Hubungan antara Pemisahan Psikologis dan Penyesuaian Diri di

B. PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Pemisahan Psikologis dan Penyesuaian Diri di

Perguruan Tinggi Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama yang merantau. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi pemisahan psikologis yang dimiliki oleh mahasiswa tahun pertama yang merantau, maka semakin tinggi pula penyesuaian diri di perguruan tinggi. Semakin rendah pemisahan psikologis yang dimiliki oleh mahasiswa tahun pertama yang merantau, maka semakin rendah pula penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Beyers dan Goossens 2003 serta Delhaye, Kempenaers, Linkowski, Stroobants, dan Goosens 2012 yang menunjukkan bahwa pemisahan psikologis berhubungan positif dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Beyers dan Goossens 2003 menyatakan bahwa pemisahan psikologis mengindikasikan pengembangan kemandirian mahasiswa dari orangtua serta perasaan positif terhadap perubahan dalam hubungan dengan orangtua. Kemampuan mahasiswa untuk memiliki rasa diri sebagai individu yang berbeda dan terlepas dari ibu menunjukkan pemisahan psikologis mahasiswa tahun pertama yang merantau. Kemampuan tersebut menunjukkan pencapaian kemandirian mahasiswa karena mereka memiliki kemampuan untuk melakukan suatu hal tanpa campur tangan dan pengaruh dari ibu. Kemampuan mahasiswa untuk menjalin hubungan baik dengan ibu juga menunjukkan pemisahan psikologis mahasiswa tahun pertama yang merantau. Kemampuan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial. Credé dan Niehorster 2012, Gunarsa dan Gunarsa 2001, Henton, Lamke, Murphy, dan Haynes 1980 dalam Stoever, 2001, serta Nasution 1997 memaparkan bahwa pada masa transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi, mahasiswa perantau dihadapkan pada tantangan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai hal seperti hidup terpisah dari keluarga dan teman, hubungan sosial yang baru, perbedaan sifat pendidikan di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, serta tuntutan untuk lebih bertanggung jawab. Dengan demikian, kemandirian dan kemampuan untuk menjalin hubungan sosial yang mengindikasikan pemisahan psikologis merupakan modal yang dimiliki mahasiswa tahun pertama yang merantau untuk menyesuaikan diri di perguruan tinggi. Dalam konteks responden di Indonesia, penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian Hilmawati dan Susiati 2015. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 114 mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang merantau. Hasil penelitian Hilmawati dan Susiati 2015 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 68 mahasiswa psikologi Universitas Padjajaran yang merantau. Penelitian ini mengukur pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi menggunakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil FGD. Penelitian Hilmawati dan Susiati 2015, mengukur pemisahan psikologis menggunakan adaptasi skala Psychological Separation Inventory Hoffman, 1985 dan mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi menggunakan adaptasi skala Student Adaptation to College Questionnaire Baker Siryk, 1989. Perbedaan tersebut mengindikasikan bahwa cacah responden dan alat ukur sangat memengaruhi hasil penelitian.

2. Hubungan antara Pemisahan Psikologis dan Dimensi Penyesuaian