Pemeriksaan Sedimen Urin PENELAAHAN PUSTAKA

penampakan warna urin, sedangkan pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat dilakukan dengan metode dipstik, yang dapat memberikan informasi mengenai BJ, pH, glukosa, protein, keton, urobilinogen, bilirubin, darah, nitrit, dan leukosit esterase. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan untuk mengamati sel atau partikel yang mungkin ada didalam urin Sacher and McPherson, 2004.

E. Pemeriksaan Sedimen Urin

Pemeriksaan sedimen urin sering disebut dengan pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak larut dalam urin seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, bakteri, jamur, kristal dan lain-lain. Komponen-komponen tersebut dalam jumlah tertentu tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti, tetapi jika komponen tersebut terjadi peningkatan jumlah secara signifikan maka dapat menunjukkan adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit Strasinger and Lorenzo, 2008. Pemeriksaan sedimen biasanya dilakukan dengan mengambil sampai 1 mL spesimen urin, kemudian disentrifugasi selama 10 menit, bagian supernatan dibuang, baru setelah itu diambil 1 tetes pada bagian lapisan bawah dan diamati dibawah mikroskop, pada beberapa pemeriksaan juga ditambahkan pewarna untuk meningkatkan kejelasan pengamatan. Hasil yang didapatkan dilaporkan dalam satuan semikuantitatif sewaktu objek diamati yaitu jumlah rata-rata per Lapang Pandang Kecil LPK atau per Lapang Pandang Besar LPB Sacher and McPherson, 2004. Selain itu bisa pula dilaporkan dalam bentuk 1+, 2+, 3+, 4+, 5+, dimana 1+ jarang atau sangat sedikit, 2+ hanya sedikit, 3+ sedang, 4+ banyak, 5+ sangat banyak. Bentuk atau format pelaporan ini untuk setiap laboratorium berbeda, tergantung acuan yang digunakan oleh masing-masing laboratorium Strasinger and Lorenzo, 2008. Unsur sedimen tersebut biasanya dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang anorganik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal Wirawan, dkk., 2011. 1. Leukosit Leukosit didalam sedimen urin mungkin ditemukan dalam urin Leukosit gelap maupun leukosit pucat dalam jumlah kurang dari 5 sel per LPB. Ditemukannya leukosit lebih dari 5 sel per LPB pada urin disebut piuria Gambar 2. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus Tierney, McPhee, and Papadakis, 2002. Gambar 2. Leukosit Strasinger and Lorenzo, 2008 2. Eritrosit Pada urin normal eritrosit bisa ditemukan 0 — 3 sel per LPB. Adanya eritrosit lebih dari 5 sel per LPB dalam urin disebut hematuria gambar 3. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik Tierney, dkk., 2002. Gambar 3. Eritrosit Anonim, 2007 3. Silinder Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein protein Tamm Horsfall dan kadang- kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Beberapa tipe silinder yang biasa ditemukan pada urin yaitu hyalin, granula, eritrosit, dan leukosit gambar 4. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Pada kondisi normal tidak ditemukan adanya silinder pada urin Tierney, dkk., 2002. Gambar 4. Silinder. a Hyalin; b granula; c eritrosit; d leukosit Anonim, 2007 4. Kristal Ditemukannya kristal pada sampel urin tidak berhubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan dalam jumlah kecil tidak mempunyai arti, karena adanya kristal-kristal tersebut dapat dipengaruhi oleh hasil metabolisme yang normal, tergantung dari jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi, selain itu juga dipengaruhi oleh kepekatan urin atau berasal dari obat-obatan gambar 5 Wirawan, dkk., 2011. a b d c Gambar 5. Kristal. a Kalsium oksalat; b triple fosfat; c asam urat Anonim, 2007 5. Epitel Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin gambar. 6. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindrom nefrotik didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan IIIIV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi Wirawan, dkk., 2011. Gambar 6. Sel epitel Anonim, 2007 a b c 6. Bakteri Pada sampel urin normal seharusnya tidak ditemukan adanya bakteri dan dipastikan bahwa spesimen tersebut dalam kondisi tidak tercemari oleh kontaminan dari luar. Pada urin dapat ditemukan bakteri biasanya dalam bentuk batang atau bulat gambar 6. Adanya bakteri bisa menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, dan biasanya ditemukan pula leukosit dalam jumlah banyak. Pada urin bisa ditemukan bakteri yang berasal dari vagina uretra genitalia, atau dari adanya kontaminan yang terdapat pada pot penampung urin Strasinger and Lorenzo, 2008. Gambar 7. Bakteri Anonim, 2007 7. Jamur Jarang ditemukan pada spesimen urin dan pada urin normal tidak ditemukan. Ditemukannya jamur pada urin biasanya diikuti pula ditemukannya leukosit pada urin dalam jumlah banyak gambar 8. Jamur yang biasa ditemukan pada urin yaitu jenis Candida albicans dan sering dijumpai pada penderita diabetes, wanita dengan moniliasis vagina, dan penderita immunocompromised Strasinger and Lorenzo, 2008. Gambar 8. Jamur Anonim, 2007

F. Edukasi