53
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam
Melaksanakan Kegiatan Pokok KIA di Kecamatan Siantar
5.1.1 Beban Kerja
Beban kerja merupakan salah satu prosedur penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81MenkesSKI2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota serta Rumah Sakit. Beban kerja sangat
mempengaruhi kinerja petugas kesehatan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi baik dan buruk beban kerja yaitu fisik, mental dan sosial.
Pengukuran beban kerja yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung kepada responden yang merupakan petugas KIA.
Berdasarkan pengukuran beban kerja terdapat 17 44,7 responden dengan beban kerja baik dan 21 55,3 responden dengan beban kerja kurang. Sedangkan hasil
pengukuran kinerja responden terdapat 12 31,6 responden dengan kinerja baik dan 26 68,4 responden dengan kinerja kurang.
Dari 17 responden dengan beban kerja baik terdapat 88,2 responden yang berkinerja kurang. Beban kerja baik dihitung berdasarkan perolehan skor pada setiap
responden, baik bila skor yang diperoleh responden 51-100. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa perbandingan petugas dengan jumlah
kunjungan pasien masih sesuai, responden menyatakan perbandingan jumlah petugas
Universitas Sumatera Utara
dengan tugas-tugas di luar gedung puskesmas masih sesuai dan responden menyatakan bahwa tidak berani menolong persalinan dengan letak bokong.
Dari 21 responden dengan beban kerja kurang terdapat 52,4 responden dengan kinerja kurang. Beban kerja kurang dihitung berdasarkan skor yang diterima
oleh responden, beban kerja kurang jika skor yang diperoleh responden 0-50. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pekerjaan puskesmas
diluar tugas pokok tidak sesuai, responden menyatakan terdapat tugas pokok lain selain tugas pokok saya sebagai petugas KIA dan responden menyatakan jenuh
menunggu proses persalinan.
5.1.2 Kinerja
Pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi langsung terhadap pelaksanaan program-program KIA di puskesmas
maupun di tempat praktek responden. Berdasarkan pengukuran kinerja terdapat 12 31,6 responden dengan kinerja baik dan 26 68,4 responden dengan beban
kerja kurang. Dari 12 responden dengan beban kerja baik dapat dilihat dari jawaban responden pada kegiatan pokok pelayanan antenatal yang menyatakan bahwa
responden mengukur tinggi fundus uteri pada pasien, responden menyatakan bahwa mebukur presentasi janin dan denyut jantung janin dan melakukan konseling pada
setiap pasiennya. Pernyataan responden pada kegiatan pokok penanganan komplikasi kebidanan menyatakan bahwa responden melakukan pencegahan, penanganan
infeksi, responden menyatakan bahwa tidak melakukan penanganan partus macet dan responden menyatakan bahwa tidak melakukan penanganan abortus. Dan pada
kegiatan pokok pelayanan kesehatan anak balita responden menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
responden melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
Dari 26 responden yang memiliki kinerja kurang dapat dilihat dari jawaban responden pada kegiatan pokok pelayanan antenatal yang menyatakan bahwa
responden kadang-kadang melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi badan pasien, responden menyatakan bahwa kadang-kadang mengukur tekanan darah
pasien, responden menyatakan bahwa kadang-kadang mengukur lingkar lengan atas pasien, responden menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan imunisasi TT,
responden kadang-kadang memberikan tablet besi minimal 90 kali selama masa kehamilan, responden menyatakan bahwa kadang-kadangmelakukan tes labolatorium
dan responden menyatakn bahwa tidak melakukan tata laksana kasus. Pada kegiatan pokok pelayanan kesehatan ibu nifas responden menyatakan
bahwa kadang-kadang melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, responden menyatakan kadang-kadang melakukan pemeriksaan tinggi fundus
uteri, responden menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, responden menyatakan bahwa kadang-kadang
melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan dan responden kadang-kadang memberikan pelayanan KB pasca salin.
