Penelitian ini mengukur pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi menggunakan skala yang disusun oleh peneliti
berdasarkan hasil FGD. Penelitian Hilmawati dan Susiati 2015, mengukur pemisahan psikologis menggunakan adaptasi skala
Psychological Separation Inventory Hoffman, 1985 dan mengukur
penyesuaian diri di perguruan tinggi menggunakan adaptasi skala Student Adaptation to College Questionnaire
Baker Siryk, 1989. Perbedaan tersebut mengindikasikan bahwa cacah responden dan alat ukur sangat
memengaruhi hasil penelitian.
2. Hubungan antara Pemisahan Psikologis dan Dimensi Penyesuaian
Diri di Perguruan Tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemisahan psikologis berhubungan positif signifikan dengan setiap dimensi penyesuaian diri di
perguruan tinggi. Hubungan antara pemisahan psikologis dan dimensi penyesuaian diri akademik, dimensi penyesuaian diri personal-emosional,
serta dimensi kelekatan pada institusi relatif sama kuat. Pemisahan psikologis dan dimensi penyesuaian diri sosial memiliki hubungan yang
paling lemah dibandingkan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi yang lain.
Hasil tersebut berkaitan dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang menyatakan alasan
mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah untuk
memperoleh ilmu dan keterampilan agar mampu bersaing dalam dunia pekerjaan di masa depan. Alasan tersebut menunjukkan bahwa motivasi
mahasiswa melanjutkan pendidikan lebih berkaitan dengan akademik, sehingga mereka lebih fokus menyesuaikan diri pada hal akademik.
Dengan penyesuaian diri akademik yang baik, mahasiswa juga mampu memiliki penyesuaian diri personal-emosional yang baik. Dengan
demikian, mahasiswa juga memiliki kelekatan pada institusi. Pemisahan psikologis menunjukkan bahwa mahasiswa bebas dari
perasaan negatif yang berlebihan terhadap ibu, menilai bahwa ibu memahami, menghormati, dan mempercayai mereka, serta memiliki sikap,
nilai, dan keyakinan yang berbeda dari ibu. Kemampuan tersebut berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi
akademik. Mahasiswa memiliki penilaian bahwa ibu memahami dan menerima motivasi akademik yang mereka miliki, serta mempercayai
tindakan yang dilakukan oleh mereka dalam mengaplikasikan motivasi akademik. Mereka juga tidak terganggu oleh perasaan bersalah dan cemas
apabila memiliki motivasi akademik serta cara mengaplikasikan yang berbeda dengan ibu mereka. Kebebasan mahasiswa dari perasaan negatif
yang berlebihan terhadap ibu berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol emosi dengan baik. Mahasiswa tidak larut dalam
perasaan negatif yang berlebihan. Kemampuan mengaplikasikan motivasi akademik berkaitan dengan
kebebasan mahasiswa dari kebutuhan akan persetujuan yang berlebihan
dari ibu dan kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa bantuan ibu. Mahasiswa mampu memutuskan dan mempertanggungjawabkan tindakan
yang dilakukan dalam mengaplikasikan motivasi akademik. Kebebasan dari kebutuhan akan dukungan emosional yang berlebihan
dari ibu dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan tanpa bantuan ibu berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengatasi tuntutan
akademik dan memiliki persepsi positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi. Mahasiswa memiliki persepsi bahwa tuntutan di perguruan tinggi
merupakan suatu permasalahan yang mampu mereka hadapi tanpa harus melibatkan ibu, sehingga mereka mampu mencari solusi dan menghadapi
tuntutan akademik secara mandiri. Dengan kemampuan mengaplikasikan motivasi akademik dan
mengatasi tuntutan akademik, mahasiswa juga mampu memperoleh prestasi akademik yang baik. Prestasi tersebut ditunjukkan oleh sebagian
besar responden penelitian yang memiliki indek s prestasi ≥ 2,51. Dengan
demikian, mahasiswa juga memiliki kepuasan terhadap status sebagai mahasiswa serta kepuasan pada institusi, fakultas, ataupun program studi.
3. Hubungan antara Aspek Pemisahan Psikologis dan Penyesuaian Diri