akan menggambarkan kondisi dan profil Kabupaten Batu Bara setelah ditetapkan menjadi daerah otonom. Dalam Bab ini juga akan dipaparkan sejarah singkat pembentukan serta gambaran umum dan pemerintahan Kabupaten Batu Bara.

3. BAB III KONDISI DAN ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PASCA PEMEKARAN DAERAH DIKABUPATEN BATU BARA.

Dalam Bab ini, akan mengkaji dan menganalisi kondisi kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dari pemekaran daerah di Kabupaten Batu Bara serta peran lembaga politik yang ada di Kabupaten Batu Bara.

4. BAB IV PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data, dan memberikan saran atas hasil penelitian yang telah diperoleh.


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

QOMARIA ANUM (110906001)

ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA PEMEKARAN DAERAH ( Studi Pada Kabupaten Batu Bara )

Rincian isi Skripsi, 98 Halaman, 11Buku, 5 Jurnal, 27 Tabel, 2 Gambar, 3 Situs Internet, 2 Dokumen, 10 Kutipan Wawancara.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemekaran daeah terhadap kesejahteraan masyarakat daerah otonom baru. Dengan diberikannya wewenang kepada pemerintahan baru diharapkan dapat mempercepat pembangunan daerah nya guna mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Kabupaten Batu Bara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Sebelum di mekarkan dari Kabupaten Asahan kondisi kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Batu Bara dapat dikatakan masih terbelakang. Bila dilihat dari potensi Sumber Daya Alam seperti, Industri dan Potensi Alamnya, selama berada dalam cakupan wilayah Kabupaten Batu Bara belum dapat menikmatinya. Maka dari itu dengan adanya pemekaran daearh diharapkan lembaga pemerintahan dan lembaga politik saling bekerja sama sehingga dapat mempercepat pembangunan di daerah otonom baru.

Penelitian ini menggunakan dua teori dan satu konsep sebagai alat untuk menganalisa masalah. Teori pertama ialah Otonomi Daerah, dapat didefeniskan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 “ Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat yang mempunyai batas-batas wilayah yang berhak mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat. Kedua teori pemekaran daerah, teori ini digunakan untuk mengkaji bagaimana dinamika keinginan masyarakat Kabupaten Batu Bara untuk menjadikan daerahnya menjadi daerah otonom baru, karena pada dasarnya untuk meningkatkan pelayanan public guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya konsep pembangunan daerah yang menjelaskan bahwa masyarakat merupakan sistem yang komples yang saling berkaitan.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara (interview) yang ditujukan kepada DPRD Komisi C, beserta Bappeda


(3)

Kabupaten Batu Bara. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku, internet, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa telah terjadi peningkatan terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Batu Bara. Seperti dari Indeks Pembangunan Manusia setiap tahunnya terjadi peningkatan, kemudian kemiskinan juga terjadi peningkatan walaupun masih fluktuatif

(Kata Kunci: Otonomi Daerah, Pemekaran Daerah, Pembangunan Daerah, Kesejahteraan Masyarakat)


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

QOMARIA ANUM (110906001)

SOCIETY WELFARE POST ANALYSIS OF REGIONAL EXPANSION ( Study in West Batu Bara )

Details of the contents Thesis, 98 pages, 11 Books, Journals 5, 27 Tables, Figure 2, 3 Website, Document 2, 10 Quotes Interview.

ABSTRACT

This study aims to determine how the effect of the expansion of the welfare society elapsed areas in the new autonomous region. Given the authority of the new government is expected to accelerate the development of its area to accelerate the improvement of people's

welfare. District Batu Bara a new district carved out of Asahan. Prior to extract from Asahan district community welfare

conditions in. District Batu Bara can be said to be backward. When viewed from the potential of natural resources such as, industry and the potential of nature is, while you are within the coverage area district Batu Bara has not been able to enjoy it. Therefore with the expansion expected daearh government agencies and political bodies to work together so as to accelerate development in the new autonomous region.

This study used two theories and the concept as a tool to analyze the problem. The first theory is that Autonomy, can didefeniskan in Law No. 32 of 2004 "Regional autonomy is unity of the people that have boundaries that are entitled to regulate and manage the affairs of government and public interests. Both theories of regional expansion, this theory is used to examine how the dynamics of people's desire Batu Bara turning the district into a new autonomous region, due basically to improve public services in order to accelerate the realization of the people's welfare. Furthermore, the concept of regional development which explains that the community is a very complex system of interrelated.

This research is descriptive research with qualitative analysis method. In this study the authors used data collection techniques by collecting primary data and secondary data. Primary data were collected through interviews (interview) addressed to the Parliament Commission C, along with the Regional Development Planning Agency Coal. While secondary data collection done by collecting data and information through books, the Internet, and journals related to the research problem.

Based on the analysis of these results, the authors conclude that there has been an increase in community welfare Batu Bara District. As of the Human Development Index annually increased, and poverty also increased, although still volatile.


(5)

(6)

Tabel 3.6 Rata-Rata Lama Sekolah ... 74 Tabel 3.7 Angka Usia Harapan Hidup di Kabupaten Batu Bara Tahun

2009-2013 ... 75 Tabel 3.8 Banyaknya Kelahiran Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten

Batu Bara ... 76 Tabel 3.9 PDRB Perkapita Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten Batu

Bara Tahun 2012-2014 (Rupiah ) ... 77 Tabel 3.10 Penduduk Miskin di Kabupaten Batu Bara ... 79 Tabel 3.11 Gini Ratio Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

2013 ... 80 Tabel 3.12 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama

Di Kabupaten Batu Bara ... 81 Tabel 3.13 Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Ketenaga Kerjaan ... 82

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Batu Bara ... 50 Gambat 3.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 69