Pada kegiatan pokok deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus responden menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan pendeteksian dini
terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil. Pada kegiatan pokok pelayanan kesehaan bayi responden menyatakan bahwa kadang-
kadang melakukan imunisasi dasar lengkap, responden menyatakan kadang-kadang
Universitas Sumatera Utara
melakukan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi, responden menyatakan kadang-kadang memberikan vitamin A 100.000 IU 6-11 bulan,
responden menyatakan kadang-kadang melakukan konseling ASI eksklusif dan responden menyatakan kadang-kadang melakukan penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan. Pada kegiatan pokok pelayanan kesehatan anak balita responden menyatakan
bahwa kadang-kadang melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, rsponden menyatakn bahwa kadang-kadang melakukan stimulasi deteksi
danintervensi dini tumbuh kembang minimal 2 kali setahun, responden menyatakan tidak memberikan vitamin A dosis tinggi 200.000 IU 2 kali setahun dan responden
menyatakan bahwa kadang-kadang memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita. Pada keiatan pokok pelayanan KB berkualitas responden
menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai KB pasca salin.
Berikut ini penjelasan hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada setiap kegiatan pokok pelayanan KIA, yaitu :
1. Pelayanan Antenatal
Pada pelayanan antenatal terdapat 10 kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di pelayanan antenatal yaitu, terdapat 14 36,8
responden menyatakan bahwa selalu melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi badan, banyak yang tidak melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan karena responden menganggap bahwa hal tersebut tidak penting dilakukan, sedangkan menurut teori bahwa penimbangan ibu hamil berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui kesehatan ibu dan pertumbuhan bayinya, tetapi kadang ada beberapa responden yang melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
karena berdasarkan permintaan pasien. Terdapat 13 34,2 responden yang menyatakan bahwa mengukur tekanan darah pasien, banyak yang tidak melakukan
pengukuran tekanan darah karena responden mernganggap bahwa pengukuran tekanan darah tidak perlu dilakukan jika tidak ada keluhan dari pasien, tetapi kadang
ada responden yang melakukan pengukuran tekanan darah karena merasa bahwa hal tersebut memang penting dan permintaan dari pasien.
Masih dalam kegiatan pelayanan antenatal, terdapat 10 26,3 responden yang menyatakan bahwa selalu mengukur lingkar lengan atas, banyak responden
yang tidak melakukan pengukuran lingkar lengan atas karena tidak tersedianya alat pengukuran dan menganggap bahwa hal tersebut tidak diperlukan, tetapi kadang ada
responden yang melakukan karena pengukuran lingkar lengan atas dapat menggambarkan status gizi ibu hamil. Terdapat 16 42,1 responden yang
menyatakan bahwa selalu mengukur tinggi fundus uteri, banyak responden yang tidak melakukan pengukuran tinggi fundus uteri karena responden menganggap bahwa usia
kehamilan bisa ditanya langsung oleh pasien ataupun diperkiran dari bentuk perut pasien, tetapi ada responden yang kadang melakukan pengukuran fundus uteri karena
permintaan dari pasien. Terdapat 17 44,7 responden yang menyatakan bahwa selalu mengukur presentasi janin dan denyut jantung janin, banyak responden yang
tidak melakukan pengukuran presentasi janin dan denyut jantung janin karena menganggap bahwa hal tersebut tidak diperlukan, tetapi ada responden yang kadang
melakukan pengukuran presentasi janin dan denyut jantung janin karena permintaan
Universitas Sumatera Utara
dari pasien. Terdapat 13 34,2 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan imunisasi TT, banyak responden yang tidak melakukan imunisasi TT
karena responden menganggap tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pasiennya, tetapi ada responden yang kadang melakukan imunisasi TT karena permintaan pasien
dan responden menganggap bahwa hal tersebut sangat penting untuk menghindari bayi yang baru lahir dari tetanus dan juga melindungi ibu terhadap kemungkinan
tetanus apabila terluka. Terdapat 12 31,6 responden yang menyatakan bahwa memberikan tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan, banyak responden yang
tidak memberikan tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan karena tidak ada resiko anemia dari pasien yang ada, tetapi ada responden yang kadang memberikan
tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan karena pasien yang datang meang memiliki riwayat anemia.
Masih dalam kegiatan pelayanan antenatal, terdapat 3 7,9 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan tes labolatorium, banyak responden yang tidak
melakukan tes labolatorium karena tidak tersedianya alat dan responden menganggap bahwa tes labolatorium hanya dilakukan jika ada resiko komplikasi ataupun resiko
bahaya, tetapi ada responden yang kadang melakukan tes labolatorium karena pasien memiliki faktor resiko dan komplikasi. Terdapat 8 12,1 responden yang
menyatakan bahwa selalu melakukan tata laksana kasus , banyak responden yang tidak melakukan tata laksana kasus karena responden merasa hal tersebut tidak harus
dilakukan, tetapi ada responden yang kadang melakukan tata laksana kasus karena responden menangani pasien dengan faktor resiko dan komplikasi. Terdapat 14
36,8 responden yang menyatakan selalu melakukan konseling, banyak responden
Universitas Sumatera Utara
yang tidak melakukan konseling karena tidak adanya permintaan dari pasien, tetapi ada responden kadang melakukan konseling karena merasa pasien membutuhkannya.
Secara operasional pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan dan memenuhi standar yang terdapat di kegiatan pokok.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester
kedua dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan itu dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini
faktor resiko, pencegahan dan penanganan komplikasi Kemenkes 2010.
2. Pelayanan Nifas
Pada pelayanan nifas terdapat 6 kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan- kegiatan yang terdapat di pelayanan nifas yaitu, terdapat 12 31,6 responden yang
menyatakan bahwa selalu melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, banyak responden yang tidak melakukan pemeriksaan tekana darah, nadi,
respirasi dan suhu karena responden menganggap bahwa hal tersebut tidak penting dilakukan dan juga karena tidak tersedianya alat, tetapi ada responden kadang
melakukan pemeriksaan tekana darah, nadi, respirasi dan suhu karena berdasarkan permintaan pasien. Terdapat 9 23,7 responden yang menyatakan bahwa selalu
memeriksa tinggi fundus uteri, banyak responden yang tidak melakukan melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri karena proses persalinan berjalan tanpa adanya
masalah, tetapi ada responden kadang melakukan pemeriksaan fundus uteri karena menganggap bahwa hal tersebut memang perlu dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Masih dalam kegiatan pelayanan nifas, terdapat 10 26,3 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per
vaginam, banyak responden yang tidak melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam karena tidak adanya kasus yang berat dalam proses
persalinan, tetapi ada responden kadang melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam karena responden menganggap bahwa hal tersebut memang
sangat diperlukan. Terdapat 9 23,7 responden yang menyatakan bahwa responden selalu melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif, banyak
responden yang tidak melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif karena responden memberikan susu formula, tetapi ada responden kadang melakukan
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif karena permintaan dari pasien. Terdapat 11 28,9 responden yang menyatakan bahwa selalu memberikan kapsul
Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, banyak responden yang tidak memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali karena menganggap hal tersebut tidak
diperlukan, tetapi ada responden kadang memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali karena hal tersebut memang dibutuhkan oleh pasien. Dan terdapat 8
21,1 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan pelayanan KB pasca salin, banyak respondenyang tidak melakukan pelayanan KB pasca salin karena tidak
ada permintaan dari pasien, tetapi ada responden kadang melakukan pelayanan KB pasca salin karena permintaan dari pasien.
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca salin oleh tenaga kesehatan. Kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan 3 hari setelah persalinan, kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke- 4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan dan kunjungan nifas ketiga dalam
waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan Kemenkes 2010.
3. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat
Kegiatan pokok ketiga yaitu deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat, yang terdapat 1
kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan yang terdapat di deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat yaitu terdapat 12 31,6 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan
dialami oleh ibu hamil, banyak responden yang tidak melakukan pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil karena tidak
ada faktor resiko yang dialami oleh pasien, tetapi ada responden kadang pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil karena
adanya permintaan dari pasien. Deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor
risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkan.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan Kemenkes 2010.
Universitas Sumatera Utara
4. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pada pelayanan kesehatan bayi terdapat 5 kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di pelayanan kesehatan bayi yaitu, terdapat 11
28,9 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan imunisasi dasar lengkap, banyak responden yang menyatakan tidak melakukan imunisasi dasar
lengkap karena pasien melakukan imunisasi di posyandu, tetapi ada responden kadang melakukan imunisasi dasar lengkap karena permintaan dari pasien. Terdapat
11 28,9 responden yang menyatakn bahwa selalu melakukan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi, banyak responden yang tidak melakukan
stimulasi deteksi dini tumbuh kembang bayi karena pasien melakukan hal tersebut di posyandu, tetapi ada responden kadang melakukan stimulasi deteksi dini tumbuh
kembang bayi karena permintaan dari pasien. Masih dalam kegiatan pelayanan kesehatan bayi, terdapat 6 15,8
responden yang menyatakan selalu memberikan Vitamin A 100.000 IU, banyak responden yang tidak memberikan Vitamin A 100.000 IU karena responden
menganggap bahwa pasien tidak membutuhkan hal tersebut, tetapi ada responden kadang memberikan Vitamin A 100.000 IU karena permintan dari pasien. Terdapat
10 26,3 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan konseling ASI eksklusif, banyak responden yang tidak melakukan konseling ASI eksklusif karena
responden memberikan susu formula, tetapi ada responden kadang melakukan konseling ASI eksklusif karena permintaan dari pasien. Dan terdapat 12 31,6
responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan, banyak responden yang tidak melakukan penanganan dan rujukan
Universitas Sumatera Utara
kasus karena responden menganggap bahwa hal tersebut tidak diperlukan, tetapi ada responden kadang melakukan penanganan dan rujukan kasus karena permintaaan dari
pasien. Hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan yang terdapat pada pelayanan
kesehatan bayi, dimana pelayanan kesehatan bayi diberikan oleh tenaga kesehatan sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapatkan pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang Kemenkes 2010.
5. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pada pelayanan kesehatan anak balita terdapat 5 kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di pelayanan kesehatan anak balita
yaitu, terdapat 10 26,3 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku
KIAKMS, banyak responden yang tidak melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku KIAKMS karena
responden menganggap bahwa hal tersebut di lakukan di posyandu, tetapi ada responden kadang melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali
setahun yang tercatat dalam buku KIAKMS karena permintaan langsung oleh pasien. Masih dalam kegiatan pelayanan kesehatan anak balita, terdapat 9 23,7
responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan stimulasi deteksi dan intervensi
Universitas Sumatera Utara
dini tumbuh kembang minimal 2 kali dalam setahun, banyak responden yang tidak melakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang minimal 2 kali
dalam setahun karena responden menganggap bahwa hal tersebut dilakukan di posyandu, tetapi ada responden kadang melakukan stimulasi deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang minimal 2 kali dalam setahun karena permintaan langsung dari responden.terdapat 8 21,1 responden yang menyatakan bahwa selalu memberikan
vitamin A dosis tinggi 200.000 IU 2 kali setahun, banyak responden yang tidak memberikan vitamin A dosis tinggi 200.000 IU 2 kali setahun karena menganggap
hal tersbut tidak perlu dilakukan, tetapi ada responden kadang memberikan vitamin A dosis tinggi 200.000 IU 2 kali setahun karena kebutuhan dari pasien.
