Aspek-aspek kebahagiaan Analisa Data a. Deskripsi identitas diri responden I

dan istrinya membuat ia tidak mengenal susah. Ia terus bekerja untuk menghidupi keluarga dan mampu bertahan sampai sekarang untuk keluarganya. Ia mendapat reaksi yang baik ketika keluarganya menegetahui kecacatannya. Ketika mereka mengetahui bahwa ia memiliki kekurangan, keluarga dari istrinya tidak setuju dengan Aman karena mereka memiliki pandangan yang negatif terhadapnya. Saat ini harapan yang diinginkan Aman adalah membuka sebuah toko sepatu dimana ia juga tetap menjadi penjahit sepatu. Ia juga menginginkan keluarganya bisa mempunyai rumah yang sederhana dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Dan berharap bahwa nasib anak-anaknya tidak sama dengannya yang sekarang.

d. Aspek-aspek kebahagiaan

a Menjalin hubungan positif dengan orang lain Menjalin hubungan yang baik tidak sulit bagi Aman. Ia yang senang dan sangat menyukai pergaulan membuat ia dengan mudah menarik hati orang lain. Ia mendapat penerimaan yang sangat menyenangkan dari keluarga dan lingkungannya. Tidak ada penolakan terhadap dirinya dan teman-temannya merasa kasihan padanya. “Kalau sama teman-teman sendiri mereka malah kasian dengan bapak.” R1.W1.b.336-338.h.8 Aman juga merasa bahwa tolong menolong sesama adalah kewajiban, sehingga ia merasa suka menolong jika teman-temannya atau keluarganya membutuhkan pertolongan. Begitu juga dengan teman-temannya. Ketika ia mmbutuhkan pertolongan, teman-temannya dengan rela menolongnya. Universitas Sumatera Utara “Ada la. Mereka mau nolong.” R1.W1.b.340.h.8 “Ya ntah itu saya misalnya lagi sakit, anak saya gak bisa gantiin saya, minta tolong gantiin saya kerja beberapa jam. Mereka mau.” R1.W2.b.904-910.h.21 “Atau saya pinjam duit untuk berobat anak saya, mereka mau pinjam kan. Nanti ada rezeki sedikit saya bayar atau saya cicil. Gitulah bantuan mereka.” R1.W2.b.910-917.h.21 Meskipun jalannya merangkak, ia dapat melangkahkan kakinya yang sehat untuk berjalan. Tidak ada kesulitan untuk berjalan. Meskipun sakit dan lelah ketika berjalan, tetapi ia tetap berjalan untu ke rumah teman-temannya. Dan juga ia tidak merasa malu pada mereka dengan keadannya. “Gak ada juga, dek. Walaupun saya jalannya merangkak saya masih bisa jalan ke rumah kawan-kawan saya. Atau mereka yang ketempat saya. Cerita-cerita kami,dek.” R1.W1.b.347-353.h.8 “Saya gak malu dek karena saya cacat. dan lingkungan pun nerima saya dengan keadaan seperti ini. jadi dari kecil saya bisa berhubungan baik dengan mereka semua. Kalaupun ada yang ngejek-ngejek kan itu biasa, karena mereka gak kayak saya keadaannya.” R1.W2.b.1253-1265.h.26-27 Mendapat penerimaan oleh keluarga dan lingkungan membuat Aman dapat berhubungan dengan baik dengan siapa saja. Ia tidak memiliki perasaan negatif terhadap dirinya sendiri. Walaupun dengan keadaan cacat, ia berpikiran positif terhadap kondisinya dan mampu untuk menjalani hubungan. Banyak teman-temannya yang membantu ketika ia dalam kesulitan, sehingga membuat ia tidak merasa minder dengan keadaannya. ia sebagai orang yang senang bergaul dan bersosialisasi menambah kepercayaan diri bahwa ia dapat melakukan hal-hal seperti orang lain. Universitas Sumatera Utara b Keterlibatan penuh Pekerjaan yang ditekuni Aman membuatnya tidak ingin mengganti pekerjaan. Aman percaya bahwa pekerjaannya sekarang akan berguna untuk orang-orang, dan ia merasa sudah membantu orang-orang. Walaupun masih banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan, tapi sebagai tukang sepatu yang ia inginkan. Memiliki