17
D. Value for Money
1. Definisi Value for Money VFM Menurut Mardiasmo 2002: 4 Value for Money merupakan konsep
pengelolaan organisasi sector publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Pada Gambar 2.1 dijelaskan konsep pengukuran kinerja dengan metode value for money, dimana terdapat elemen ekonomi yaitu perbandingan antara
input dan nilai input Rp, elemen efisiensi yaitu perbandingan antara output dan input, dan elemen efektivitas yaitu perbandingan antara outcome dan output.
Gambar 2.1
Value for Money
Sumber: Mardiasmo 2002: 5
Value for Money menjelaskan hubungan yang optimal antara biayasumber daya serta manfaathasil yang disampaikan melalui proses mengubah input melalui
aktivitas kegiatan menjadi output untuk memicu atau menghasilkan hasil outcome yang baik Kuswanti, 2014: 29.
Nilai Input RP Input
Output Outcome
Ekonomi Efisiensi
Efektivitas
18
Dari kerangka pemikiran di atas maka dijabarkan sebagai berikut: 1. Outcome adalah dampak yang ditimbulkan atas suatu kegiatan dalam bentuk
persen yang diperoleh dari Laporan Kinerja Kegiatan. 2. Output adalah hasil prosentase perhitungan realisasi fisik di lapangan dari
setiap kegiatan yang terdapat di Laporan Kinerja Kegiatan tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
3. Nilai input adalah anggaran belanja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
4. Input adalah realisasi belanja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
Keterangan di atas akan dijadikan acuan atau pedoman untuk menghitung dan mengukur kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan menggunakan metode
value for money. Konsep value for money terdiri atas tiga elemen utama, yaitu:
a. Ekonomi Menurut Mardiasmo
. 2002:
. 4 ekonomi merupakan perolehan input dengan
kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan nilai input yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir sumber daya masukan input resources yang digunakan yaitu
dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
19
Menurut Mahmudi 2010: 84 rumus ekonomi dijelaskan sebagai berikut:
100 x
Harga Ekonomi
input Input
Keterangan: Input
: Realisasi anggaran Harga input : Anggaran
Menurut Mardiasmo 2002: 5 input adalah sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan program dan aktivitas.
Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan output Mahmudi, 2010: 98. Input tersebut
dapat berupa kas, bahan baku, orang, infrastruktur, dan masukan lainnya. Maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan input adalah realisasi anggaran,
karena realisasi anggaran adalah sejumlah dana yang diterima oleh organisasi yang kemudian digunakan untuk memenuhi kepentingan organisasinya.
Nilai input atau dapat dikatakan sebagi harga input adalah sejumlah dana yang diperkirakan akan dikeluarkan oleh suatu organisasi untuk memenuhi kepentingan
organisasinya. Dalam penelitian ini yang menjadi nilai input adalah anggaran atau dapat dikatakan sebagai target. Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk
masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter Mahsun, 2014: 145.
20
Menurut Mahsun 2006: 186 kriteria ekonomis adalah: a. Jika diperoleh nilai perbandingan kurang dari 100 X 100 maka
ekonomis. b. Jika diperoleh nilai perbandingan sama dengan 100 X = 100 maka
ekonomi berimbang. c. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100 X 100 maka
tidak ekonomis. b. Efisiensi
Menurut Mardiasmo .
2002: .
4 efisiensi adalah pencapaian output yang dimaksimumkan dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah
untuk mencapai output tertentu. Menurut Mahmudi 2010: 85 efisiensi terkait dengan hubungan antara output
berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi
merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien
apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya
spending well. Faktor yang mempengaruhi output besar adalah kemampuan dari sumber daya dalam mengelola keuangan kemudian merealisasikannya dalam
sebuah kegiatan, selain itu juga fasilitas yang memadai mampu mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan organisasi.
21
Menurut Mahmudi 2010: 85 rumus efisiensi dijelaskan sebagai berikut:
100 x
Efisiensi Input
Output
Keterangan: Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan
Input : Persentase nilai ekonomis
Output atau keluaran adalah hasil yang dicapai dari suatu program yang dilakukan oleh organisasi. Pada penenilitian ini yang dimaksud sebagai output
adalah presentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan. Menurut Renyowijoyo 2008: 8 output merupakan hasil yang dicapai dari suatu
program, aktivitas, dan kebijakan. Input yang akan dibandingan dengan output untuk menentukan tingkat
efisiensi adalah presentase nilai ekonomis, yaitu hasil yang diperoleh atas perbandingan antara input realisasi anggaran dengan harga input
anggaran. Menurut Renyowijoyo 2008: 8 input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijkan, program, dan aktivitas.
