Stabilitas Agregat Tanah dan Gradasi Butir

“Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 51 Berkurangnya volume SRO secara langsung akan menurunkan jumlah sedimen tercuci yang sampai ke bak pengukuran. Disamping itu sedimen yang terbawa akan diendapkan di per- jalanan sebelum sampai ke bak pengukuran.

4.6. Stabilitas Agregat Tanah dan Gradasi Butir

Pengetian agregat disini adalah penggbungan partikel primer tanah pasir, debu dan liat kedalam bentuk tertentu. Agregat-agregat tersebut bila bergabung dengan ruang pori diantaranya dikenal sebagai struktur tanah. Permukaan tanah akan selalu menghadapi gaya perusak dari luar, baik gaya mekanis dari peralatan yang digunakan maupun gaya pukulan hujan dan gaya urai air. Saat terjadi hujan, butiran hujan yang jatuh langsung ke permukaan tanah terbuka akan memukul agregat tanah. Bilamana agregatnya tidak kuat maka akan pecah menjadi agregat lebih kecil atau pecah terurai menjadi bahan penyusunnya. Oleh karena itu stabilitas dari agregat terhadap pukulan hujan dan gaya urai air merupakan sifat penting yang menentukan baik buruknya struktur tanah tersebut. Penghancuran agregat dan pemindahan partikel hasil hancuran merupakan bagian yang vital dari proses erosi tanah. Stabilitas struktur tanah atau ketahanan agregat biasanya dinyatakan dalam kemantapan agregat. Umumnya, untuk menguji kematapan agregat di-lakukan dengan cara pengayakan dalam satu seri ayakan berdiameter tertentu. Pada penelitian ini ayakan yang dipakai untuk menguji kemantapan agregat adalah berdiameter 8,0; 4,76; 2,0; 1,0; 0,5; 0,25; dan 0,125 mm. Berdasarkan pengayakan ini dapat diketahui berat hancuran agregat yang tertinggal di masing-masing ayakan yang selanjutnya dapat dihitung diameter massa rata-rata DMR menggunakan persamaan 14. Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, maka dalam studi ini uji DMR hanya dilakukan pada pengayakan kering saja sedangkan ayakan basah yang lebih mencerminkan stabilitas agregat terhadap pukulan hujan dan dispersi air tidak bisa dilakukan karena mesin penggeraknya mengalami kerusakan. 52 “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” Setelah dilakukan uji DMR contoh tanah digunakan untuk uji gradasi butir terutama untuk menentukan D 50 dan D mean . Hasil pengukuran DMR, D mean dan D 50 tersaji dalam Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hasil Analisa DMR mm, D mean mm dan D 50 mm di Empat Tanah Percobaan. Kode 9 Kode 17 Kode 9 Kode 17 DMR D m D 50 DMR D m D 50 DMR D m D 50 DMR D m D 50 9.1.A 4,042 0,135 0,050 17.1.A 3,594 0,107 0,055 9.1.L 3,100 0,078 0,035 17.1.L 2,035 0,051 0,030 9.2.A 2,384 0,125 0,055 17.2.A 4,212 0,116 0,055 9.2.L 2,381 0,066 0,035 17.2.L 2,179 0,080 0,030 9.3.A 2,826 0,141 0,050 17.3.A 2,309 0,091 0,055 9.3.L 2,615 0,083 0,035 17.3.L 2,031 0,094 0,029 9.4.A 3,427 0,107 0,065 17,4,A 2,041 0,201 0,110 9,4,L 2,615 0,098 0,035 17,4,L 2,019 0,118 0,030 9.5.A 3,071 0,138 0,060 17,5,A 2,081 0,382 0,070 9,5,L 2,372 0,120 0,040 17,5,L 2,907 0,074 0,040 9.6.A 3,828 0,108 0,055 17,6,A 2,108 0,195 0,055 9,6,L 2,477 0,093 0,040 17,6,L 2,863 0,110 0,040 9.7.A 3,484 0,095 0,050 17,7,A 2,211 0,349 0,054 9,7,L 3,216 0,093 0,040 17,7,L 2,299 0,282 0,041 9.8.A 2,472 0,109 0,050 17,8,A 2,978 0,112 0,050 9,8,L 3,586 0,079 0,040 17,8,L 2,444 0,116 0,040 Kode 9 Kode 17 Kode 9 Kode 17 DMR D m D 50 DMR D m D 50 DMR D m D 50 DMR D m D 50 9.1.M 3,097 0,303 0,047 17.1.M 2,313 0,194 0,050 9.1.R 1,563 0,170 0,065 17.1.R 0,753 0,165 0,075 9.2.M 2,816 0,262 0,045 17.2.M 2,693 0,270 0,046 9.2.R 1,093 0,183 0,065 17.2.R 0,907 0,172 0,075 9.3.M 2,900 0,247 0,046 17.3.M 2,539 0,209 0,047 9.3.R 1,241 0,233 0,065 17.3.R 2,192 0,234 0,075 9,4,M 3,200 0,223 0,045 17,4,M 2,175 0,163 0,045 9.4.R 1,243 0,253 0,080 17,4,R 1,425 0,202 0,075 9,5,M 2,668 0,317 0,045 17,5,M 3,804 0,483 0,046 9.5.R 1,173 0,268 0,080 17,5,R 2,098 0,182 0,090 9,6,M 2,226 0,449 0,046 17,6,M 3,180 0,183 0,044 9.6.R 1,680 0,237 0,100 17,6,R 1,211 0,213 0,107 9,7,M 3,091 0,552 0,050 17,7,M 2,832 0,738 0,065 9.7.R 1,369 0,607 0,095 17,7,R 1,435 0,523 0,065 9,8,M 3,763 0,203 0,044 17,8,M 3,545 0,252 0,045 9.8.R 1,423 0,250 0,075 17,8,R 1,314 0,173 0,060 Dari Tabel di atas, terlihat bahwa diameter massa rata-rata DMR untuk Andosol, Latosol dan Mediteran berturut-turut berukuran antara 2,04-4,21 mm, 2,01 –3,58 mm dan 2,18–3,76 mm. Sedangkan untuk Regosol DMRnya antara 0,75 – 2,19 mm. Russell 1973 berpendapat bahwa ukuran stabilitas agregat bila setelah dilakukan pengayakan persentase agregat yang berukuran lebih besar dari 2 mm lebih banyak dibandingkan persentase agregat berukuran lebih lecil dari 2 mm. Gambar 4.13 sd 4.16, terlihat bahwa tiga jenis tanah yang digunakan untuk percobaan “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 53 mempunyai persentase agregat yang lebih besar dari 2 mm lebih banyak dibandingkan yang berdiameter dibawahnya. Tanah Regosol mempunyai persentase diameter massa rata-rata yang berukuran lebih kecil dari 2 mm lebih besar dibandingkan ukuran di atasnya. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas agregatnya rendah tidak mantap, sehingga tanah ini bila mendapat pukulan hujan agregatnya mudah pecah menjadi agregat yang lebih kecil atau lepas menjadi partikel penyusunnya. Rendahnya kemantapan agregat Regosol ini karena partikel penyusunnya sebagaian besar didominasi oleh debu halus dan pasir sangat halus dengan kohesifitas yang rendah serta rendahnya bahan pengikat semen partikel tanah tersebut. Sebaliknya Andosol yang mempunyai kemantapan agregat yang mantap, karena tingginya kandungan bahan organik sebagai bahan semen yang mengikat partikel penyusun tanah. Selain itu bahan organik yang ada berinterksi dengan partikel liat membentuk agregat yang mantap. Hasil pengamatan visual saat analisa gradasi butir ter-lihat bahwa agregat Andosol tidak rusak oleh perendaman dalam air sabun dalam waktu 24 jam. Sedangkan Latosol dan Mediteran mempunyai kemantapan agregat diantara kedua tanah diatas. Gradasi butir menggambarkan distribusi ukuran partikel penyusun tanah dimana penentuan D 50 didasarkan pada persentase butir tertahan komulatif grafik S Gambar 4.17 sd 4.20 di Lampiran 4, sedangkan nilai