Teknik Penentuan Sampel Teknik Pengumpulan Data Pembahasan

60 b.Variabel Bebas Independent Variabel X yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu : 1.. Tingkat Suku Bunga Tabungan X1 Adalah tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat penyimpan dana yang dimilikinya, besarnya tingkat suku bunga didapat dari rata – rata bunga nominal dari suku bunga yang telah ditentukan pada periode tertentu dalam persen . 2. Tingkat Inflasi X2 Adalah kecenderunga harga – harga umum untuk meningkat dibanding periode sebelumnya dan penigkatan harga – harga tersebut berlangsung terus menerus . Dalam hal ini inflasi dinyatakan dalam presentasi dalam persen 3. Jumlah Kantor Bank X3 Adalah banyaknya jumlah kantor bank yang ada di Surabaya yang menerima simpanan berupa tabungan per tahun mulai periode pengamatan tahun 1995 sampai tahun 2008 yang di nyatakan dalam satuan unit .

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah quota sampling yaitu penelitian dibatasi pada data selama 14 tahun jumlah tabungan masyarakat, jumlah simpanan deposito berjangka, tingkat suku bunga tabungan, tingkat Inflasi, jumlah kantor bank periode tahun 1995-2008. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 61

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a. Jenis data berupa data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari instansi-instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini. b. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS. c. Pengumpulan data dilakukan dengan : 1.Studi keperpustakaan, yaitu data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang sesuai dengan penulisan skripsi ini. 2.Tehnik dokumentasi, yaitu tehnik dengan mengadakan pencatatan data berupa laporan-laporan baik dari berbagai macam buku atau terbitan data dari instansi terkait yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Persamaan Regresi Linier Berganda

Sesuai dengan tujuan dari usulan penelitian ini, maka digunakan suatu model yaitu model regresi linier berganda. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dengan model : Y 1 = β + = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + e Y 2 = β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + e…………………… Sulaiman, 2004 : 80 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 62 Dimana : Y 1 = Tabungan masyarakat Y 2 = Simpanan Deposito berjangka X 1 = tingkat suku bunga X 2 = tingkat Inflasi X 3 = Jumlah kantor bank β = Konstanta β 1, β 2, β 3 = Koefisien regresi e = Variabel pengganggu