prinsip untuk tetap bekerja sebagai tukang sepatu dan yakin bahwa orang-orang akan percaya dengan kemampuannya. Dan ia merasa tidak memiliki saingan dalam usahanya, karena para pelanggannya hanya percaya dengannya. “Ada pikiran kerjaan lain. Tapi bapak tukar pikir aja lah bagus aku betulin sepatu ajalah kalo betulin sepatu kan bahannya enak di cari. Prinsip saya pun setiap orang pasti butuh yang namanya sepatu, sandal. Kalau rusak pun mereka pasti masih mau memakainya. Seperti itu prinsip saya.” R1.W1.b.203-214.h.5 “Gak ada saingan. Karena orang itu lebih percaya sama bapak.” R1.W1.b.462-464.h.11 Ikut terlibat dalam kegiatan sebuah lingkungan sangat menyenangkan bagi diri Aman. Ia suka mengikuti kegiatan tersebut karena akan banyak bertemu orang dan dapat saling membantu jika ada yang membutuhkan. “Ikut. Saya juga ikut kayak gitu. Karena kan tambah teman, bisa saling bantu. Jadi kalau ada apa-apa kan gak segan bantu dan gak segan untuk minta tolong.” R1.W2.b.850-857.h.20 Bagi penyandang tuna daksa, kecacatan menjadi hambatan untuk melakukan sebuah aktifitas. Tetapi, bagi Aman cacat tidak menjadikan kecacatan sebuah penghambat. Ia yakin dengan kecacatannya dapat menjalani aktifitas dan dapat bekerja seperti orang yang sehat. Terlibat dalam kegiatan yang ia ikuti membuatnya Universitas Sumatera Utara percaya diri bahwa orang cacat mampu bekerja. Seperti pekerjaannya sebagai penjahit sepatu dan mengikuti kegiatan lingkungan setiap bulannya, ia yakin akan kemampuannya untuk dapat melakukan dengan baik. c Temukan makna dalam keseharian Ketika tidak ada kegiatan bekrja atau libur dari pekerjannya, Aman dan keluarganya memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan dan berkumpul dengan keluarga lainnya. Ia menikmati kesehariannya dengan senang walaupun keadaannya cacat. “Paling jalan-jalan atau dirumah aj,dek. lagi ada duit, kami jalan-jalan. Kalau gak ada duit, ya dirumah aja.” R1.W3.b.1403-1409.h.31 Melakukan kegiatan dengan keadaan cacat tidak mudah baginya. Tetapi karena ia percaya diri, ia menganggap semua kegiatan harus dilakukan dengan tenang. Tidak perduli itu sulit atau mudah. Ia menjalani kesehariannya seperti layaknya orang sehat yang bebas melakukan apa saja. “Ya biasa aja dek. kayak orang sehat aja jalaninnya.” R1.W3.b.1456-1458.h.32 “Gak ada ya,dek. paling sulitnya cuma harus kesana kemari aja. Tapi untuk pekerjaan ya dijalanin lah.” R1.W3.b.1460-1465.h.32 Dalam kesehariannya, ia menjalankan sehari-harinya seperti orang yang sehat. Tidak merasa kesulitan dengan kakinya yang cacat, tidak merasa adanya gangguan untuk menjalani kesehariannya. Meskipun dulu ia merasa tidak mudah untuk Universitas Sumatera Utara menjalaninya, tetapi kepercayaan dirinya membuat perasaan tidak mudah itu menjadi mudah baginya karena optimis dapat menjalani kesehariannya. d Optimis, namun tetap realistis Aman juga mempunyai cita-cita selayaknya orang yang sehat. Walaupun dengan keadaan cacat, ia masih tetap menginginkan sesuatu yang aman tahu bahwa itu tidak bisa dicapainya. Orang yang cacat juga mempunyai segudang harapan. Seperti halnya Aman juga mempunyai harapan untuk kehidupan dan keluarganya. “Kalau dari bapak sendiri ya seperti teman-teman bapak itu jadi polisi, jadi dokter karena rezekinya bagus.” R1.W1.b.528-531.h.12 “Ya ada lah,dek. Pengen buka toko sepatu.” R1.W1.b.554-555.h.13 Keberhasilan yang ingin dicapai Aman belum berpihak padanya. Ia ingin menjadi seorang yang dapat dibanggkan oleh orang-orang, sehingga ia yakin suatu saat ia kan berhasil dan bukan hanya untuk