D mean diperoleh dengan per- samaan 15. Hasil analisa gradasi butir tanah Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai D 50 untuk semua jenis tanah berkisar 0,030 mm – 0,110 mm debu sedang sd pasir sangat halus. Hal ini menunjukkan bahwa tanah untuk penelitian di atas ada yang memiliki kadar debu dan pasir halus yang signifikan sebagai indikator kemudahan tererosi. Hasil ini sejalan dengan apa yang dilaporkan oleh Richter dan Negendank 1977 dalam Morgan 1995 bahwa tanah yang memiliki kandungan debu sekitar 40 – 60 lebih mudah mengalami erosi, karena kohesifitasnya rendah 54 “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” dan ikatannya dalam agregat sangat ditentukan oleh bahan semen. Sebaliknya pertikel yang berukuran  D 50 pasir sedang sd kerikil lebih sulit dipindahkan karena besarnya tenaga yang diperlukan untuk mengang-katnya. Sedangkan partikel yang berukuran jauh dibawah D 50 debu halus – liat lebih tahan terhadap pelepasan karena kohesifitasnya yang tinggi akibat tarikan elektrostatis antar partikel tersebut. Stabilitas agregat dan distribusi partikel penyusun tanah erat kaitannya dengan indek erodibilitas tanah. Kemantapan agregat sebagai ukuran ketahan-an tanah terhadap daya perusak dari luar, sedangkan erodibilitas sebagai ukuran kemudahan tanah tererosi. Tanah yang stabilitasnya tinggi sulit dihancurkan oleh pukulan hujan dan dispersi air sehingga erodibilitasnya rendah. Namun sebaliknya tanah yang kemantapannya rendah mudah dihancurakan oleh gaya dari luar, akibatnya erodibilitasnya tinggi. Gambar 4.21 dan 4.22 Lampiran 5 menunjukkan hubungan antara diameter agregat dengan erodibilitas tanah. Secara umum, dari grafik tersebut menunjukkan bahwa bertambahnya diameter agregat sampai 4 mm, untuk kemiringan 9 nilai erodibilitas tanah menurun secara linier dengan R = 0,805, sedangkan untuk kemiringan 17 bertambahnya diameter agregat sampai 4,5 mm, nilai erodibilitas turun secara linier dengan R = 0,705. Penurunan ini diduga karena bertambah banyaknya agregat yang berukuran 2- 4 mm yang lebih mantap sehingga tidak mudah mengalami pelepasan. 4.7. Karakteristik Tanah dan Erodibilitas. Karakteristik tanah adalah ciri-ciri khusus tanah yang dapat diukur secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Ciri khusus suatu tanah akan menentukan sifat atau perilaku tanah tersebut. Secara individu atau gabungan karakteristik tanah menentukan kualitas tanah. Salah satu sifat kualitas tanah yang merupa-kan hail interaksi ciri-ciri khusus tanah adalah erodibilitas. “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 55 Karakteristik tanah yang dianggap berpengaruh pada nilai erodibilitas tanah adalah tekstur, kemantapan agregat, tekanan geser, infiltrasi, kadar bahan organik dan unsur unsur kimia dalam tanah Morgan, 1995. Kecuali kadar bahan organik dan kandungan unsur kimia, empat faktor yang lainnya telah disajikan dan dibahas sebelumnya. Di dalam penelitian ini erodobilitas diasumsikan sebagai fungsi dari faktor Erosivitas, kadar lengas, infiltrasi, kemantapan agregat, dan partikel penyusun tanah. Faktor-faktor tersebut secara individu tidak berpengaruh nyata pada nilai erodibilitas tanah tetapi secara gabungan memberikan pengaruh yang nyata pada nilai erodibilitas. Hasil pengukuran nilai erodibilitas tanah dan karakteristik tanah yang diduga mempengaruhi erodibilitas secara ringkas terlihat dalam Lampiran 6. Berdasarkan analisis regresi berganda untuk menduga nilai erodibilitas. Hasil uji regresi didapatkan persamaan duga seperti Tabel 4.9. Tabel 4.9. Persamaan Duga Erodibilitas Tanah Persamaan Duga R Andosol K = 2,320 - 0,026KA - 0,026i - 0,294DMR + 0,442D m 0,796 Latosol K = -2,510 + 0,043KA + 0,160i + 0,165DMR + 0,045D m 0,812 Mediteran K = 0,228 + 0,002KA + 0,054i - 0,136DMR + 0,202D m 0,593 Regosol K = 0,987 + 0,004KA- 0,064i - 0,098DMR - 0,573D m 0,579 “Tanah” K = 0,682 - 0,001KA -0,006i - 0,149DMR + 0,001D m 0,630 Dari persamaan duga, nilai erodibilitas sebenarnya, yang merupakan fungsi diperoleh dengan cara memasukkan variabel bebas karakteristik tanah ke dalam persamaan tersebut. Hasil perhitungan nilai K hitung dan K fungsi terlihat dalam Tabel 4.10. 56 “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” Tabel 4.10. Indek Erodibilitas Perhitungan dan Erodibilitas Fungsi 9 17 9 17 Kode K hitung K fungsi Kode K hitung K fungsi Kode K hitung K fungsi Kode K hitung K fungsi 9.1.A 0,131 0,134 17.1.A 0,163 0,160 9.1.L 0,228 0,240 17.1.L 0,002 0,032 9.2.A 0,277 0,220 17.2.A 0,063 0,065 9.2.L 0,543 0,437 17.2.L 0,416 0,264 9.3.A 0,099 0,184 17.3.A 0,018 0,001 9.3.L 0,146 0,252 17.3.L 0,226 0,297 9.4.A 0,144 0,117 17,4,A 0,001 0,002 9,4,L 0,202 0,254 17,4,L 0,280 0,330 9.5.A 0,230 0,152 17,5,A 0,067 0,065 9,5,L 0,114 0,027 17,5,L 0,020 0,059 9.6.A 0,069 0,070 17,6,A 0,001 0,021 9,6,L 0,109 0,182 17,6,L 0,048 0,058 9.7.A 0,081 0,057 17,7,A 0,013 0,006 9,7,L 0,142 0,126 17,7,L 0,091 0,089 9.8.A 0,034 0,132 17,8,A 0,015 0,021 9,8,L 0,190 0,157 17,8,L 0,071 0,024 Mean 0,133 0,133 Mean 0,043 0,043 Mean 0,209 0,209 Mean 0,144 0,144 S X 2 0,0009 0,0004 S X 2 0,0004 0,0004 S X 2 0,0025 0,0018 S X 2 0,0028 0,0021 9 17 9 17 Kode K hitung K fungsi Kode K hitung K fungsi Kode K hitung K fungsi Kode K hitung K fungsi 9.1.M 0,188 0,105 17.1.M 0,019 0,030 9.1.R 0,401 0,428 17.1.R 0,545 0,578 9.2.M 0,579 0,401 17.2.M 0,639 0,630 9.2.R 0,391 0,479 17.2.R 0,972 0,991 9.3.M 0,357 0,248 17.3.M 0,162 0,199 9.3.R 0,394 0,391 17.3.R 0,894 0,455 9,4,M 0,112 0,170 17,4,M 0,269 0,269 9.4.R 0,269 0,219 17,4,R 0,022 0,202 9,5,M 0,126 0,307 17,5,M 0,099 0,158 9.5.R 0,669 0,601 17,5,R 0,018 0,481 9,6,M 0,206 0,285 17,6,M 0,190 0,166 9.6.R 0,057 0,056 17,6,R 0,735 0,521 9,7,M 0,053 0,003 17,7,M 0,289 0,263 9.7.R 0,157 0,183 17,7,R 0,290 0,365 9,8,M 0,088 0,191 17,8,M 0,052 0,005 9.8.R 0,296 0,277 17,8,R 0,227 0,112 Mean 0,214 0,214 Mean 0,215 0,215 Mean 0,329 0,329 Mean 0,463 0,463 S X 2 0,0039 0,0019 S X 2 0,0048 0,0047 S X 2 0,0042 0,0039 S X 2 0,0179 0,0089 Tabel 4.9 dan 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata erodibilitas hitung dan erodibilitas fungsi mempunyai angka yang sama untuk tiap-tiap jenis tanah. Tetapi variasi rata-rata terhadap nilai tengahnya untuk erodibilitas fungsi lebih baik. Hal ini akibat dimasukkannya variabel karakteristik tanah kedalam nilai pendugaan erodibilitas yang dapat mengurangi tingkat kesalahan pendugaan. Dari persamaan duga yang diperoleh terlihat faktor erosivitas hujan menunjukkan pengaruh yang tidak stabil, dimana pada jenis tanah yang sama pada plot standar terlihat menurunkan erodibilitas, tetapi pada kemiringan 17 meningkatkan erodibilitas. Kejadian ini diduga karena tidak stabilnya tekanan pompa yang digunakan untuk membuat hujan simulasi pada debit hujan yang sama. Pengaruh kadar lengas tanah lebih banyak meningkatkan erodibilitas, karena berhubungan dengan tingkat pembasahan “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 57 tanah. Pada tanah kering yang mengalami pembasahan oleh hujan secara mendadak agregat tanah men-jadi mudah pecah, karena tekanan dari udara yang terjebak dalam tanah. Disamping itu adsorbsi molekul air ke permukaan partikel tanah berbutir halus liat dan debu menyebabkan timbulnya panas pembasahan yang mendorong pecahnya agregat tanah. Sebaliknya pada tanah basah kadar lengas tinggi gaya geser, gaya ikat bahan semen dan kohesifitas antar partikel menjadi berkurang. Morgan, 1995 dan Utomo, 1985. Akibatnya mudah dihancurkan oleh gaya penghancur dari luar. Faktor infiltrasi dalam persamaan duga di atas cenderung meningkatkan erodibilitas, karena laju infiltrasi yang digunakan untuk pendugaan erodibilitas didasarkan pada banyaknya volume air yang lolos meninggalkan kolom tanah per satuan waktu per satuan luas. Sebaliknya yang terjadi dalam pengukuran infiltrasi dilapangan didasarkan pada banyaknya volume air yang masuk ke dalam tanah persatuan waktu per satuan luas. Akibatnya pengaruh infiltrasi dalam pendugaan erodibilitas merupakan kebalikan bila yang digunakan untuk menduga laju infiltrasi hasil pengukuran di lapangan, karena menurut Morgan 1995, Seto 1991 dan Hudson 1981 meningkatnya kapasitas infiltrasi akan menurunkan erodibilitas tanah. Peranan kemantapan agregat dan distribusi ukuran butir lebih besar pengaruhnya pada penurunan nilai erodibilitas. Dari persamaan duga di atas terlihat bahwa DMR dan D mean memberi- kan koefisien duga yang lebih besar diban-dingkan koefisien variabel duga yang lain. Peningkatan stabilitas agregat akan menurunkan jumlah sedimen yang terukur di bak pengukur sedimen. Demikian juga dengan menurunnya sebaran partikel berukuran pasir halus sd debu kasar akan menurunkan jumlah sedimen yang terukur. Nilai erodibilitas fungsi, yang didapat dalam penelitian ini perlu dibandingkan dengan nilai erodibilitas hasil pengukuran lapang dengan nomograph penduga agar hasilnya lebih represen- tatif dan mencerminkan kondisi erodibilitas yang sebenarnya di lapangan meskipun didalam pelaksanaan penelitian telah diusaha- kan mendekati kondisi yang sebenarnya dilapangan. Perbadingan 58 “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” nilai erodibilitas fungsi hasil penelitian dan nilai erodibilitas hasil pendugaan nomograph didasarkan pada uji t-student dengan selang kepercayaan 95 . Hasil perbandingan kedua nilai erodibilitas secara ringkas terlihat dalam Tabel 4.11. Tabel 4.11. Perbandingan Dua Rata-Rata Nilai Erodibilitas Jenis Tanah K Fungsi K. Nomo- graph t. hit. t.tab.95 Selang Kepercayaan Bts Bawah Bts Atas Andosol 0.088 0.084 0,115 2.37 n=7 3.18 n=3 Tidak beda 0,049 -0,010 0,126 0,178 Latosol 0,177 0.209 -0,246 Tidak beda 0,085 -0,187 0,268 0,604 Mediteran 0.215 0.258 -0,240 Tidak beda 0,179 -0,220 0,263 0,735 Regosol 0.396 0.241 3,181 Tidak beda 0,302 0,490 0,158 0,323 “Tanah” 0.219 0.264 -1,069 2,042 n=31 2,201 n=11 Tidak beda 0,178 0,183 0,260 0,345 Batas untuk K fungsi Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa antara nilai erodibilitas fungsi dan erodibilitas nomograph tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari penelitian ini setara dengan hasil pengukuran erodi-bilitas dengan nomograph dengan memberikan faktor koreksi untuk K-nomograph berturut- turut adalah 1,046K-fungsi Andosol, 0,847K-fungsi Latosol, 0,859K-fungsi Mediteran, 1,645K-fungsi Regosol dan 0,830K- fungsi Tanah. Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata tetapi secara matematik nilai yang didapat menunjukkan perbedaan. Perbedaan ini diduga karena di dalam perhitungan nilai K fungsi, variabel bebas yang digunakan dihitung secara kuantitatif, sedangkan K nomograph variabel yang digunakan untuk menghitung ada yang dihitung secara kualitatif penentuan stuktur tanah. Disamping itu penentuan kelas permeabilitas dalam nomograph hanya di dasarkan pada contoh tanah utuh yang kecil. Selain itu dalam nomograph penduga faktor bahan organik dimasukkan sebagai variabel bebas sedangkan di dalam K fungsi tidak diperhitungkan. Nilai K fungsi yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya diklasifi-kasikan menurut Klasifikasi Erodibilitas Tanah di Indonesia “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 59 Utomo, 1994. Andosol termasuk sangat rendah, Latosol termasuk rendah, Mediteran termasuk sedang, Regosol termasuk sangat tinggi. Andosol dan Latosol mempunyai erodibilitas sangat rendah sd rendah karena tanah tersebut diambil dari kawasan hutan pinus, sehingga tidak ba-nyak mengalami penurunan karakateristik tanah oleh aktifitas manusia bahkan mungkin terjadi penambahan kadar bahan organik dari sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sebaliknya tanah Mediteran dan Regosol mempunyai kelas erdibi- litas sedang sd sangat tinggi karena kedua tanah tersebut diambil dari lahan kering yang telah diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua tanah tersebut karakteristik tanah yang mementukan nilai erodibilitas tanah telah banyak mengalami perubahan oleh aktifitas manusia. Sedangkan usaha-usaha perbaikannya tidak seimbang dengan kerusakan yang ditim- bulkannya. Salah satu tolok ukurnya adalah tidak adanya pengembalian sisa-sisa tanaman sebagai bahan organik ke tanah tersebut. Akibatnya kedua tanah tersebut mudah mengalami erosi bila mendapat pukulan hujan dan dispersi air, maupun kikisan limpasan permukaan. “Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen” 61

5.1. Kesimpulan