Menurut Mahsun 2006: 181-182 efisiensi daya guna mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran
efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan cost of output. Proses kegiatan
operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
22
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya spending well. Jadi, pada dasarnya ada pengertian yang
serupa antara efisiensi dengan ekonomi karena kedua-duanya menghendaki penghapusan atau penurunan biaya cost reduction.
Dengan kata lain, efisiensi adalah tingkat pencapaian kinerja kegiatan dari suatu organisasi. Kinerja suatu organsisasi akan dikatakan efisien jika mampu
menghasilkan output yang lebih besar dari inputnya. Menurut Mahsun 2006: 187 kriteria efisiensi adalah:
a. Jika diperoleh nilai perbandingan kurang dari 100 X 100 maka tidak efisien.
b. Jika diperoleh nilai perbandingan sama dengan 100 X = 100 maka efisiensi berimbang.
c. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100 X 100 maka efisien.
c. Efektivitas Menurut Mardiasmo 2002: 4 efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil
yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka
semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau proses, maka nilai efektivitasnya berfokus
23
pada outcome hasil. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan, atau
dikatakan spending wisely Mahmudi, 2010: 86. Menurut Mahmudi 2010: 87 rumus efektivitas dijelaskan sebagai berikut:
100 x
s Efektivita
Output Outcome
Keterangan : Outcome : Persentase dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan
Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat Mardiasmo, 2002: 134. Pada penelitian ini penulis mengambil secara langsung
hasil yang telah terdapat dalam Laporan Kinerja Kegiatan. Output atau keluaran adalah hasil yang dicapai dari suatu program yang dilakukan oleh organisasi. Pada
penenilitian ini yang dimaksud sebagai output adalah presentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan. Menurut Renyowijoyo 2008: 8 output merupakan
hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Menurut Mahsun 2006: 182 efektivitas hasil guna merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan spending wisely.
24
Menurut Mahsun 2006: 187 Kriteria efektivitas adalah: a. Jika diperoleh nilai perbandingan kurang dari 100 X 100 maka
tidak efektif. b. Jika diperoleh nilai perbandingan sama dengan 100 X = 100 maka
efektivitas berimbang. c. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100 X 100 maka
efektif. 2. Definisi Pengukuran Value for Money
Menurut Mardiasmo dalam Angela 2013 pengukuran nilai uang value for money merupakan bentuk pengukuran kinerja berdasarkan tiga elemen, yaitu,
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Menurut Mahsun dalam Benoit 2011 pengukuran value for money disebut
juga performance audit merupakan pengukuran dan pemeriksaan kinerja dengan berdasarkan pada ukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan
dengan pengukuran seberapa hemat pengeluaran dilakukan. Efisiensi berhubungan dengan pengukuran seberapa benar cara yang digunakan yaitu
membandingkan input dengan output. Efektivitas berkaitan dengan pengukuran seberapa tepat dalam pencapaian target yaitu dengan membandingkan hasil yang
ditargetkan dengan realisasinya. Sehingga dapat disimpulkan Value for money adalah salah satu metode atau
pendekatan yang dapat dilakukan oleh organsisasi untuk menilai kinerja organisasinya yang penilaiannya didasarkan pada tiga elemen pokok, yaitu
25
ekonomis berkaitan dengan kehematan suatu organisasi dalam mengeluarkan biaya, efisiensi berkaitan dengan biaya yang telah dikeluarkan dengan hasil
yang ditimbulkan, dan efektivitas berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan organisasi.
3. Pengukuran Kinerja Value for Money VFM Menurut Mahmudi 2010: 89 pengukuran kinerja value for money ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas merupakan bagian terpenting setiap pengukuran kinerja organisasi sektor publik. Untuk mendongkrak kinerja sektor publik, diperlukan
manajemen kinerja yang berorientasi pada value for money. Karena value for money merupakan kunci pengukuran kinerja di sektor publik, maka sistem
pengukuran kinerja sektor publik juga harus difokuskan untuk mengatur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Namun pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas tidak dapat langsung dilakukan karena untuk mengatur tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
diperlukan pengembangan indikator kinerja IK dalam desain suatu sistem pengukuran kinerja organisasi.
a. Pengembangan Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan konsep yang multidimensional dan
kompleks. Dalam organisasi sektor publik, seperti pemerintah, tidak ada indikator kinerja tunggal yang dapat dipakai untuk seluruh unit kerja.
Pengembangan indikator kinerja pada dasarnya meliputi pengembangan
26
indikator makro dan indikator mikro. Pada tingkat korporat, indikator kinerja yang digunakan adalah indikator kinerja makro, sedangkan pada tingkat unit
kerja indikator yang digunakan adalah indikator kinerja mikro. Indikator kinerja bukan hanya indikator keuangan saja, tetapi juga
indikator nonkeuangan. Indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya seimbang atau dapat dikatakan harus setara antara pengeluaran biaya dan hasil
yang ditimbulkan, yaitu antara indikator keuangan dengan indikator nonkeuangan, antara indikator hasil ends measures dengan indikator proses
means measure, dan antara indikator kuantitaif dengan indikator kualitatif. Pengukuran kinerja value for money telah membuat keseimbangan antara
pengukuran hasil dengan pengukuran proses. Indikator efektivitas dalam value for money berorientasi pada hasil, sedangkan indikator ekonomi dan efisiensi
berorientasi pada proses. Indikator efektivitas lebih bersifat kualitatif sedangkan indikator ekonomi dan efisiensi lebih bersifat kuantitatif.
b. Karakteristik Indikator Kinerja Menurut Mahmudi 2010:
. 91
. indikator kinerja yang dikembangkan
hendaknya memiliki karakteristik berikut: 1. Sederhana dan mudah dipahami
2. Dapat diukur 3. Dapat dikuantifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio, persentase,dan
angka 4. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja
27
5. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi 6. Dikaji secara teratur
Monitoring dan review terhadap indikator kinerja harus terus dilakukan sebagai bagian dari upaya menciptakan kultur perbaikan kinerja secara
berkelanjutan. Review secara rutin terhadap indikator kinerja bertujuan untuk menguji validitas dan keandalan indikator yang dibuat agar dapat
menyesuaikan perubahan kebutuhan layanan sehingga dalam jangka panjang menghasilkan ukuran kinerja yang lebih baik dan efektif.
c. Manfaat Indikator Kinerja Informasi mengenai kinerja sangat penting dalam rangka menciptakan
good governance. Manajemen yang baik membutuhkan indikator kinerja untuk mengukur sukses atau tidaknya organisasi. Indikator tersebut diorientasikan
sebagai pedoman bukan sebagai alat pengedalian. Indikator kinerja memiliki peran penting sebagai proses pembentukan organisasi pembelajar learning
organization. Organisasi pembelajar adalah suatu konsep dimana organisasi menerapkan proses pembelajaran mandiri sehingga dapat dengan tanggap
melakukan tindakan untuk setiap perubahan yang terjadi. Pemanfaatan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah
suatu organisasi, aktivitas atau program telah memenuhi prinsip ekonomi, efisien, dan efektif. Efisiensi berkaitan dengan seberapa tepat cara yang
digunakan organisasi dalam mengelola keuangan untuk kegiatannya, sedangkan efektivitas berkaitan dengan seberapa besar dampak yang
28
ditimbulkan dari kegiatan tersebut, dengan demikian diharapkan organisasi dapat bekerja secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit
organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan kinerja juga perlu mempertimbangkan komponen berikut:
1. Biaya Pelayanan Cost of Service Penentuan indikator kinerja harus mencakup indikator biaya, biasanya
dinyatakan dalam biaya per unit. Indikator biaya ini merupakan elemen penting untuk mengukur ekonomi dan efisien.
Manfaat indikator biaya tersebut adalah untuk menilai kelayakan tarif pelayanan dengan tingkat pelayanan yang diberikan serta untuk melakukan
analisis keuangan. 2. Tingkat Pemanfaatan Utilization Rate
Indikator tingkat pemanfaatan utilisasi diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kapasitas yang menganggur idle capacity atas sumber
daya yang dimiliki organisasi. Tingkat utilisasi dapat diketahui dengan cara membandingkan tingkat pemanfaatan dengan kapasitas yang tersedia.
Adanya kapasitas yang menganggur pada dasarnya akan menjadikan organisasi tidak efisien dan efektif.
3. Kualitas dan Standar Pelayanan Selain indikator yang sifatnya kuantitatif, seperti indikator biaya dan
tingkat utilisasi, penentuan indikator kinerja juga harus mencakup indikator yang sifatnya kualitatif, misalnya indikator kualitas pelayanan dan standar
29
pelayanan. Indikator kualitas pelayanan ini, misalnya kecepatan pelayanan, ketepatan waktu, kecepatan respon, keramahan, kenyamanan, kebersihan,
keamanan, keindahan estetika, etika, dan sebagainya. 4. Cakupan Pelayanan
Indikator cakupan pelayanan diperlukan untuk mengetahui tingkat penyediaan pelayanan yang diberikan supply dengan permintaan yang
dibutuhkan demand. Organisasi pelayanan publik dihadapkan pada masalah cakupan pelayanan yang bisa disediakan dibandingkan dengan total
permintaan. Oleh karena itu, pembuatan indikator cakupan pelayanan tersebut penting untuk perencanaan mengenai peningkatan kapasitas
pelayanan, alternatif pelayanan atau substitusi pelayanan. 5. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu bentuk hasil suatu pelayanan publik. Kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai tujuan
tingkat tinggi dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Oleh karena itu, pembuatan indikator kinerja harus memasukkan indikator kepuasan
pelanggan. Indikator kepuasan pelanggan biasanya diproksikan dengan banyaknya aduan atau komplain untuk kemudahan dalam menentukan
tingkat kepuasan pelanggan. Namun harus dipahami bahwa tingkat aduan hanya salah satu proksi untuk menunjukkan kepuasan, bukan satu-satunya
alat. Kepuasan pelanggan sangat bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk
30
mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan perlu dilakukan survei pelanggan.
Survei pelanggan tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghitung Indeks Kepuasan Pelanggan. Adanya ketidakcocokan antara
outcome yang dihasilkan dari suatu pelayanan dengan kepuasan masyarakat menunjukkan masih adanya kesenjangan harapan expectation gap.
4. Langkah-langkah Perencanaan dan Pengukuran Kinerja Value for Money Menurut Mahmudi 2010: 95-98 manajemen kinerja terintegrasi integrated
performance management terdiri atas dua bagian utama, yaitu perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja. Perencanaan kinerja terdiri atas empat tahap,
yaitu: 1. Penentuan misi, visi, dan tujuan goal, serta strategi
2. Penerjemahan misi, visi, dan tujuan goal, serta strategi ke dalam: a. Sasaran strategik
b. Inisiatif strategik c. Indikator kerja input, output, outcome,benefit, impact
d. Target kerja 3. Penyusunan program
4. Penyusunan anggaran
31
Sementara itu, rerangka pengukuran kinerja Value for Money dibangun atas tiga komponen utama, yaitu:
1. Komponen misi, visi, tujuan, sasaran, dan target Penentuan misi, visi, tujuan, sasaran, dan target dapat didahului dengan
kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat. Suatu organisasi harus berfokus dan melakukan tindakan terbaik dalam rangka untuk memuaskan pelanggan.
Identifikasi faktor keberhasilan suatu organisasi adalah menyusun dan menetapkan tujuan, sasaran, dan target kinerja yang hendak dicapai organisasi.
Setelah perangkat berupa visi, misi, tujuan, sasaran, target kinerja, strategi, dan program ditetapkan tahap berikutnya adalah mengembangkan metodologi
untuk penilaian kinerja. Langkah pertama organisasi harus menentukan indikator
input, output,
outcome, benefit,
dan impact.
Setelah indikator-indikator tersebut ditetapkan, organisasi kemudian baru bisa
mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. 2. Komponen input, proses, output, dan outcome
Tahap pertama organiasi harus membuat indikator input, output, outcome, benefit, dan impact. Kemudian tahap berikutnya adalah pengukuran input,
output, outcome, dan impact tersebut. Indikator kinerja harus dikaitkan dengan pencapaian target kinerja, tujuan,
visi, dan misi organisasi. Berdasarkan lima indikator input, output, benefit, dan impact organisasi kemudian dapat membuat berbagai ukuran kinerja berupa
ukuran:
32
a. Ekonomi, yaitu perbandingan kos per unit input atau unit input per rupiah; b. Efisiensi atau produktivitas, yaitu perbandingan antara output per unit
output; c. Efektivitas tingkat keberhasilan proses, yaitu perbandingan antara
outcome per output; d. Manfaat sosial neto net social benefit, yaitu unit outcome yang berhasil;
e. Efisiensi biaya cost-effecticiency, yaitu kos per unit output atau output per rupiah kos;
f. Efektivitas biaya cost-effectiveness, yaitu kos untuk mencapai outcome; g. Biaya- manfaat benefit-cost, yaitu net social benefit per unit kos;
h. Ukuran pencapaian output; i. Ukuran pencapaian outcome.
3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektifitas a. Pengukuran ekonomi adalah mengukur berapa anggaran yang
dialokasikan. b. Pengukuran efisiensi adalah mengukur seberapa baik organisasi mampu
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan output.
c. Pengukuran efektivitas adalah mengukur hasil akhir suatu pelayanan yang dikaitkan output-nya cost of outcome.
33
E. Terminologi