Masih dalam kegiatan pelayanan kesehatan anak balita terdapat 11 28,9 responden yang menyatakan bahwa selalu memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan
buku KIA oleh setiap anak balita, banyak responden yang tidak memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita karena responden
menganggap bahwa hal tersebut dilakukan di posyandu, tetapi ada responden kadang memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita karena
permintaan langsung dari pasien. Dan terdapat 16 42,1 responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar
dengan menggunakan pendekatan MTBS, banyak responden yang tidak melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS
karena responden merasa terlalu lama dengan metode MTBS, tetapi ada responden kadang melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS karena responden merasa hal tersebut biasa dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan diatas tidak sesuai dengan tujuan dari pelayanan kesehatan anak balita dimana lima tahun pertama masa kehidupan, pertumbuhan mental dan
intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan dimana terbentuk dasar-dasar kemempuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual. Upaya deteksi dini pada anak balita sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat Kemenkes 2010.
6. Pelayanan KB
Pada pelayanan KB berkualitas terdapat 1 kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan yang terdapat di pelayanan KB berkualitas yaitu, terdapat 12 31,6
responden yang menyatakan selalu melakukan konseling terhadap ibu hamil mengenai KB pasca salin, banyak responden yang tidak melakukan konseling
terhadap ibu hamil mengenai KB pasca salin karena tidak ada permintaan dari pasien, tetapi ada responden kadang melakukan konseling terhadap ibu hamil mengenai KB
pasca salin karena adanya permintaan langsung dari pasien. Secara statistik terdapat hubungan antara beban kerja dengan kinerja petugas
KIA , dimana dari hasil uji chi square diperoleh nilai yang signifikan yaitu 0,044, yang menunjukkan bahwa kinerja petugas KIA di puskesmas akan semakin tidak baik
apabila beban kerjanya juga semakin tinggi, sebaliknya kinerja petugas KIA di puskesmas akan semakin baik apabila beban kerjanya juga semakin rendah. Dengan
demikian peningkatan kinerja petugas KIA di puskesmas dapat dilakukan dengan memberikan beban kerja yang sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan petugas
yang ditunjuk. Berdasarkan uji Regresi, terdapat pengaruh antara beban kerja
Universitas Sumatera Utara
terhadap kinerja petugas KIA, hal ini dilihat dari nilai yang diperoleh yaitu p = 0,027 0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi 2013, tentang pengaruh karakteristik individu psikologi dan beban kerja terhadap
kinerja petugas KIA dalam melaksanakan program di Puskesmas Se Kota Pematangsiantar bahwa terdapat hubungan antara yang signifikan dari semua variabel
yaitu variabel karakteristik individu, psikologi dan beban kerja terhadap kinerja petugas KIA dalam melaksanakan pelayanan antenatal di Puskesmas se Kota
Pematangsiantar. Dan sejalan juga dengan penelitian Tambun 2005, tentang hubungan beban kerja dengan kinerja koordinator SP2TP puskesmas di kota medan
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang benar-benar bermakna antara variabel beban kerja dengan variabel kinerja koordinator SP2TP puskesmas.
Beban kerja adalah konsep penggunaan energi pokok dan energi cadanan yang tersedia, suatu tugas dipandang berat apabila energi pokok telah habis terpakai
dan masih harus menggunakan energi cadangan untuk menyelesaikan tugas lain. Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang semakin berat beban
kerja yang disandangnya dan semakin tidak optimal hasil yang didapatkannya Gibson 1995.
Peran kepala puskesmas dalam peningkatan kinerja petugas KIA merupakan peran penting, karena kepala pukesmas merupakan penanggung jawab program
puskesmas. Kepala puskesmas perlu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas KIA. Kepala puskesmas dapat memberikan pengarahan melalui pelatihan
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mendorong terwujudnya kinerja yang lebih baik karena meningkatnya keterampilan dan pengalaman melaksanakan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
68
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN