Rangkuman hasil wawancara Analisa Data a. Deskripsi identitas diri responden I

sedang beristirahta sambil menyelesaikan pekerjannya. Ketika peneliti mulai wawancara, Aman memberhentikan pekerjannya dan mendengar peneliti berbicara. Posisi peneliti dan Aman seperti pada wawancara pertama dan kedua yaitu berhadapan. Aman duduk ditempat biasa dan peneliti duduk dikursi yang berwarna merah. Ia menyediakan minuman ringan untuk peneliti dan mempersilahkan peneliti untuk minum. Wawancara berjalan begitu lancar dan tidak ada gangguan selama wawancara. Wajah dan suara Aman terlihat sangat senang, tidak ada keraguan ketika menjawab semua pertanyaan dari peneliti. Peneliti juga memperjelas kembali jawaban akan pertanyaan wawancara sebelumnya. Jalanan terlihat mulai ramai, begitu juga dengan kedai Aman yang mulai diramaikan oleh pengunjungnya. Anak laki-laki Aman sedang menyelesaikan pekerjaannya, sehingga Aman harus membantu agar pengunjung lain tidak lama menunggu. Wawancara berkahir pada pukul 13.50 dan peneliti meminta izin untuk pulang.

c. Rangkuman hasil wawancara

Aman adalah anak pertama dari tiga bersaudara., ia mengalami kecacatan sejak lahir. Ia baru mengetahui bahwa salah satu kakinya tidak sempurna pada saat usia 2 tahun. Orangtuanya mengatakan bahwa akibat salah suntik dari dokter ketika ia jatuh dari tempat tidur yang menyebabkan kecacatan, tetapi dari lahir memang sudah tidak sempurna. Kaki kirinya kecil, berbentuk lonjong dan tidak mempunyai jari. Orangtuanya juga sudah membawa ke pengobatan alternatif untuk diobati, tetapi Universitas Sumatera Utara tidak berhasil. Cara berjalan Aman adalah dengan merangkak. Meskipun ia merasakan sakit di lututnya, ia tidak putus asa ketika mencari pekerjaan. Pekerjaannya adalah menjadi tukang jahit sepatu. Aman tidak pernah sekolah karena orangtuanya tidak mempunyai biaya untuk sekolahnya, sehingga ia membantu orangtuanya berternak ayam ketika masih kecil. Ketika ia berusia 16 tahun, ayahnya meninggal dunia dan ia menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Awalnya ia membantu ayah angkatnya yang bekerja sebagai penjahit sepatu, kemudian setelah ayah angkatnya merasa ia sudah bisa bekerja, maka ia menyerahkan pekerjaan itu kepada Aman. Ia juga memiliki masa lalu yang sulit. Masa-masa dimana ia tidak pulang kerumah hanya untuk bekerja, mencari duit untuk menafkahi ibu dan adik-adiknya. Dalam sebulan hanya dua kali ia pulang ke rumah untuk memberikan uang yang ia dapatkan kepada ibunya. Selama tidak tinggal dirumah, ia tinggal di sebuah warung makan di depan kedai tempat ia bekerja. Pemilik warung makan tersebut sudah menganggap ia sebagai anak sehingga menginzinkan ia tinggal di warung tersebut. Walaupun kakinya tidak sempurna tetapi ia tetap bisa mengendarai sepeda motor. Sepeda motor yang dikhususkan untuk orang-orang yang cacat yang dimilikinya. Ia merasa meskipun keadaannya cacat bukan berarti menghambat untuk beraktifitas seperti orang yang fisiknya sempurna. Setelah beberapa tahun mempunyai pekerjaan, ia bertemu istrinya saat ini di tengah jalan ketika ia mengalami kesulitan dan mempunyai tiga orang anak. Ia merasa tidak percaya diri dengan keadaannya yang cacat. Penerimaan oleh keluarga Universitas Sumatera Utara dan istrinya membuat ia tidak mengenal susah. Ia terus bekerja untuk menghidupi keluarga dan mampu bertahan sampai sekarang untuk keluarganya. Ia mendapat reaksi yang baik ketika keluarganya menegetahui kecacatannya. Ketika mereka mengetahui bahwa ia memiliki kekurangan, keluarga dari istrinya tidak setuju dengan Aman karena mereka memiliki pandangan yang negatif terhadapnya. Saat ini harapan yang diinginkan Aman adalah membuka sebuah toko sepatu dimana ia juga tetap menjadi penjahit sepatu. Ia juga menginginkan keluarganya bisa mempunyai rumah yang sederhana dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Dan berharap bahwa nasib anak-anaknya tidak sama dengannya yang sekarang.

d. Aspek-aspek kebahagiaan