Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada Neonatus di unit Neonatologi RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011 – 2013

(1)

KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA NEONATUS DI UNIT NEONATOLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE 2011 – 2013 KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ASNA HIDAYA BINTI MOHAMMED AMEEN NIM: 110100519

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA NEONATUS DI UNIT NEONATOLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE 2011 – 2013 KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

ASNA HIDAYA BINTI MOHAMMED AMEEN NIM: 110100519

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada Neonatus di unit Neonatologi RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011 – 2013 Nama : Asna Hidaya Binti Mohammed Ameen

NIM : 110100519

__________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

(dr. Muhammad Ali, Sp.A (K)) (dr. M. Rusda, Sp.OG(K))

NIP : 196905241999031001 NIP : 196805202002121002 Penguji II

(dr. T. Kemala Intan MPD) NIP : 196204241990032002

Medan, Desember 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan 2014

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 195402201980111001


(4)

ABSTAK

Latar Belakang : Penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatalogi RSUP haji Adam Malik Medan Periode 2011 2013.

Metode : Populasi penelitian ini adalah neonatus penderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di RSUP Haji Adam Malik periode 2011 -2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan melalui rekam medis pasien. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil : Dari hasil penelitian diperoleh 40 sampel penderita Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus yang telah dilaporan. Jenis kelamin neonatus yang paling banyak menderita PJB adalah laki-laki (57.5%). Distribusi proporsi neonatus yang menderita PJB terbesar berdasarkan saat didiagnosa adalah sekitar 1-6 hari (32.5%). Tipe PJB yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (27.5%). Gejala yang paling sering dijumpai pada neonatus yang menderita PJB adalah sianosis dan dispnea (20%). Status gizi kurang (37.5%) merupakan status gizi yang paling banyak dijumpai pada neonatus yang menderita PJB.

Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa PJB lebih banyak terjadi pada pasien neonatus laki-laki dengan umur pasien saat didiagnosa rata-rata adalah sekitar 1-6 hari dan dijumpai tipe PJB yang paling sering terjadi adalah tetralogi fallot dengan gejala yang terbanyak adalah sianosis dan dispnea disertai dengan status gizi buruk sebagai status gizi yang paling banyak.


(5)

ABSTRACT

Background: Congenital Heart Disease is a congenital disorder with

abnormalities in the cardiac structure or the function of the heart’s circulation,

caused when the cardiac structures failed to develop in the early phase of fetal development.

Objective: This study aims to investigate the characteristic of Congenital Heart Disease in neonates in the neonatology unit of RSUP Haji Adam Malik from 2011-2013.

Method: The population in this study is all neonates with Congenital Heart Disease registered at RSUP Haji Adam Malik from 2011-2013. The data’s were collected from medical records of the neonates with Congenital Heart Disease using the method of total sampling and were analyzed by using descriptive statistic.

Result: The result of this study showed that a of total 40 samples had congenital heart disease and the gender of neonates with the most congenital heart disease were male (57.5%). Distribution proportion of the neonates suffering from congenital heart disease based on the age of the neonates when they were diagnosed was around 1-6 days (32.5%). The most common type of congenital heart disease was Tetralogy of Fallot (27.5%). Symptoms that are most often to be seen in neonates suffering from congenital heart disease are cyanosis and dyspnea (20%). Malnutrition (37.5%) is the most often found type of nutritional status in neonates who were suffering from congenital heart disease.

Conclusion: As a conclusion, CHD is more common in male neonates with age average of 1-6 days when they are being diagnosed and most common type of congenital heart disease is Tetralogy of Fallot with the most common type of symptoms are cyanosis and dyspnea accompanied by bad nutritional status as most nutritional status.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan Pada Neonatus Di Unit Neonatalogi RSUP Haji Adam Malik Periode 2011 –2013” dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan saran dan petunjuk dalam pelaksanaan pembuatan karya tulis ini.

3. dr. M. Rusda, Sp.OG(K) dan dr. T. Kemala Intan MPD selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

5. Seluruh staff pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua (Mohammed Ameen dan Zaidah), yang telah memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan karya tulis ilmiah ini. 7. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan

bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya tulis ilmiah ini 8. Semua pihak yang terlibat secara langung atau tidak langsung selama


(7)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan rendah hati, penulis menerima kriktikan dan saran agar semakin baik ke depannya dari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan dunia kesehatan..

Medan, 06 Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ………... 3

1.4 Manfaat Penelitian ………... 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Definisi ………. 5

2.2 Epidemiologi ……… 5

2.3 Etiologi & Faktor Resiko ………. 6

2.4 Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan ……….. 7

2.4.1 PJB Non Sianotik ………..… 7

1. Arterial Septal Defect ……….... 7

2. Ventricular Septal Defect ………... 8

3. Patent Ductus Arteriosus ……….... 9

4. Stenosis Aorta ……… 9

5. Stenosis Pulmonal ……….... 10

6. Koarktasio Aorta ……….. 11


(9)

1. Tetralogi Fallot ………... 12

2. Transposisi Arteri Besar ………... 13

2.5 Diagnosis ……….... 13

2.6 Penatalaksanaan ………. 14

Bab 3 Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ... 16

3.1 Kerangka Konsep ………...…… 16

3.2 Definisi Operasional ………... 17

Bab 4 Metode Penelitian ... 20

4.1 Jenis Penelitian ………... 20

4.2 Tempat dan Waktu penelitian ……….………... 20

4.2.1 Tempat Penelitian ……….... 20

4.2.2 Waktu Penelitian ………. 20

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………. 20

4.3.1 Populasi ………... 20

4.3.2 Sampel ………. 20

4.4 Teknik Pengumpulan data ……….. 21

4.5 Pengolahan dan Analisis Data ……… 21

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 22

5.1 Hasil Penelitian ………...………... 22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….……… 22

5.1.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Penyakit Jantung Bawaan dan Status Gizi …………..…… 22

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Saat Didiagnosis ……...… 24

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit Jantung Jantung Bawaan ………..……… 25

5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan ………... 27


(10)

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 31

6.1 Kesimpulan ……… 31

6.2 Saran ………...………… 31

Daftar Pustaka ... 32

Lampiran


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis kelamin

Tipe Penyakit Jantung Bawaan dan Status Gizi 23

5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Saat Didiagnosis 24

5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit

Jantung Bawaan 25

5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tanda dan Gejala


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Saat Didiagnosis 24

5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Daftar riwayat hidup

2. Lembar ethical clearance

3. Surat izin survei awal penelitian (FK USU)

4. Surat permohonan izin studi pendahuluan (RSUP H Adam

Malik)

5. Surat izin penelitian (FK USU)

6. Surat izin penelitian (RSUP H Adam Malik)

6. Log book bimbingan proposal & hasil penelitian


(14)

ABSTAK

Latar Belakang : Penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatalogi RSUP haji Adam Malik Medan Periode 2011 2013.

Metode : Populasi penelitian ini adalah neonatus penderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di RSUP Haji Adam Malik periode 2011 -2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan melalui rekam medis pasien. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil : Dari hasil penelitian diperoleh 40 sampel penderita Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus yang telah dilaporan. Jenis kelamin neonatus yang paling banyak menderita PJB adalah laki-laki (57.5%). Distribusi proporsi neonatus yang menderita PJB terbesar berdasarkan saat didiagnosa adalah sekitar 1-6 hari (32.5%). Tipe PJB yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (27.5%). Gejala yang paling sering dijumpai pada neonatus yang menderita PJB adalah sianosis dan dispnea (20%). Status gizi kurang (37.5%) merupakan status gizi yang paling banyak dijumpai pada neonatus yang menderita PJB.

Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa PJB lebih banyak terjadi pada pasien neonatus laki-laki dengan umur pasien saat didiagnosa rata-rata adalah sekitar 1-6 hari dan dijumpai tipe PJB yang paling sering terjadi adalah tetralogi fallot dengan gejala yang terbanyak adalah sianosis dan dispnea disertai dengan status gizi buruk sebagai status gizi yang paling banyak.


(15)

ABSTRACT

Background: Congenital Heart Disease is a congenital disorder with

abnormalities in the cardiac structure or the function of the heart’s circulation,

caused when the cardiac structures failed to develop in the early phase of fetal development.

Objective: This study aims to investigate the characteristic of Congenital Heart Disease in neonates in the neonatology unit of RSUP Haji Adam Malik from 2011-2013.

Method: The population in this study is all neonates with Congenital Heart Disease registered at RSUP Haji Adam Malik from 2011-2013. The data’s were collected from medical records of the neonates with Congenital Heart Disease using the method of total sampling and were analyzed by using descriptive statistic.

Result: The result of this study showed that a of total 40 samples had congenital heart disease and the gender of neonates with the most congenital heart disease were male (57.5%). Distribution proportion of the neonates suffering from congenital heart disease based on the age of the neonates when they were diagnosed was around 1-6 days (32.5%). The most common type of congenital heart disease was Tetralogy of Fallot (27.5%). Symptoms that are most often to be seen in neonates suffering from congenital heart disease are cyanosis and dyspnea (20%). Malnutrition (37.5%) is the most often found type of nutritional status in neonates who were suffering from congenital heart disease.

Conclusion: As a conclusion, CHD is more common in male neonates with age average of 1-6 days when they are being diagnosed and most common type of congenital heart disease is Tetralogy of Fallot with the most common type of symptoms are cyanosis and dyspnea accompanied by bad nutritional status as most nutritional status.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut American Heart Association Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan jantung atau malformasi yang muncul saat kelahiran, selain itu kelainan jantung kongenital merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak dalam kandungan sampai dengan lahir. Kebanyakan kelainan jantung kongenital meliputi malformasi struktur di dalam jantung maupun pembuluh darah besar, baik yang meninggalkan maupun yang bermuara pada jantung (Nelson, 2000).

Kelainan ini merupakan kelainana bawaan tersering pada anak, sekitar 8 – 10 dari 1000 kelahiran hidup. Penyakit Jantung Bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan ditemukan setelah pasien berumur beberapa tahun. Kelainan ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi saat lahir. Namun pada anak tertentu, efek dari kelainan ini begitu berat sehingga diagnosis telah dapat ditegakkan bahkan sebelum lahir. Dengan kecanggihan teknologi kedokteran di bidang diagnosis dan terapi, banyak anak dengan kelainan jantung kongenital dapat ditolong dan sehat sampai dewasa (Ngustiyah, 2005).

Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. Penyakit Jantung Bawaan non sianotik terdiri dari defek septum ventrikel, defek septum atrium, duktus arteriosus persisten, stenosis pulmonal, stenosis aorta dan koarktasio aorta. Penyakit Jantung Bawaan sianotik terdiri dari tetralogi fallot dan transposisi arteri besar (Webb,2011).


(17)

Kelainan jantung bawaan dapat melibatkan katup – katup yang menghubungkan ruang – ruang jantung, lubang di antara dua atau lebih ruang jantung, atau kesalahan penghubung antara ruang jantung dengan arteri atau vena. Dalam diagnosa PJB, perhatian utama ditujukan terhadap gejala klinis gangguan sistem kardiovaskular pada masa neonatus. Indikasinya seperti sianosis sentral (kebiruan pada lidah, gusi, dan mucosa buccal bukan pada ekstremitas dan perioral, terutama terjadi saat minum atau menangis), penurunan perfusi perifer (tidak mau minum, pucat, dingin, dan berkeringat disertai distress nafas), dan takipneu > 60x /menit (terjadi setelah beberapa hari atau minggu, karena takipneu yang terjadi segera setelah lahir menunjukkan kelainan paru, bukan PJB) (Manuaba, 2002).

Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui. Namun beberapa dapat diidentifikasi misalnya:- Wanita hamil yang menderita rubella (German Measles) saat kehamilan trimester I memiliki resiko tinggi melahirkan bayi dengan kelainan jantung kongenital. Resiko juga meningkat jika wanita hamil terinfeksi virus tertentu, konsumsi alkohol atau kokain selama hamil, mendapat pengobatan yang toksik untuk janin, terpapar zat polutan tertentu. Wanita yang telah melahirkan anak dengan kelainan jantung kongenital memiliki resiko tinggi untuk melahirkan bayi selanjutnya dengan kelainan jantung. Kelainan jantung bawaan dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya. Selain itu, faktor genetik turut merupakan salah satu dari faktor resiko yang mengakibatkan PJB. Ibu hamil yang menderita diabetes dapat mempengaruhi perkembangan anak, tetapi diabetes saat hamil sejauh ini belum dikaitkan dengan Penyakit Jantung Bawaan (Collen, 2005).

Menurut Maret Dimes, satu daripada 125 bayi yang lahir di United States memiliki kelainan jantung bawaan. Bahkan, kelainan ini adalah yang paling umum diantara semua cacat lahir. Dalam The 2nd International Pediatric Cardiology Meeting di Cairo, Egypt, 2008 dr. Sukma Tulus Putra lebih lanjut mengungkapkan 45,000 bayi Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun. Dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6,600,000 dan


(18)

48,800 diantaranya adalah penyandang PJB. Sebuah total yang sangat besar dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan terus meningkat.

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) sekitar 8 – 10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala pada minggu – minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi.

Untuk memperbaiki pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat pelayanan kardiologi anak yang adekwat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali berhadapan dengan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah : bagaimana karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatalogi RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011 – 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatalogi RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011 – 2013.

1.4 Manfaat Penenlitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang Penyakit Jantung Bawaan terutama pada neonatus.


(19)

2) Meningkatkan pengetahuan tentang insidensi Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus berdasarkan tipe Penyakit Jantung Bawaan, suku, saat didiagnosis, jenis kelamin, status gizi dan tanda dan gejala Penyakit Jantung Bawaan.

3) Sebagai bahan informasi dan pengetahuan kepada tenaga medis, terutama dokter spesialis anak mengenai jumlah kejadian Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik.

4) Diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan khususnya ilmu epidemiologi dan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.


(20)

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA 2.1 Definisi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik dan sianotik yang masing – masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. (Webb, 2011).

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8 – 10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala pada minggu – minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan diagnosis dini agar segera dapat diberikan pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat pelayanan kardiologi anak yang adekwat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali berhadapan dengan pasien (PERKI, 2000).

Penelitian di Taiwan menunjukkan prevalensi yang sedikit berbeda, yaitu sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi berjenis kelamin laki-laki dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung Bawaan yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect (Wu, 2009).


(21)

Bayi baru lahir yang dipelajari di Indonesia adalah 3069 orang, 55,7% laki

– laki dan 44,3% perempuan, 28 (9,1 per 1000) bayi mempunyai PJB. Patent Ductus Arteriosus (PDA) ditemukan pada 12 orang bayi (42,9%), 6 diantaranya bayi prematur. Ventricular Septal Defect (VSD) ditemukan pada 8 bayi (28,6%),

Atrial Septal Defct (ASD) pada 3 bayi (19,7%), Complete Atrio Ventricular Septal Defect (CAVSD) pada 3,6% bayi, dan kelainan katup jantung pada bayi yang mempunyai Penyakit Jantung Sianotik (10,7%), satu bayi Transposition of Great Arteries (TGA), dua lain dengan kelainan jantung kompleks sindrom sianotik. Ditemukan satu bayi dengan Sindrom Down dengan ASD, dengan ibu pengidap diabetes. Atrial fibrillation ditemukan di satu orang bayi. Dari 28 bayi dengan PJB, 4 mati (14,3%) selama 5 hari pengamatan. Data menunjukkan ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali resiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor resiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor resiko lain secara statistik tidak berhubungan (Harimurti, 1996).

2.3 Etiologi & Faktor Resiko

Penyebab Penyakit Jantung Bawaan berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian PJB misalnya (Colleen, 2011) :-

- Prenatal (riwayat kehamilan sebelumnya / umur ibu) - Genetik keluarga

- Pendidikan orang tua - Suku

- Lingkungan - Jenis kelamin bayi


(22)

2.4 Klasifikasi

2.4.1 PJB Non Sianotik

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing – masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono, 2003).

Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut :

1) Atrial Septal Defect (ASD)

Artial Septal Defect (ASD) adalah anomali jantung kongenital yang ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi antara ostium sekundum, ostium primum dan bantalan endokardial. ASD dapat terjadi di bagian manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang gagal berkembang secara normal. (Bernstein, 2007).

Tanda dan Gejala

Karena pada awalnya tidak ditemukan simptom yang jelas pada pemeriksaan fisik, ASD bisa sulit dideteksi sehingga bertahun – tahun. Kelainan yang kecil dengan penyimpangan yang minimal (ratio aliran pulmonal ke sistemik kurang dari 1,5) biasanya tidak menunjukkan simptom dan tidak memerlukan penutupan. Bila aliran darah pulmonal 1,5 kali lebih dari aliran sistemik, ASD perlu ditutup secara pembedahan untuk mengelakkan dari terjadinya disfungsi ventrikel kanan dan hipertensi pulmonal irreversibel. Simptom dari ASD yang besar meliputi disapnea dengan ekskresi, disritmia supra ventrikular, gagal jantung kanan, emboli paradosikal dan infeksi pulmonal berulang. Agen profilaksis terhadap endokarditis infektif adalah tidak disarankan pada pasien


(23)

dengan ASD melainkan terdapat kelainan valvular (mitral valve prolapse atau

mitral valve cleft) (Marelli, 2011).

2) Ventricular Septal Defect (VSD)

Ventricular Septal Defect (VSD) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara rongga ventrikel (Ramaswamy, et al. 20090. Defek ini dapat terlekat dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau banyak, serta ukuran dan bentuk dapat bervariasi (Fyler, 1996).

Tanda dan Gejala

Pasien dengan defek ventrikular cacat mungkin tidak ada simptom. Namun, jika lubang besar, bayi sering memiliki gejala yang berhubungan dengan gagal jantung. Gejala yang paling umum meliputi:

- Disapnea - Takipnea - Pucat - Takikardi - Berkeringat

- Infeksi system repiratori

Kesan signifikan fisiologi VSD tergantung kepada ukuran defek dan resisten relative dalam sirkulasi sistemik dan pulmonari. Jika defeknya besar, tekanan sistolik ventrikel akan menyamakan dan magnitud sirkulasi sistemik dan paru ditentukan oleh resisten relatif vaskular diantara dua sirkulasi ini (Webb, 2011).

Murmur pada VSD sedang adalah holo-sistolik dan paling kuat kedengaran pada bagian bawah kiri batas sternum. EKG dan foto dada tetap normal pada VSD yang kecil. Bila VSD menjadi besar didapatkan bukti pembesaran atrium kiri dan ventrikel pada EKG. Jika hipertensi pulmonal terjadi, axis QRS berpindah ke kanan dan atrium kanan dan ventrikel membesar ditemukan pada EKG (Webb, 2011).


(24)

3) Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Patent Ductus Arteriosus (PDA) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistesi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis (Bernstein, 2007).

Tanda dan Gejala

Rata – rata pasien dengan PDA adalah asimptomatik dan hanya sedikit dengan penyimpangan fisik rutin dimana karakteristik murmur sistolik dan diastolik berterusan kedengaran. Jika penyimpangan kiri ke kanan adalah besar, akan ada bukti hipertrofi ventrikel pada EKG dan radiografi dada. Jika hipertensi pulmonal terjadi, ventrikel kanan akan membesar. Kewujudan PDA meningkatkan resiko infeksi endocarditis. Ligasi pembedahan PDA berkaitan dengan kadar kematian yang rendah dan tidak memungkinkan untuk memerlukan bypass

kardiopulmonal. Tanpa penutupan, kebanyakkan pasien tetap asimtomatik sehingga dewasa apabila hipertensi pulmonal dan gagal jantung kongestif terjadi. Apabila hipertensi pulmonal berat berlaku, penutupan adalah dikontra indikasikan (Webb, 2011).

Kelompok tanpa pirau meliputi:

4) Stenosis Aorta (SA)

Stenosis Aorta (SA) merupakan penyempitan aorta yang dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular atau supravalvular. Kelainan mungkin tidak terdiagnosis pada masa anak – anak karena katup berfungsi normal, hanya saja akan ditemukan bising sistolik yang lunak di daerah aorta dan baru diketahui pada masa dewasa sehingga terkadang sulit dibedakan apakah stenosis aorta tersebut merupakan Penyakit Jantung Bawaan atau didapat (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994).


(25)

Tanda dan Gejala

Terdapat tiga gejala umum yang terkait dengan stenosis aorta yang biasanya terjadi adalah dispnea dan gagal jantung. Dispnea terjadi karena disfungsi diastolik dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri selama latihan, dan ketidakmampuan ventrikel kiri untuk meningkatkan output jantung karena aliran katup aorta kaku menghalangi. Gagal jantung terjadi lambat dan biasanya hanya pada pasien yang belum menerima perawatan medis. Seterusnya adalah pusing dan sinkop. Sinkop terjadi hasil dari ketidakmampuan untuk meningkatkan output jantung karena penyumbatan katup dan latihan vasodilatasi diinduksi. Terakhir adalah angina. Dada terasa tidak nyaman akibat iskemia miokard transien (Bonow, 2006).

5) Stenosis Pulmonal (SP)

Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik dalam tubuh ventrikel kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri pulmonalis, diuraikan sebagai Stenosis Pulmonalis (Carabello, 2011).

Tanda dan Gejala

Gejala – gejala SP mungkin menyerupai kondisi medis lain atau masalah jantung. Berikut adalah gejala yang paling umum dari SP.

- Takikardi - Takipnea - Sesak napas

- Kelelahan/kelemahan - Ektremitas pucat - Kardiomegali - Kongesti paru

Pasien stenosis pulmonal biasanya asimtomatik, kecuali keluhan cepat capek karena curah jantung berkurang. Apabila SP cukup berat, disertai dengan defek septum atrium dan defek septum ventrikel, maka kelainan seperti itu dapat


(26)

memberikan gejala sianosis yang signifikan, yang disebabkan oleh terjadinya pirau aliran darah dari kanan ke kiri (Marelli, 2011).

Pada SP yang sangat berat apa lagi disertai pirau dari kanan ke kiri, vaskularisasi paru bisa tampak oligemik. Hanya konus pulmonal tampak sangat menonjol, yang disebabkan oleh dilatasi pasca stenotik. Kadang – kadang beberapa kelainan memberikan gejala yang mirip dengan SP, seperti straight back syndrome, dilatasi idiopatik arteri pulmonal dan sebagainya (Carabello, 2011).

6) Koarktasio Aorta (KoA)

Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus arteriosus (Flyer, 1996).

Tanda dan Gejala

Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah. Gejalanya berupa :

- Pusing - Pingsan

- Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas

- Tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas) - Kaki atau tungkai teraba dingin

- Perdarahan hidung - Sakit kepala berdenyut

Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus arteriosus menutup, beberapa bayi mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernapasan yang berat, bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di dalam darah (asidosis metabolic) (Fraser, 2007).


(27)

2.4.2 PJB Sianotik

Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang selalu terdapat pada pasien dengan PJB sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya > 5 mg/dl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain tergantung kepala kadar

hemoglobin (Prasodo, 1994).

1) Tetralogi Fallot (TF)

Tetralogi Fallot (TF) merupakan kombinasi 4 komponen, yaitu Defek Septum Ventrikel (DSV), over-riding aorta, Stenosis Pulmonalis (SP) serta hipertrofi ventrikel kanan. Komponen paling penting untuk menentukan derajat beratnya penyakit adalah SP yang bersifat progresif (Prasodo, 1994).

Tanda dan Gejala

Kebanyakkan pasien dengan tetralogi fallot mempunyai sianosis dari saat lahir atau bermula pada tahun pertama kelahiran. Penemuan askultasi didapatkan ejeksi murmur yang kedengaran sepanjang border sterna kiri yang dihasilkan dari aliran darah melalui katup pulmonal yang stenosis. Gagal jantung jarang terbentuk karena DSV besar membolehkan keseimbangan tekanan intraventrikuler dan kerja jantung. Radiografi dada menunjukkan tanda penurunan vaskularisasi paru dan jantung berbentuk seperti sepatu dengan apex terbalik kearah atas dan segmen arteri pulmonal berbentuk concave. EKG menunjukkan perubahan dalam deviasi axis kanan dan hipertrofi ventrikuler kanan. Desaturasi oksigen arterial muncul walau dalam 100% oksigen (PO2 sering kurang dari 50 mmHG). Eritropeosis kompensasi adalah proposional kepada magnitud hipoksemia arterial. PA CO2 dan pH arterial seringkali normal. Menjongkok adalah posisi yang paling sering didapatkan pada anak dengan TF. Ini adalah karena dengan menjongkok ia akan meningkatkan resistensi vaskular sistemik dengan cara menekan arteri di kawasan inguinal. Ini menyebabkan peningkatan resistensi vascular sistemik dan menurunkan magnitud penyimpangan kanan ke kiri yang mana mengarahkan ke peningkatan aliran darah pulmonal dan perbaikkan oksigenasi (Webb, 2011).


(28)

2) Transposisi Arteri Besar (TAB)

Transposisi Arteri Besar (TAB) ditandai dengan aorta yang secara morfologi muncul dari ventrikel kanan dan aretri pulmonalis, muncul dari ventrikel kiri (Webb, 2011).

Tanda dan Gejala

Gejala – gejala dapat berupa sianosis, penurunan toleransi olahraga, dan gangguan pertumbuhan fisik, mirip dengan gejala pada TF walaupun begitu, jantung tampak membesar (Bernstein, 2007). Sianosis biasanya terjadi segera setelah lahir dan dapat memburuk secara progresif. Gejala gagal jantung kongestif mulai tampak dalam 2 – 6 minggu. (Emmanouilides, et al. 1998).

2.5 Diagnosis

Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pemeriksaan penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen dada, elektrokardiografi dan pemeriksaan lab rutin. Pemeriksaan lanjutan mencakup ekokardiografi dan kateterisasi jantung. Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi morfologi dan pato – anatomi masing – masing jenis penyakit jantung bawaan memungkinkan ketepatan diagnosis mendekati seratus persen. Kemajuan teknologi di bidang diagnostik kardiovaskular dalam dekade terakhir menyebabkan pergeseran persentase angka kejadian beberapa jenis penyakit jantung bawaan tertentu. Hal ini tampak jelas pada defek septum atrium dan transposisi arteri besar yang makin sering dideteksi lebih awal (Pediatri, 2000).

Makin canggihnya alat ekokardiografi yang dilengkapi dengan Doppler

berwarna, pemeriksaan tersebut dapat mengambil alih sebagian peran pemeriksaan kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya untuk bayi dengan PJB kompleks, yang sukar ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan pemeriksaan dasar rutin dan sulitnya


(29)

pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi. Ekokardiografi dapat pula dipakai sebagai pemandu pada tindakan septostomi balon transeptal pada transposisi arteri besar. Di samping lebih murah, ekokardiografi mempunyai keunggulan lainnya yaitu mudah dikerjakan, tidak menyakitkan, akurat dan pasien terhindar dari pajanan sinar X. Bahkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas pemeriksaan ekokardiografi, foto toraks sebagai pemeriksaan rutin pun mulai ditinggalkan. Namun demikian apabila di tangan seorang ahli tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan menggunakan sarana ini, pada keadaan demikian angiografi radionuklir dapat membantu. Pemeriksaan ini disamping untuk menilai secara akurat fungsi ventrikel kanan dan kiri, juga untuk menilai derasnya pirau kiri ke kanan. Pemeriksaan ini lebih murah daripada kateterisasi jantung, dan juga kurang traumatis (Pediatri, 2000).

Tingginya akurasi pemeriksaan ekokardiografi, membuat pemeriksaan kateterisasi pada tahun 1980 menurun drastik. Sarana diagnostik lain terus berkembang, misalnya digital substraction angiocardiography, akokardiografi transesofageal, dan ekokardiografi intravascular. Sarana diagnostik utama yang baru adalah magnetic resonance imaging, dengan dilengkapi modus cine sarana pemeriksaan ini akan merupakan andalan di masa mendatang (Pediatri, 2000).

2.6 Penatalaksanaan

Pada pasien PJB, dapat terjadi berbagai kelainan, baik pada otot jantung, paru, atau keduanya, yang apabila tidak dikoreksi kelainan yang terjadi dapat bersifat ireversibel. Karena itu, sebaiknya pasien PJB diperiksa secara menyeluruh dan dilakukan penatalaksanaan berupa pembedahan atau operasi pascabedah pada saat yang tepat. Terdapat 2 unsur yang diharapkan dalam tindakan pembedahan pada kasus PJB, yaitu tindakan bedah dengan risiko mortalitas yang rendah serta peningkatan harapan hidup layaknya orang normal lainnya. Bedah jantung merupakan bagian integral dalam pelayanan kardiologi anak. Kemajuan bedah jantung berlangsung sangat pesat dalam 2 dasawarsa terakhir. Perkembangan teknologi dalam mendeteksi kelainan jantung pada bayi baru lahir memudahkan


(30)

dalam aspek pembedahan jantung itu sendiri. Kemajuan teknologi dalam mendeteksi adanya kelainan jantung pada anak telah bergeser hingga ke arah neonatus (Rachmat, 1994).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERATIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatologi RSUP Haji Adam Malik Periode 2011 – 2013

Ka

ra

kter

ist

ik

P

eny

akit

J

antung

B

awa

an

Tipe Penyakit Jantung Bawaan

Saat di diagnosis

Jenis kelamin

Status gizi

Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan


(32)

3.2 Definisi Operasional

Judul Penelitian : Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatologi RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011 - 2013

3.2.1 Penyakit Jantung Bawaan

1. Definisi : Penyakit Jantung Bawaan adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia di lahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna.

2. Cara ukur : Analisa rekam medis

3. Alat ukur : Rekam medis

4. Hasil ukur : Menderita atau tidak

5. Skala pengukuran : Skala Nominal

3.2.2 Tipe Penyakit Jantung Bawaan

1. Definisi : Jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan

2. Cara Ukur : Analisa rekam medis

3. Alat Ukur : Rekam medis

4. Hasil Ukur : Defek Septum Ventrikel, Defek Septum Atrium, Duktus

Arteriosus Persisten, Stenosis Pulmonal, Stenosis Aorta

Koarktasio aorta, Tetralogi Fallot atau Transposisi Arteri

Besar


(33)

3.2.3 Saat di diagnosis

1. Definisi : Waktu penentuan jenis penyakit dengan meneliti atau

memeriksa gejala – gajala klinis suatu penyakit 2. Cara Ukur : Analisa rekam medis

3. Alat Ukur : Rekam medis

4. Hasil Ukur : Jam, tanggal atau umur pasien

5. Skala pengukuran : Skala Nominal

3.2.4 Jenis Kelamin

1. Definisi : Merupakan identitas pasien yang dapat digunakan untuk

membedakan pasien laki-laki dan perempuan

2. Cara Ukur : Analisa rekam medis

3. Alat Ukur : Rekam medis

4. Hasil Ukur : Laki – laki atau perempuan 5. Skala pengukuran : Skala Nominal

3.2.5 Status Gizi

1. Definisi : Ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat

dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan

zat – zat gizi di dalam tubuh. 2. Cara Ukur : Analisa rekam medis

3. Alat Ukur : Rekam medis


(34)

5. Skala pengukuran : Skala Ordinal

3.2.6 Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan

1. Definisi : Adanya gejala yang di timbulkan oleh suatu penyakit baik secara subjektif maupun objektif.

2. Cara Ukur : Analisa rekam medis

3. Alat Ukur : Rekam medis

4. Hasil Ukur : Sianosis, disapnea, takipnea, takikardi, murmur, cepat

lelah dan lain - lain


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang akan melihat karakteristik penderita Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus. Ini dilakukan dengan mengambil rekam medis pasien di RSUP Haji Adam Malik dari tahun 2011 – 2013.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil data rekam medis dari instalasi rekam medis di RSUP Haji Adam Malik karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan sehingga banyak kasus yang dapat diperhitungkan disini dan merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan dan pengumpulan data penelitian direncanakan pada bulan September 2014 hingga November 2014.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan di RSUP Haji Adam Malik tahun 2011 - 2013.

4.3.2 Sampel

Sampel yang diambil adalah pasien neonatus yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik yang menderita Penyakit Jantung Bawaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara total sampling, dimana semua pasien di Divisi Kardiologi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Haji Adam Malik


(36)

dari tahun 2011 – 2013 yang tercatat dalam rekam medis dan yang memenuhi kriteria akan dimasukkan dalam penelitian.

1) Kriteria inkulsi : Data rekam medis pasien neonatus yang dirawat di RSUP

Haji Adam Malik.

2) Kriteria eksklusi : Data rekam medis pasien neonatus yang tidak lengkap

yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu memperoleh izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan kemudian surat izin yang diperoleh akan diberikan kepada Direktor RSUP Haji Adam Malik agar memberi izin untuk melakukan penelitian di RSUP

Haji Adam Malik.

