Faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Tanah

“Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 21 laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan response terhadap hujan Arsyad, 2000. Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan serta erosi. Dua unsur topografi yang berperan adalah panjang lereng dan kemiringan lereng Utomo, 1989. Semakin miring suatu lereng maka butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir-butir hujan akan menyebabkan laju erosi semakin tinggi Arsyad, 2000. Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Dengan adanya vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput- rumputan dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi. Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan tetapi juga menghambat pengankutan partikel tanah Utomo, 1989.

2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Tanah

Tanah merupakan hasil interaksi faktor pembentuk tanah iklim, bahan induk, tofografi, vegetasi dan waktu. Kelima faktor pembentuk tanah tersebut secara simultan dan terus menerus bekerja terhadap batuan tipis kerak bumi. Di daerah tropika basah, pengaruh iklim temperatur dan curah hujan lebih dominan pada proses pembentukan dan perkembangan tanah serta mempenga-ruhi faktor pembentuk tanah yang lain Soepardi, 1983. Peranan faktor iklim, tofografi dan vegetasi dalam proses erosi permukaan lahan sangat nyata sekali. Akibatnya didalam perhitungan besarnya kehilangan tanah oleh erosi faktor tersebut dirumuskan tersendiri. Sedangkan faktor hasil dari bahan induk atau “parent material” merupakan batuan atau mineral atau bahan organik dimana solum tanah berkembang secara pedogenesis dan waktu saja yang dianggap berpengaruh pada perubahan nilai erodibilitas tanah Landon, 1984 dan Sarief, 1985. Sarwono 1973 dan Hardjowigeno 1992 menyatakan, faktor bahan induk dengan waktu yang sangat berpengaruh 22 “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” pada pembentukan dan perkembangan tanah adalah tekstur, struktur dan komposisi mineralogi bahan induk. Besar kecilnya ukuran butir bahan induk akan menentukan kecepatan pelapukan dan pembentukan tanah. Bahan induk akan melapuk secara fisik-mekanis meng-hasilkan bahan-bahan baru yang berbutir lebih kecil dengan ciri-ciri bahan asal masih ada, yang diikuti oleh pelapukan kimia yang merubah komposisi kimia bahan asal menjadi bahan baru dengan sifat-sifat baru Soepardi, 1983. Sugiman 1982 menyatakan bahwa bahan induk berbutir kasar kerikil dalam proses pelapukan menghasilkan tanah diatasnya bertekstur kasar pula. Sedangkan dalam taraf perkembangannya tekstur tanah lapisan atas masih di-dominasi oleh partikel berukuran kasar pasir. Sebaliknya tanah yang terbentuk dan berkembang dari bahan induk berbutir halus aluvium tekstur tanah didominasi oleh partikel halus liat atau clay. Struktur dan komposisi kimia mineral penyusun batuan juga menentukan keragaman jenis tanah yang terbentuk. Mineral berstruktur kisi kristal tekto-silikat dan filo-silikat seperti kuarsa, feldspar, muskovit, Ca dan Na-plagioklas lebih sukar dilapuk dibandingkan mineral berstruktur kisi kristal neso-silikat dan ino-silikat seperti olivin, piroksin dan amfibol. Kemudahan mineral dilapuk menunjukkan kecepatan pembentukan tanah, tekstur dan struktur tanah di-atasnya Rogers dan Adams, 1966 dan Santoso, 1989. Lebih lanjut Santoso 1989 dan Soepardi 1983 mengemukakan, mineral dengan kadar S i O 3 silika yang tinggi bersifat asam lebih tahan lapuk dibandingkan mineral berkadar S i O 3 rendah bersifat basa. Jadi jelaslah bahwa bahan induk merupakan salah satu faktor penentu keragaman jenis tanah. Sedangkan tiap jenis tanah mencirikan nilai erodibilitas yang berbeda-beda. Harjadi dan Indrawati 1998 mencoba menghubungkan faktor bahan induk dengan nilai erodibilitas tanah. Hasil percobaan di DAS Keduang menunjukkan bahwa tanah dengan bahan induk batuan endapan berbutir halus mempunyai erodibilitas 0,33. Sedangkan yang berbahan induk batuan beku berbutir kasar erodibilitasnya 0,44. “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 23 Penetapan kepekaan tanah dapat ditetapkan dilapangan maupun di laboratorium. Pengukuran dilapangan dilakukan dengan mengukur besarnya nilai erosi dan mengukur faktor karakteristik lahan, dan pengelolan tanah. Pengukuran dilaboratorium diawali dengan melakukan survei untuk mengamati kondisi geomorfologi tanah secara deskriptif dan pengambilan contoh tanah. Penentuan dan pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling dan biosequent dianggap sebagai stratum, dan sekuen vegetasi dari sistem pertanian konservasi yang ada. Pada masing-masing titik sampel dilakukan identifikasi data lahan dan data tanah penentu erodibilitas tanah. Macam analisis tanah parameter yang diamati dan metode yang digunakan adalah: 1 analisis tekstur tanah 3 fraksi dengan metode ayakan tekstur, 2 analisis bahan organik tanah dengan metode pembakaran kering Poerwowidodo, 1990, 3 analisis permeabilitas tanah dengan metode De Boot 1967 Disamping itu penetapan kepekaan tanah dilaboratorium juga dapat dilakukan dengan membuat model fisik penetapan kepekaan tanah dilapangan. Pengukuran secara model dengan memperhitungkan skala dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan tanah. 3.1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan awal dilaksanakan untuk mendapatkan data yang representatif, agar kesahihannya dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu sebelum melakukan pengukuran dilakukan percobaan-percobaan untuk mengetahui kondisi alat yang sebenarnya. METODOLOGI BAB 3 24 “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” Apabila perilaku alat kurang bisa menggambarkan kondisi yang terjadi di alam, maka dilakukan modifikasi-modifikasi sehingga sesuai atau mendekati kondisi yang sebenarnya. Bersamaan dengan hal tersebut di atas, juga dilakukan percobaan-percobaan pada contoh tanah untuk mengetahui pola pengalirannya dan menjajaki karakteristik tanah tersebut. Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran riil kejadian- kejadian hujan di alam dan gambaran transformasi hujan ke debit. Pengujian keakuratan alat simulator hujan dilakukan dengan pencatatan debit masuk di “flowmeter”, debit keluar di “flowmeter”, dan pengukuran volume hujan yang keluar dari nossel. Volume hujan buatan yang keluar dari nossel disamakan dengan volume hujan alami yang terjadi di alam yang jatuh pada petak standard. Mengingat perlunya keakuratan data yang diharapkan maka sangat ditentukan oleh alat yang digunakan, bahan dan pelaksanaannya. Pekerjaan Trial anda error dilakukan berulang- ulang sehingga faham benar perilaku alat dan bahan-bahan yang digunakan. Disamping itu untuk memudahkan menganalisis dan menginterpretasi data nantinya.

3.2. Bahan