3.4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang akan dilakukan adalah secara simultan maupun secara parsial, yang masing-masing uji dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 terhadap Y 1 dan Y 2 baik secara simultan maupun secara parsial. a. Uji Simultan Uji F Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus : F hitung = KT Regresi Soelistyo, 2001:325 KT Galat Dimana : KT = Kuadrat Tengah KT Galat = Error = Residual Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 63 Dengan derajat kebebasan sebesar k, n – k – 1 Dimana : n = jumlah sample k = jumlah parameter regresi Untuk mengetahui pengaruh simultan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan Uji F yang mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. H : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 tidak ada pengaruh 2. H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ 0 ada pengaruh Kaidah keputusannya : 1 F hitung F tabel , maka H ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. 2 F hitung F tabel , maka H diterima dan H 1 ditolak, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat. Gambar 6. Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Simultan Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 64 b. Uji Parsial Uji t Uji t dipergunakan untuk menguji hubungan antara pengaruh dari masing-masing variabel bebas dan secara parsial atau individu atau secara terpisah terhadap variabel terikat, dengan dirumuskan : t hitung = β i Gujarati, 2002:74 Se β i Dengan derajat kebebasan sebesar n-k-l Dimana : β i = Variabel bebas ke i Se = Standart Error n = Jumlah sampel k = Jumlah parameter regresi Untuk mengetahui pengaruh parsial antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan Uji t yang mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Ho : β i = 0 tidak ada pengaruh 2. Hi : β i ≠ 0 ada pengaruh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 65 Kaidah keputusannya : 1 t hitung t tabel , maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya secara parsial variabel bebas ada pengaruh dengan variabel terikat. 2 t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Gambar 7. Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara parsial Sumber : Widarjono, Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonosia FE UII, Yogyakarta.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji F dan uji t yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 66 Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak biasa BLUE Best Linier Unbiased Estimator sifat dari Best Linier Unbiased Estimator BLUE itu sendiri adalah : a. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam penaksiran signifikan data terhadap α dan β . b. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penafsiran. c. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. d. Estimasi : e kesalahan diharapkan sekecil mungkin. Untuk melakukan suatu regresi linier perlu memperhatikan beberapa hal antara lain tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi heterokedastisitas dan tidak terjadi multikolinieritas a. Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu jika datanya time series atau korelasi antara tempat yang berderetan kalau datanya cross sectional. Sudrajat, 1998:213 Asumsi pertama dalam regresi linier adalah ada atau tidaknya autokerelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson, untuk mengetahui Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 67 ada tidaknya gejala autokerelasi maka perlu dilihat tabel kriteria pengujian Durbin Watson Uji D-W. Gambar 8. Kurva Durbin-Watson Daerah Daerah Daerah Daerah Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho 0 d L d U 4-d U 4-d L 4 Sumber : Gujarati, 2002, Ekonometrika Dasar, Cetakan Pertama, PT. Gelora Aksar Pratama, Bandung. Adanya autokorelasi didasarkan atas : 1. Daerah A : Durbin Watson dL, tolak Ho autokorelasi positif. 2. Daerah B : dL Durbin Watson dU, ragu-ragu. 3. Daerah C : dU Durbin Watson dU, terima Ho, non autokorelasi. 4. Daerah D : 4 – dU Durbin Watson 4 – dU, ragu-ragu. 5. Daerah E : Durbin Watson 4 – dL, tolak Ho autokorelasi negatif. Gujarati, 2002:217 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 68 Pendekteksian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan besaran Durbin Watson. Panduan mengenai angka D – W Durbin Watson untuk mendeteksi autokorelasi adalah 1. Angka D – W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D – W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D – W diatas +2, berarti ada korelasi negatif. Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson Durbin Watson Kesimpulan Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi 1,08 – 1,66 Tanpa kesimpulan 1,66 – 2,34 Tidak ada autokorelasi 2,34 – 2,92 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi Sumber : Algifari, 2000, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, BPFE UGM, Yogyakarta. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah gejala dimana varians tidak sama atau tidak homogen. Hal ini bisa diketahui berdasarkan pengujian korelasi Rank Spearman. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 69 Koefisien Rank Spearman : Is = 1 – 6 = Gujarati, 1999:188 Keterangan : d = selisih dalam waktu antara residual dengan variabel bebas ke i N = jumlah pengamatan c. Multikolinieritas Multikolinieritas adalah hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variabel eksplanatori dalam model regresi yang dikemukakan untuk mengetahui adanya multikolinieritas dapat dilihat dengan kolineriti sering ditandai dengan ciri-ciri : 1. Kolineriti sering ditandai dengan nilai R2 yang tinggi. 2. Koefisien korelasi sederhana tinggi. 3. Nilai F hitung tinggi signifikan. Sudrajat, 1998:167 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis Surabaya Secara geografis Kotamadya DaerahTingkat II Surabaya terletak antara 7° 21’ Lintang selatan dan 112° 36’ Lintang Selatan sampai dengan 112° 54’ Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut, kecuali di sebelah selatan yang mencapai daerah Llidah dan Gayungan Adapun batas – batas wilayah kota Surabaya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Selat Madura b. Sebelah Timur : Selat Madura c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik Luas wilayah seluruhnya kurang lebih 326,36 KM² yang terbagi dalam 5 wilayah pembantu Walikotamadya,28 wilayah kecamatan dan 163 DesaKelurahaan, secara administrative 5 wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya yaitu: a. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya pusat meliputi kecamatan Tegalsari, kecamatan Bubutan, kecamatan Genteng, kecamatan Siwalankerto. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya utara meliputi kecamatan Semampir, kecamatan Krembangan, kecamatan Kenjeran, kecamatan Pabean Cantikan. c. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya timur meliputi kecamatan Rungkut, kecamatan Tambak Sari, kecamatan Mulyorejo, kecamatan Gunung Anyar, kecamatan Tenggilis Mejoyo. d. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya selatan meliputi kecamatan Gayungan,kecamatan Jambangan,kecamatan Wonocolo, kecamatan Wonokromo, kecamatan Sawahan,kecamatan Dukuh Pakis, kecamatanWiyung,dan kecamatan Karang Pilang e. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya Barat meliputi kecamatan Tandes, kecamatan Suko Manunggal, kecamatan Asem Rowo , kecamatan Benowo, kecamatan Lakarsantri.