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari pencatatan rekam medis pasien neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan dari tahun 2011 – 2013.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel. Setelah itu, dilakukan analisa secara deskripif dengan jumlah data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Bagian rekam medis terletak di lantai dasar tepat di belakang poliklinik Obestetri Ginekologi RSUP Haji Adam Malik.

5.1.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Penyakit Jantung Bawaan dan Status Gizi

Penelitian dilakukan secara deskriptif, dengan mengambil data dari rekam medis pasien neonatus penderita Penyakit Jantung Bawaan dari tahun 2011-2013 di RSUP Haji Adam Malik. Berdasarkan teknik total sampling, ditemukan 40 pasien neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan.


(38)

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Penyakit Jantung Bawaan dan Status Gizi

Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Tipe Penyakit Jantung bawaan Asianotik Sianotik Status Gizi Gizi kurang Gizi normal Gizi lebih Gizi buruk 23 17 19 21 15 11 6 8 57,5 42,5 47,5 52,5 37,5 27,5 15 20

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 40 sampel terdapat 23 neonatus berjenis kelamin laki-laki (57,5%) dan 17 neonatus berjenis kelamin perempuan (42,5%).

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Penyakit Jantung Bawaan sianotik merupakan tipe Penyakit Jantung Bawaan dengan jumlah sampel terbanyak, yaitu sebanyak 21 orang (52,5%). Jumlah sampel Penyakit Jantung Bawaan asianotik adalah 19 orang (47,5%).

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 40 sampel terdapat 15 orang (37,5%) neonatus penderita Penyakit Jantung Bawaan dengan status gizi kurang. Jumlah sampel dengan status gizi baik adalah sebanyak 11 orang (27,5%), diikuti dengan gizi buruk sebanyak 8 orang (20%). Terdapat 6 orang (15%) neonatus penderita Penyakit Jantung Bawaan dengan status gizi lebih.


(39)

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Saat Didiagnosis

Distribusi sampel berdasarkan saat didiagnosis dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Saat Didiagnosis Saat didiagnosis/hari Frekuensi (n) Persentase (%)

1-6 13 32,5

7-12 13-18 19-24 25-30 11 3 3 10 27,5 7,5 7,5 25

Total 40 100

Gambar 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Saat Didiagnosis

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dan gambar 5.1 umur pasien neonatus saat didiagnosis Penyakit Jantung Bawaan yang paling tinggi adalah 1-6 hari yaitu seramai 13 orang (32,5%), diikuti dengan kelompok umur 7-12 hari yaitu seramai 11 orang (27,5%). Kelompok umur 25-30 hari terdiri dari 10 orang (25%).

0 2 4 6 8 10 12 14 Saat didiagnosis

1 - 6 hari 7 - 12 hari 13 - 18 hari 19 - 24 hari 25 - 30 hari


(40)

Kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 13-18 hari dan 19-24 hari yaitu masing-masing seramai 3 orang (7,5%).

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit Jantung Bawaan

Distribusi sampel berdasarkan jenis Penyakit Jantung Bawaan yang diderita dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit Jantung Bawaan Tipe Penyakit Jantung Bawaan Frekuensi

(n)

Persentase (%)

DSA 5 12,5

DSV DAP SA SP KoA TF TAB 3 5 2 2 2 11 10 7,5 12,5 5 5 5 27,5 25

Total 40 100

Keterangan: DSA: Defek Septum Atrium; DSV: Defek Septum Ventrikel; DAP: Duktus Arteriosus Persisten; SA: Stenosis Aorta; Sp: Stenosis Pulmonal; KoA: Koaktasio Aorta; TF: Tetralogi Fallot; TAB: Transposisi Arteri Besar


(41)

Gambar 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit Jantung Bawaan

Dari tabel 5.3 dan gambar 5.2 diketahui tipe Penyakit Jantung Bawaan yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (TF) dengan jumlah penderita 11 orang (27,5%) dari 40 sampel. Tipe Penyakit Jantung Bawaan dengan jumlah sampel terendah adalah Stenosis Aorta (SA), Stenosis Pulmonal (SP) dan Koaktasio Aorta (KoA) dengan masing-masing sampel sebanyak 2 orang (5%). Jumlah sampel yang menderita Transposisi Arteri Besar (TAB) adalah sebanyak 10 orang (25%), diikuti dengan Defek Septum Atrium (DSA) dan Duktus Arteriosus Persisten (DAP) sebanyak 5 orang (12,5%). Defek Septum Ventrikel (DSV) sebanyak 3 orang (7,5%).

5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan

Tanda dan Gejala sampel dilihat dari tanda dan gejala saat pasien datang untuk berobat, yang tertulis di rekam medis.

0 2 4 6 8 10 12

Tipe Penyakit Jantung Bawaan

DSA DSV PDA SA SP KoA TF TAB


(42)

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan

Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan Frekuensi (n)

Persentase (%)

Sianosis, dispnea, minum putus-putus Dispnea, takipnea, murmur, malas minum Sianosis, murmur, hipertrofi ventrikel kanan Sianosis, dispnea, kurang bulan, tidak segera menangis

Sianosis, dispnea

Dispnea, takipnea, cepat lelah, pucat, takikardi Dispnea

Dispnea, apnoe, kurang bulan, menangis melemah, berat badan lahir rendah, gerak kurang aktif

Sianosis, dispnea, cepat lelah, tidak segera menangis Dispnea, pucat, cepat lelah

Sianosis, menangis lemah, gerak kurang aktif, hisap lemah, kurang bulan

Berat badan lahir rendah, tungkai teraba dingin, gerak kurang aktif, tidak segera menangis

Sianosis pada bibir, 4 anggota gerak tidak ada jari, tubuh dingin 1 1 2 6 8 2 4 4 2 6 1 2 1 2,5 2,5 5 15 20 5 10 10 5 15 2,5 5 2,5

Total 40 100

Berdasarkan dari gejala klinis, yang terbanyak adalah sianosis dan dispnea yaitu sebanyak 8 orang (20%), kemudian sianosis, dyspnea, kurang bulan dan tidak segera menangis dan seterusnya gejala dispnea, pucat dan cepat lelah sebanyak 6 orang (15%) dan lain-lain. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.4.


(43)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian, neonatus penderita penyakit jantung bawaan dengan jenis kelamin laki-laki didapati sebanyak 23 sampel (57,5%) dan neonatus penderita Penyakit Jantung Bawaan jenis kelamin perempuan sebanyak 17 sampel (42,5%). Dari penelitian Cho, et al (2012) melaporkan prevalensi Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus berjenis kelamin laki-laki (64,2%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (35,8%). Ini juga hampir sama dengan penelitian Shah, et al (2008) di mana didapati jenis kelamin yang menderita Penyakit Jantung Bawaan lebih banyak pada laki-laki. Tetapi penelitian Marelli, et al (2007) mengatakan bahwa Penyakit Jantung Bawaan lebih berpredisposisi pada jenis kelamin perempuan. Pria dan wanita menunjukkan berbagai tingkat ekspresi gen yang berbeda dalam warisan secara genetik, yang menjelaskan mengapa salah satu jenis kelamin mungkin lebih cenderung untuk terkena Penyakit Jantung Bawaan tertentu yang dalam ini ditujukan pada perempuan. Ada teori yang menyatakan bahwa pada kromosom xy lebih sering menunjukkan terjadinya mutasi genetik. Namun hal ini belum diketahui secara pasti dan masih diteliti lebih lanjut (Pinho, et al., 2013).

Hasil penelitian kami mendapatkan rata-rata umur pasien neonatus saat di diagnosa dengan Penyakit Jantung Bawaan merupakan kelompok umur dengan jumlah sampel yang terbanyak yaitu kelompok umur 1-6 hari dengan jumlah 13 sampel (32,5%). Penelitian Shah et al (2008) menunjukkan usia pasien terbesar adalah 1 bulan – 1 tahun (46,4%). Sedangkan pada neonatus 9,5%. Hal ini menunjukkan sedikit kasus penyakit jantung bawaan pada masa neonatus karena kurang fasilitas diagnostik atau deteksi dini yang masih kurang.

Tipe Penyakit Jantung Bawaan terbagi menjadi dua kategori, yaitu Penyakit Jantung Bawaan sianotik dan Penyakit Jantung Bawaan sianotik. Pada penelitian ini didapati jumlah neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan sianotik adalah 21 sampel (52,5%) dengan jenis yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (TF), yaitu sebanyak 11 sampel (27,5%). Jumlah neonatus


(44)

yang menderita Penyakit Jantung Bawaan asianotik adalah 19 sampel (47,5%) dengan Defek Septum Atrium (DSA) dan Duktus Arteriosus Persisten (DAP) sebagai jenis yang paling banyak dijumpai, yaitu masing-masing sebanyak 5 sampel (12,5%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nippon J (2001) didapati 72% dari 43 neonatus selama dua tahun yang terakhir menderita Penyakit Jantung Bawaan asianotik dengan Defek Septum Ventrikel (DSV) sebagai jenis Penyakit Jantung Bawaan asianotik yang paling banyak ditemui, 28% sampel menderita Penyakit Jantung Bawaan sianotik dengan TF sebagai jenis yang paling banyak ditemui.

Dari hasil penelitian ini, didapati gejala yang paling banyak ditemui adalah sianosis dan dispnea, yaitu diderita oleh 8 sampel (20%), diikuti gejala sianosis, dispnea, kurang bulan dan tidak segera menangis dan gejala dispnea, pucat dan cepat lelah yaitu masing-masing sebanyak 6 sampel (15%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Altman Carolyn (2014) dimana dia menyatakan bahwa gejala sianosis dan dispnea merupakan gejala yang paling sering timbul yaitu sebanyak 25 sampel penelitiannya (54%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian oleh Tank, Malik dan Joshi (2004), dimana gejala sesak nafas (dispnea) diderita oleh 110 sampel penelitiannya (74,83%). Menurut studi yang dilakukan Swan dan Hillis (2000) dalam Green (2004), gejala yang paling sering terjadi adalah sesak nafas dan palpitasi. Jika dalam aliran darah terdapat kandungan CO2 maka hemoglobin disamping berikatan dengan O2 juga akan berikatan dengan CO2. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan kadar Hb yang tereduksi oleh ikantan dengan CO2. Hal inilah yang dapat mengakibatkan sianosis. Jadi pada penelitian ini sianosis merupakan gelaja yang paling sering terjadi karena terdapatnya malformasi yang terdiri dari stenosis katup pulmonal, defek septum ventrikel, deviasi katup aorta ke kanan bermuara ke aorta (overriding aorta) dan hipertrofi ventrikel kanan. Perasaaan sulit bernapas atau dispnea merupakan antara gejala yang paling umum untuk Penyakit Jantung Bawaan. Dispnea ini meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan.


(45)

Berdasarkan hasil penelitian ini didapati status gizi dengan sampel yang terbanyak adalah status gizi kurang yaitu sebanyak 15 sampel (37,5%). Diikuti dengan status gizi baik sebanyak 11 sampel (27,5%). Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mitchell SC, Korones SB dan Berendes HW (1971) yang menunjukkan bahwa distribusi penderita Penyakit Jantung Bawaan berdasarkan status gizi didapatkan bahwa pasien Penyakit Jantung Bawaan lebih banyak berstatus gizi kurang (54,7%), diikuti dengan gizi buruk dan gizi baik (7,5%). Status gizi penderita Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi masukan nutrien, kebutuhan energi dan komponen diet. Satu tahun pertama kelahiran adalah waktu dimana pertumbuhan ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diterima oleh bayi tersebut. Karena itu, asupan makanan yang diterima oleh bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan selama satu tahun pertama kehidupan merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dimana akan mempengaruhi status gizi mereka.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus di unit neonatalogi RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2011 – 2013, diperoleh kesimpulan seperti berikut:

1. Sejak tahun 2011 hingga 2013, terdapat 40 kasus Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus yang telah dilaporkan.

2. Jenis kelamin neonatus yang paling banyak menderita Penyakit Jantung Bawaan adalah laki-laki (57,5%).

3. Distribusi proporsi neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan terbesar berdasarkan saat didiagnosa adalah sekitar 1-6 hari (32,5%).

4. Tipe Penyakit Jantung Bawaan yang paling banyak ditemui adalah Tetralogi Fallot (27,5%).

5. Gejala yang paling sering dijumpai pada neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan adalah sianosis dan dispnea (20%).

6. Status gizi kurang (37,5%) merupakan status gizi yang paling banyak dijumpai pada neonatus yang menderita Penyakit Jantung Bawaan.

6.2 Saran

1. Disarankan kepada kepala rumah sakit dan kepala bagian rekam medis untuk menyimpan data rekam medis dengan cara yang baru dan lebih teratur, supaya informasi tentang pasien lebih lengkap sehingga data tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, dengan kondisi yang baik. Ini karena, peneliti menghadapi kesukaran mendapatkan data pasien neonatus dengan Penyakit Jantung Bawaan karena banyak rekam medis yang tidak ada dan tidak lengkap.


(47)

2. Peneliti berharap kedepannya, dengan adanya data ini ia dapat menjadi acuan untuk penelitian yang selanjutnya dan dapat dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak.

3. Diharapkan agar evaluasi pada neonatus dengan gejala sianosis dan dispnea dapat dilakukan dengan lebih rinci, supaya penegakkan Penyakit Jantung Bawaan pada neonatus dapat dilakukan lebih dini dan efektif dengan cara memberi penyuluhan kepada orang tua pasien karena gejala sianosis dan dispnea paling banyak terjadi pada neonatus yang rata-rata umur mereka saat didagnosis adalah 1-6 hari yang berjumlah 4 sampel.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Altman C.A, 2014. Congenital heart disease (CHD) in the newborn: Presentation and screening for crital CHD. Diunduh dari:

http://www.uptodate.com/contents/congenital-heart-disease-chd-in-the-newborn-presentation-and-screening-for-critical-chd [Diakses 30 November 2014]

Bernstein D., 1959. Congenital Heart Disease. In: Kliegman R.M., Stanton B.F., St. Geme J.W., Schor N.F., Behrman R.E., Nelson Textbook of Pediatric. 19th ed. Philadelphia, PA. Page, 1549-1610.

Bhimji, Shabir. 2009. Tetralogy of Fallot. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/2035949-overview [Diakses 19 April 2014]

Brickner E. M., Hillis D. L., Lange A. R., 2000. Congenital Heart Disease In Adults First if Two Parts. In: The New England Journal of Medicine. Department of Internal Medicine, Cardiovascular Division, University of Texas Southwestern Medical Center, Dallas: Page 256-263.

Brickner E. M., Hillis D. L., Lange A. R., 2000. Congenital Heart Disease In Adults Second if Two Parts. In: The New England Journal of Medicine.

Department of Internal Medicine, Cardiovascular Division, University of Texas Southwestern Medical Center, Dallas: Page 334-342.

Carr, Michael R. King, Brent R. 2008. Pediatric Atrial Septal Defects. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/889394-overview [Diunduh 19 April 2014]

Charpie, John. Maher, Kevin. 2009.Transposition of the Great Arteries. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/900574-overview [Diakses 19 April 2014]


(49)

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001230/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Cho, S.Y, et al. 2012. Recent incidence of congenital heart disease in neonatal care unit of secondary medical center: a single center study. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3405155/

[Diakses 30 November 2014]

Dhania. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang

Penyakit Jantung Bawaan Dengan Optimisme Kesehatan pada Anak Mereka yang Memiliki Penyakit Jantung Bawaan di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. Diunduh dari: http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah- tentang/hubungan-antara-tingkat-pengetahuan-orang-tua-tentang-penyakit-jantung [Diakses 19 April 2014]

Dugdale. D. C., 2012. Atrial Septal Defect. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001210/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Dugdale. D. C., 2012. Pulmonary Valve Stenosis. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002086/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Fyler, Donald C. 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Green D.W., Tabibiazar R., Freed M., 1998. Congenital Heart Disease. In: Lilly L.S., Pathophysiology of Heart Disease. 2nd ed. USA: Williams & Wilkins. Page, 323-345.

Haroen. T. R., Kasiman. S., 1992. Kelainan Jantung Bawaan. In: Pengantar

Kardiologi. 1st ed. Jakarta. Page 67-79.

Iso H, 2008. Changes in Coronary Haert Disease Risk Among Japanese. Diunduh dari:


(50)

http://www.worldheartfederation.ord/fileadmin/userupload/documents/Ad vocacy/Resources/Regionandcountryresources/Changes%20in20Coronary %20Heart%20Disease%20Risk%Among20Japanese%28Cir%2008%29.p df [Diakses 30 November 2014]

Julian D.G., Cowan J.C., McLenachan J.M., 1970. Cardiology. 8th ed. United Kingdom. Page, 274-300.

Kaneshiro. N. K., 2012. Patent Ductus Arteriosus. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002527/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Kaneshiro. N. K., 2012. Tertalogy of Fallot. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002534/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Kim, Luke K., 2009. Patent Ductus Arteriosus. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/891096-overview [Diakses 19 April 2014]

Mitchell S.C, Korones S.B, Berendes H.W, 1971. Congenital heart disease in 56,109 births incidence and natural history. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5102136 [Diakses 30 November 2014]

Nippon J. 2001. Clinical characteristics of congenital heart disease diagnosed during neonatal period. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11744931 [Diakses 30 November 2014]

Prasodo, A. M. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. In: Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta. Page, 234 – 277.

Rahmad, K.B. Rachmat, J. 1994. Bedah Jantung pada Penyakit Jantung Bawaan.

In: Ajar Kardiologi Anak. Jakarta. Page, 501 – 519.


(51)

Septal Defects. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview [Diakses 19 April 2014]

Ren, Xiushui. 2009. Aortic Stenosis. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/150638-overview [Diakses 19 April 2014]

Ren, Xiushui. 2009. Pulmonic Stenosis. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/157737-overview [Diakses 19 April 2014]

Roebiono P.S., Rahajoe A.U., Rilantono L.I., Harimurti G.M., 1996. Buku Ajar Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Page, 227- 237.

Sastroasmoro Sudigdo, Ismael Sofyan, 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta.

Schumacher. K. R., 2012. Ventricular Septal Defefct. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002089/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Schumacher. K. R., 2012. Transposition of the Great Vessels. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002534/?report=printable [Diakses 19 April 2014]

Shah, GS. Singh, MK. Pandey, TR. Kalaheti, BK. Bhandari, GP. 2008. Incidence of Congenital Heart Disease in Tertiary Care Hospital. Kathmandu University Medical Journal6 (1): Page 33 – 36.

Soeroso, Santosa. Sastrosubroto, Hardiman. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Non- Sianotik. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta. Page, 191 – 233. Tank, S. Malik, S. Joshi S. 2004. Epidemiology of Congenital Heart Disease

among Hospitalised Patients. Bombay Hospital Journal46 (2): Page 15 – 19.


(52)

Timmis A.D., Nathan A.W., 1988. Essentials of Cardiology. 2nd ed. London. Page, 296-323.

Zevitz. M., 2006. Congenital Heart Disease. In: Cardiology Board Review. 2nd ed. USA. Page 117 – 128.

Zieve. D., 2012. Coarctation of the Aorta. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001242/?report=printable [Diakses 19 April 2014]


(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asna Hidaya Binti Mohammed Ameen

Tempat/ Tanggal Lahir : Pulau Pinang, 21 July 1992

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Convent Light Street.

2. St. George’s Girls’ School

3. Asian Institute of Medicine Science Technology

University

4. Universitas Sumatera Utara (USU)

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar – Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan

(PKPMI-CM)

2. Ahli Medical Emergency Team (MET)

3. Ahli Perwakilan Mahasiswa Malaysia


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)