orang yang sehat saja keberhasilan tersebut. “Kita jadi orang harus yakin kalau suatu saat kita bisa berhasil. Gak harus orang yang keadaannya sehat yang bisa berhasil aja. Cacat juga bisa kok.” R1.W2.b.977-984.h.23 Orang yang dalam keadaan cacat, mempunyai keinginan dan cita-cita seperti orang yang dalam keadaan sehat. Aman yang memiliki cita-cita sebagai seorang polisi ataupun dokter tidak sangat menyayangkan tidak dapat mewujudkan cita- citanya. Karena keterbatasan dan tidak adanya biaya untuk sekolah membuat ia tidak berhenti bercita-cita. Keterbatasan fisiknya itu tidak membuat ia patah semangat Universitas Sumatera Utara dalam menjalani hidup, bahkan ia berhasil membuktikan bahwa dengan segala keterbatasan fisiknya ia mampu melakukan hal seperti orang yang fisiknya sempurna. Tidak dapat menjadi seorang polisi dan dokter tidak membuat ia pesimis. Ia mencoba bekerja sebagai penjahit sepatu. Ia percaya dan meyakinkan dirinya bahwa suatu hari nanti ia dapat menjadi penjahit sepatu yang terkenal. Saat ini, ia merasa bangga dan senag karena telah dikenal walaupun hanya dikenal dilingkungan tempat ia bekerja dan ia tinggal. Ia optimis, setelah ia akan menjadi orang yang dapat dibanggakan. e Menjadi pribadi yang resilien Keadaan cacat tidak membuat Aman menolak diri. Merasa ikhlas dengan keadaan yang diberikan seperti ini membuat Aman memiliki prinsip tersendiri. Meskipun orang yang cacat tidak bisa melakukan kegiatan seperti orang yang sehat, namun Aman tetap berpendirian bahwa Aman bisa melakukan kegiatan selayaknya orang sehat. Mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, saling menghormati dan tidak pernah ada orang yang menghinanya. “Yah pasti sedih lah ya,dek. Gak bisa kayak orang lain. Tapi ya apa boleh buat. Dikasi seperti ini saya ya terima saja. Yah saya anggap diri saya seperti orang sehat. Prinsip saya harus bisa. Orang bisa kenapa kita gak bisa. Yang penting kita jangan mencuri. Prinsip kita bagus. Tapi saya gak mau minder.” R1.W1.b.036-047.h.1 “Mau sedih pun gak bisa diubah keadaannya,dek. Jadi saya terima saja lah semuanya.” R1.W1.b.076-079.h.2 Universitas Sumatera Utara “Iya. Gak ada ngejek-ngejek, menghina bapak. Malah mereka bilang bagus lah pak kerja begini dari pada gak ada kegiatan bapak sama sekali.” R1.W1.b.585-590.h.13 Setelah kehilangan ayahnya, ia mencoba untuk mencari uang dan bekerja untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya. Membuat ia harus bertahan hidup demi mencapai kesuksesannya dan merasa senang untuk bisa bangkit dari masa kehidupan yang pahit. “Mikirin mamak la dek. kasian mamak. Kan udah gak ada bapak. Jadi siapa yang kasi kami makan.” R1.W3.b.1503-1508.h.33 “Senang, puas. Karena bisa bertahan sampe sekarang ya dek. yang penting bagi saya keyakinan saya bisa itu yang buat saya bisa bangkit dari semuanya.” R1.W3.b.1620-1629.h.35 Kecacatan dan masa sulit yang Aman dapatkan tidak membuatnya mundur dan putus asa untuk menjalani hidup. Meskipun dalam keadaan cacat, ia tetap dapat melakukan apapun yang ia inginkan. Pada usia remaja adalah masa tersulitnya dimana ayahnya meninggal dunia. Ia merasa tidak ada yang akan menjaganya dan menyayanginya. Tetapi mengingat pesan ayahnya untuk tidak menyerah dan tidak menjadi beban bagi ibunya dan keluarga lainnya, ia mencoba untuk bangkit dan optimis akan mendapatkan sebuah pekerjaan untuk ibu dan adik-adiknya. Masa-masa sulitnya dapat teratasi dengan keyakinan dan keoptimisannya untuk mempertahankan kehidupannya. Universitas Sumatera Utara

d. Karakteristik Orang Yang Bahagia