4.1.2. Kependudukan Kota Surabaya merupakan kota dengan tingkat kepadatan penduduk

yang cukup tinggi setelah DKI Jakarta yang merupakan ibukota Negara Indonesia dimana jumlah penduduk kota Surabaya pada tahun 2008 mencapai 2.709.936 jiwa, yang terdiri dari 1.342.689 laki – laki dan 1.367.247 perempuan. Tingkat kepadatan penduduk yang terjadi di kota Surabaya di sebabkan dengan adanya beberapa factor, yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Faktor Geografis dan letak stategis Surabaya merupakan gerbang utama bagi kawasan Indonesia bagian Timur, memiliki posisi penting dan fasilitas yng menunjang bagi kegiatan perekonomian seperti perdagangan industri, perhubungan, dan perbankan. b. Faktor Industri Pertumbuhan dan perkembangan baik industri besar, sedang, kecil, maupun industri kerajinan tangan merupakan daya tarik tersendiri bagi arus penyebaran urbanisasi. Hal ini dapat diketahui bahwa wilayah kecamatan yang banyak memiliki industri, tingkat kepadatan penduduk lebih besar di bandingkan dengan wilayah yang jarang industrinya. Dengan besarnya jumlah penduduk akan mempengaruhi terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia di masyarakat, yang perlu di tampung pada berbagai sector ekonomi

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat, Tingkat Suku Bunga Deposito, Tingkat Inflasi dan Jumlah Kantor Bank. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.1. Perkembangan Tabungan Masyarakat dan Simpanan Deposito

Berjangka Perkembangan Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka, di surabaya dari tahun ke tahun mengalami kenaiakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1995 sampai 2008, Tabungan Masyarakat terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp.25.969.611 juta dan Tabungan Masyarakat yang terendah yaitu pada tahun 1995 sebesar Rp. 3.007.471 juta, Perkembangan Tabungan Masyarakat terbesar terjadi pada tahun 1999 sebesar 115,89 dan terendah sebesar -24,51 terjadi pada tahun 2001, Simpanan Deposito Berjangka terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp.53.431.542 juta dan Simpanan Deposito Berjangka yang terendah yaitu pada tahun 1995 sebesar Rp.6.993.791 juta. Perkembangan Simpanan Deposito Berjangka terbesar terjadi pada tahun 1998 sebesar 147,39 dan terendah sebesar -13,56 terjadi pada tahun 2001. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel.2. Perkembangan Tabungan Masyarakat dan Simpanan Deposito Berjangka 1995-2008 Tahun Tabungan Masyarakat juta Rp Perkembangan Simpanan Deposito Berjangka juta Rp Perkembangan 1995 3.007.471 - 6.993.791 - 1996 3.991.665 32,72 9.044.494 29,32 1997 4.473.164 12,06 9.802.224 8,37 1998 3.791.608 - 15,23 24.249.728 147,39 1999 8.186.064 115,89 22.113.937 - 8,80 2000 12.965.064 58,37 33.264.975 50,42 2001 9.787.257 - 24,51 28.752.374 - 13,56 2002 15.330.505 56,63 29.799.897 3,64 2003 19.047.008 24,24 28.781.069 - 3,41 2004 18.015.699 - 5,41 28.065.099 - 2,48 2005 15.917.543 - 11,64 42.398.598 51,07 2006 18.920.362 18,86 43.088.490 1,62 2007 24.222.527 28,02 43.787.025 1,62 2008 25.969.611 7,21 53.431.542 22,02 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat selama 14 tahun 1995-2008 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat adalah pada tahun 1998 sebesar 11,98 memotivasi masyarakat agar banyak menabung juga menjaga kepercayaan bank akibat krisis ekonomi yang melanda dan perkembangan terendah adalah pada tahun 1999 sebesar - 25,55 . Karena pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM. Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat tertinggi terjadi pada tahun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1997 sebesar 38,16 dan Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat terendah pada tahun 2008 sebesar 3,33 . Tabel.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat Tahun 1995-2008 Tahun Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat Perkembangan 1995 14,87 1996 15,62 0,75 1997 26,18 10,56 1998 38,16 11,98 1999 12,61 -25,55 2000 8,86 -3,75 2001 9,19 0,33 2002 8,96 -0,23 2003 5,14 -3,82 2004 4,37 -0,77 2005 4,32 -0,05 2006 3,85 -0,47 2007 3,48 -0,37 2008 3,33 -0,15 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1995 sampai 2008, Perkembangan terbesar Tingkat Suku Bunga Deposito pada tahun 1998 sebesar 7,58 dan terendah sebesar -9,56 terjadi pada tahun 2000, Tingkat Suku Bunga Deposito terbesar pada tahun 1998 sebesar 24,68 . dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tingkat Suku Bunga Deposito yang terendah yaitu pada tahun 2004 sebesar 7,10 . Tabel.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito Tahun 1995-2008 Tahun Tingkat Suku Bunga Deposito Perkembangan 1995 17,19 - 1996 17,62 0,43 1997 17,10 - 0,52 1998 24,68 7,58 1999 22,02 - 2,66 2000 12,46 - 9,56 2001 14,73 2,27 2002 13,91 - 0,82 2003 9,88 - 4,03 2004 7,10 - 2,78 2005 7,76 0,66 2006 7,80 0,04 2007 7,90 0,10 2008 10,05 2,15 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.4. Perkembangan Inflasi

Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Tingkat Inflasi setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu besarnya. Perkembangan Tingkat Inflasi, yang tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 86,10 ini dikarenakan adanya krisis yang melanda bangsa Indonesia dan pada umumnya kenaikan tingkat inflasi terjadi dari kenaikan harga barang – barang yang tidak dikendalikan Pemerintah dan adanya kenaikan harga BBM. tetapi pada tahun 1999 terjadi perkembangan terendah sebesar - 94,97 . Hal ini bisa dilihat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dari nilai Tingkat Inflasi di tahun 1998 sebesar 95,21 menjadi 0,24 atau turun sebesar - 94,97 . Tabel.5. Perkembangan Inflasi Tahun 1995-2008 Tahun Inflasi Perkembangan 1995 8,69 - 1996 6,68 - 2,01 1997 9,11 2,43 1998 95,21 86,10 1999 0,24 - 94,97 2000 10,49 10,25 2001 14,13 3,64 2002 9,15 - 4,98 2003 4,79 - 4,36 2004 6,06 1,27 2005 14,12 8,06 2006 6,71 - 7,41 2007 6,27 - 0,44 2008 1,38 - 4,89 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.2.5. Perkembangan Jumlah Kantor Bank

Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Jumlah Kantor Bank setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1995 sampai 2008, Perkembangan terbesar Jumlah Kantor Bank pada tahun 2002 sebesar 40,21 dan terendah sebesar -24,19 terjadi pada tahun 1999 akibat dari dampak kisis ekonomi yang melanda Indonesia, Jumlah Kantor Bank terbanyak pada tahun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2008 sebesar 910 unit. dan Jumlah Kantor Bank yang paling sedikit yaitu pada tahun 1995 sebesar 435 unit. Tabel.6. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Tahun 1995-2008 Tahun Jumlah Kantor Bank unit Perkembangan 1995 435 - 1996 455 4,59 1997 534 17,36 1998 587 9,92 1999 445 - 24,19 2000 456 2,47 2001 465 1,97 2002 652 40,21 2003 603 - 7,51 2004 614 1,82 2005 722 17,58 2006 770 6,64 2007 797 3,50 2008 910 14,17 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE Best Linier Unbiased Estimator.

Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1999:201. Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan du dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat. Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Jika d lebih kecil daripada d L atau lebih besar daripada 4-d L , maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi. 2. Jika d teletak antara d U dan 4-d U , maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi. 3. Jika nilai d terletak antara d L dan d U atau antara 4-d L dan 4-d U maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 3 k=3 dan banyaknya data adalah n=14 sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar d L = 0,767 dan d U = 1,779. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 9. Kurva Statistik Durbin Watson Daerah Daerah Daerah Daerah Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho 0 d L = 0,767 d U = 1,779 4-d U = 2,221 4-d L = 3,233 d Sumber : pada output Model Summary Berdasarkan hasil analisis kesembilan sector, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebagai berikur : Tabel 7. Tes Autokorelasi Variabel Nilai DW Test Ketentuan Daerah Keterangan Tabungan Masyarakat 1,476 0 – 0,767 ada auto korelasi 0,767 – 1,779 daerah ketidak pastian 1,779 – 2,221 tidak ada autokorelasi 2,221 – 3,233 daerah ketidak pastian 3,233 - 4 ada autokorelasi Daerah ketidakpastian Simpanan Deposito Berjangka 0,772 Daerah ketidakpastian Sumber : pada output Model Summary

2. Multikolinier

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menghitung Variance Inflation Factor VIF. VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8 : Tes Multikolinier Variabel YX VIF X1 VIF X2 VIF X3 Ketentuan Keterangan Tabungan Masyarakat 3,791 3,104 1,550 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier Simpanan Deposito Berjangka 2,771 1,703 1,965 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier Sumber pada output Coefficients Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel dalam variabel Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka, di mana nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinier.

3. Heterokedastisitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas X. Hal ini bisa diidentifikasikan dengan menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada tabel dibawah ini : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 9. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Variabel YX Sig 2- tailed X1 Sig 2- tailed X2 Sig 2- tailed X3 Ketentuan Keterangan Tabungan Masyarakat 0,637 0,175 0,805 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Simpanan Deposito Berjangka 0,829 0,748 0,692 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber pada output NonParametrik Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien korelasi rank spearman untuk variabel terikat Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka, keseluruhan residualnya lebih besar dari 0,05 tidak signifikan sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan tersebut tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik .

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS Statistical Program for Social Science maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y 1 = 955383,6 - 507975 X 1.1 + 52126,057 X 2 + 28528,814 X 3 Y 2 = 2194113 - 765826 X 1..2 + 60296,577 X 2 + 60020,931 X 3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Konstanta β : Y 1 = 955383,6, Y 2 = 2194113 Menunjukkan, Jika Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1.1 , Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , dan Tingkat Inflasi X 2 , Jumlah Kantor Bank X 3 konstan, maka Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka, Y akan mengalami peningkatan sebesar Rp.955.383,6 Y 1 , dan Y 2 mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.194.113. b. Koefisien regresi X 1.1 β 1 : Y 1 = -507975 Menunjukkan apabila Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat bertambah 1 persen maka Tabungan Masyarakat akan turun sebesar Rp. 507.975 Y 1 , dengan asumsi X 2 , dan X 3 konstan. c. Koefisien regresi X 1.2 β 1 : Y 2 = -765826 Menunjukkan apabila Tingkat Suku Bunga Simpanan Deposito Berjangka bertambah 1 persen maka Simpanan Deposito Berjangka akan turun sebesar Rp. 765.826 Y 2 , dengan asumsi X 2 , dan X 3 konstan. d. Koefisien regresi X 2 β 2 : Y 1 = 52126,057, Y 2 = 60296,577 Menunjukkan apabila Tingkat Inflasi bertambah 1 persen maka Tabungan Masyarakat akan naik sebesar Rp.52.126,057 Y 1 , dan Simpanan Deposito Berjangka akan naik sebesar Rp.60.296,577 Y 2 , dengan asumsi X 1 , dan X 3 konstan. e. Koefisien regresi X 3 β 3 : Y 1 = 28528,814, Y 2 = 60020,931 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menunjukkan apabila Jumlah Kantor Bank naik 1 unit maka Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka akan naik sebesar Rp. 28.528,814 Y 1 , Rp.60.020,931 Y 2 dengan X 1 , dan X 2 konstan.

4.3.1.1. Uji Hipotesis Secara Simultan Tabungan Masyarakat

Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan program SPSS Statistic Program For Social Science versi 13.0. Untuk mengetahui hasil analisis secara simultan antara variabel bebas terhadap Tabungan Masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka, sebagai variabel terikat digunakan uji F dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 10: Analisis Varian ANOVA Sumber Varian Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah F hitung F tabel Regresi 7E+014 3 2,363E+014 34,903 3,71 Sisa 7E+013 10 6,771E+012 Total 8E+014 13 Sumber: Lampiran 2 dan 8 1. Untuk menguji pengaruh secara simultan serempak digunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Ho : β 1 = β 2 = β 3 = 0 Secara keseluruhan variabel bebas tidak ada pengaruh terhadap variabel terikat. Hi : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Secara keseluruhan variabel bebas ada pengaruh terhadap variabel terikat. b. α = 0,05 dengan df pembilang = 3 df penyebut = 10 c. F tabel α = 0,05 = 3,71 d. F hitung = Rata - rata kuadrat regresi Rata - rata kuadrat sisa 2,363E+014 = --------------------------- = 34,903 6,771E+012 e. Daerah pengujian Gambar 10. Distribusi Kriteria PenerimaanPenolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan Ho diterima apabila F hitung ≤ 3,71 Ho ditolak apabila F hitung 3,71 34,903 3,71 Daerah Penerimaan H Daerah Penolakan H tabel Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. f . Kesimpulan Oleh karena F hitung = 34,903 F tabel = 3,71 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1.1 , Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 . Uji Hipotesis Secara Parsial Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1.1 , Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 . Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam analisis sebagai berikut : Tabel 11 : Hasil Analisis Variabel Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1.1 , , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 . Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel r 2 Parsial Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X1.1 -507975 -3,624 2,228 0,567 Tingkat Inflasi X 2 52126,057 0,975 2,228 0,087 Jumlah Kantor Bank X 3 28528,814 4,801 2,228 0,697 Variabel terikat : Tabungan Masyarakat Konstanta : 955383,6 Koefisien Korelasi R : 0,955 R 2 : 0,913 Sumber: Lampiran 3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji t dengan ketentuan sebagai berikut : a Pengaruh secara parsial antara Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 Langkah-langkah pengujian : i. Ho : β 1 = 0 tidak ada pengaruh Hi : β 1 ≠ 0 ada pengaruh ii. α = 0,05 dengan df = 10 iii. t hitung = β Se β 1 1 = -3,624 iv. level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 v. pengujian Gambar 11 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 Sumber : lampiran 3 Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar -3,624 t-tabel sebesar -2,228 Ho ditolak dan Ha diterima, pada level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1 berpengaruh 2,228 -2,228 Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho -3,624 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. secara nyata dan negatif terhadap Tabungan Masyarakat Y. Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1 sebesar 0,005 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai r 2 parsial untuk variabel Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat sebesar 0,567 yang artinya bahwa Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1 secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Tabungan Masyarakat Y sebesar 56,7 , sedangkan sisanya 43,3 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. b Pengaruh secara parsial antara Tingkat Inflasi X 2 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 Langkah-langkah pengujian : i. Ho : β 2 = 0 tidak ada pengaruh Hi : β 2 ≠ 0 ada pengaruh ii. α = 0,05 dengan df = 10 iii. t hitung = β Se β 2 2 = 0,975 iv. level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 v. pengujian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 12 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Inflasi X 2 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 0,975 t tabel sebesar 2,228 maka Ho diterima dan Ha di tolak, pada level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Tingkat Inflasi X 2 tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Tabungan Masyarakat Y.hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Inflasi X 2 sebesar 0,353 yang lebih besar dari 0,05. Nilai r 2 parsial untuk variabel Tingkat Inflasi sebesar 0,087 yang artinya bahwa Tingkat Inflasi X 2 secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Tabungan Masyarakat Y sebesar 8,7 , sedangkan sisanya 91,3 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. c Pengaruh secara parsial antara Jumlah Kantor Bank X 3 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 Langkah-langkah pengujian : i. Ho : β 3 = 0 tidak ada pengaruh Hi : β 3 ≠ 0 ada pengaruh Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho -2,288 2,228 0,975 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ii. α = 0,05 dengan df = 10 iii. t hitung = β Se β 3 3 = 4,801 iv. level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 v. pengujian Gambar 13 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Jumlah Kantor Bank X 3 terhadap Tabungan Masyarakat Y 1 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 4,801 t tabel sebesar 2,228 maka Ho ditolak dan Ha diterima, pada level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Jumlah Kantor Bank X 3 berpengaruh secara nyata positif terhadap Tabungan Masyarakat Y.hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Jumlah Kantor Bank X 3 sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai r 2 parsial untuk variabel Jumlah Kantor Bank sebesar 0,697 yang artinya Jumlah Kantor Bank X 3 secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Tabungan Masyarakat Y sebesar 69,7 , sedangkan sisanya 30,3 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. 2,228 4,801 - 2,228 Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap Tabungan Masyarakat : Tingkat Suku Bunga Tabungan Masyarakat X 1 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam perhitungan ditunjukkan oleh variabel Jumlah Kantor Bank dengan koefisien determinasi parsial r 2 sebesar 0,697 atau sebesar 69,7 . 4.3.1.2.Uji Hipotesis Secara Simultan Simpanan Deposito Berjangka Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji F dengan langkah – langkah sebagai berikut : Tabel 12: Analisis Varian ANOVA Sumber Varian Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah F hitung F table Regresi 2E+015 3 6,186E+014 9,123 3,71 Sisa 1E+014 10 6,781E+013 Total 3E+015 13 Sumber: Lampiran 5 dan 8 1. Untuk menguji pengaruh secara simultan serempak digunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut: e. Ho : β 1 = β 2 = β 3 = 0 Secara keseluruhan variabel bebas tidak ada pengaruh terhadap variabel terikat. Hi : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Secara keseluruhan variabel bebas ada pengaruh terhadap variabel terikat. f. α = 0,05 dengan df pembilang = 3 df penyebut = 10 g. F tabel α = 0,05 = 3,71 h. F hitung = Rata - rata kuadrat regresi Rata - rata kuadrat sisa 6,186E+014 = --------------------------- = 9,123 6,781E+013 e. Daerah pengujian Gambar 14. Distribusi Kriteria PenerimaanPenolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan Ho diterima apabila F hitung ≤ 3,71 Ho ditolak apabila F hitung 3,71 9,123 3,71 Daerah Penerimaan H Daerah Penolakan H tabel Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. f . Kesimpulan Oleh karena F hitung = 9,123 F tabel = 3,71 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu, Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 , berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 . Uji Hipotesis Secara Parsial Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 ,. Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam analisis sebagai berikut : T abel 13 : Hasil Analisis Variabel Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 , terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 . Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel r 2 Parsial Tingkat Suku Bunga Deposito X1.2 -765826 -1,127 2,228 0,112 Tingkat Inflasi X2 60296,577 0,481 2,228 0,022 Jumlah Kantor Bank X3 60020,931 2,835 2,228 0,444 Variabel terikat : Simpanan Deposito Berjangka Konstanta : 2194113 Koefisien Korelasi R : 0,856 R 2 : 0,732 Sumber: Lampiran 6 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji t dengan ketentuan sebagai berikut : d Pengaruh secara parsial antara Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 Langkah-langkah pengujian : vi. Ho : β 1 = 0 tidak ada pengaruh Hi : β 1 ≠ 0 ada pengaruh vii. α = 0,05 dengan df = 10 viii. t hitung = β Se β 2 2 = -1,127 ix. level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 x. pengujian Gambar 15 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y2 Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar -1,127 t tabel sebesar 2,228 maka Ho diterima dan Ha di tolak, pada level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 tidak Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho -2,288 2,228 - 1,127 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berpengaruh secara nyata negatif terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 .hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 sebesar 0,286 yang lebih besar dari 0,05. Nilai r 2 parsial untuk variabel Tingkat Suku Bunga Deposito sebesar 0,112 yang artinya bahwa Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Simpanan Deposito Berjangka Y 2 sebesar 11,2 , sedangkan sisanya 88,8 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. e Pengaruh secara parsial antara Tingkat Inflasi X 2 terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 Langkah-langkah pengujian : vi. Ho : β 2 = 0 tidak ada pengaruh Hi : β 2 ≠ 0 ada pengaruh vii. α = 0,05 dengan df = 10 viii. t hitung = β Se β 3 3 = 0,481 ix. level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 x. pengujian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 16 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tingkat Inflasi X 2 terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 0,481 t tabel sebesar 2,228 maka Ho diterima dan Ha ditolak, pada level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Tingkat Inflasi X 2 tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y.hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Inflasi X 2 sebesar 0,641 yang lebih besar dari 0,05. Nilai r 2 parsial untuk variabel Tingkat Inflasi sebesar 0,022 yang artinya Tingkat Inflasi X 3 secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Simpanan Deposito Berjangka Y 2 sebesar 2,2 , sedangkan sisanya 97,8 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. 2,228 0,481 - 2,228 Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. f Pengaruh secara parsial antara Jumlah Kantor Bank X 3 terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 Langkah-langkah pengujian : xi. Ho : β 3 = 0 tidak ada pengaruh xii. Hi : β 3 ≠ 0 ada pengaruh xiii. α = 0,05 dengan df = 10 xiv.t hitung = β Se β 4 4 = 2,835 xv. level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 xvi.pengujian Gambar 17 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Jumlah Kantor Bank X 3 terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 2,835 t tabel sebesar 2,228 maka Ho ditolak dan Ha diterima, pada level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Jumlah Kantor Bank X 3 berpengaruh secara nyata positif terhadap Simpanan Deposito Berjangka Y 2 .hal ini didukung juga dengan 2,228 2,835 - 2,228 Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. nilai signifikansi dari Jumlah Kantor Bank X 3 sebesar 0,018 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai r 2 parsial untuk variabel Jumlah Kantor Bank sebesar 0,444 yang artinya Jumlah Kantor Bank X 3 secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Simpanan Deposito Berjangka Y 2 sebesar 44,4 , sedangkan sisanya 55,6 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap Simpanan Deposito Berjangka : Tingkat Suku Bunga Deposito X 1.2 , Tingkat Inflasi X 2 , dan Jumlah Kantor Bank X 3 dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam perhitungan ditunjukkan oleh variabel Jumlah Kantor Bank dengan koefisien determinasi parsial r 2 sebesar 0,444 atau sebesar 44,4 .

4.4. Pembahasan

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Tabungan masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka maka dapat diketahui bahwa Variabel Jumlah Kantor Bank merupakan Variabel yang paling dominan terhadap Tabungan masyarakat, dan Simpanan Deposito Berjangka hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah kantor bank sangat memudahkan nasabahnya dalam berurusan dengan bank, dan semakin meningkatnya kesempatan bagi masyarakat untuk menyimpan uang di bank. Sehingga secara tidak langsung dana yang dihimpun oleh bank akan semakin meningkat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Tingkat Inflasi tidak berpengaruh nyata tidak signifikan terhadap Tabungan Masyarakat dan Simpanan Deposito Berjangka. Hal ini disebabkan karena apabila tingkat inflasi turun maka harga – harga barang dan jasa juga akan turun tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi permintaan masyarakat akan barang dan jasa meningkat dikarenakan masih banyaknya kebutuhan yang lain yang lebih penting atau lebih di dahulukan atau banyak masyarakat yang memilih berinvestasi yang lain dan tidak selalu menabung di bank sehingga tidak mempengaruhi tabungan di masyarakat. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh secara nyata tidak signifikan terhadap Simpanan Deposito Berjangka. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih mengerti investasi apa yang lebih bagus dan tidak selalu melakukan satu investasi saja yakni menabung di bank tetapi sekarang banyak pilihan untuk berinvestasi seperti melakukan investasi di bursa saham dimana pada tahun penelitian ini bursa sangat bagus dan mengalami bull market dan melakukan investasi dengan membeli perhiasan atau emas ini juga merupakan alternative lain untuk berinvestasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan