Diagnosis PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK

39 polos dan hiperplasia. Adanya respons inflamasi dalam pembuluh darah sering terlihat di saluran napas dan merupakan bukti dari disfungsi sel endotel. Jika hipertensi pulmonal terus berlangsung dapat menyebabkan hipertropi ventrikel kanan dan biasanya menjadi gagal jantung kanan. 14

3. Eksaserbasi

Eksaserbasi merupakan peningkatan lebih lanjut respons inflamasi dalam saluran napas pasien PPOK. Keadaan ini dapat dipicu oleh infeksi bakteri atau virus atau polusi lingkungan. Mekanisme inflamasi yang mengakibatkan eksaserbasi PPOK masih banyak yang belum diketahui. Pada eksaserbasi ringan dan sedang terdapat peningkatan netrofil, beberapa studi lainnya juga menemukan eosinofil dalam sputum dan dinding saluran napas. Hal ini berkaitan dengan peningkatan konsentrasi mediator tertentu, termasuk TNF- α, LTB4 dan IL-8, serta peningkatan biomarker stress oksidatif. 14 Pada eksaserbasi berat masih banyak hal yang belum jelas, meskipun salah satu penelitian menunjukkan peningkatan neutrofil pada dinding saluran napas dan peningkatan ekspresi kemokin. Selama eksaserbasi terlihat peningkatan hiperinflasi dan terperangkapnya udara, dengan pengurangan aliran ekspirasi, sehingga terjadi peningkatan sesak napas. Terjadi juga perburukan yang mengakibatkan hipoksemia berat. 14

2.1.6 Diagnosis PPOK

Beberapa hal yang berhubungan dengan risiko timbulnya PPOK sampai saat ini yaitu asap rokok, polusi udara dalam ruangan, diluar ruangan tekanan Universitas Sumatera Utara 40 oksidatif, gen, tumbuh kembang paru, sosial ekonomi. Risiko PPOK pada perokok tergantung dari dosis rokok yang dihisap, usia mulai merokok, jumlah batang rokok pertahun dan lamanya merokok IB. Tidak semua perokok berkembang manjadi PPOK secara klinis, karena dipengaruhi oleh faktor resiko genetik pada setiap individu. Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanda dan gejala ringan hingga berat. Gejala klinis yaitu berupa: 1. Sesak napas yang progresif dan bertambah berat seiring berjalannya waktu dan aktifitas, dan persisten 2. Batuk kronik yang hilang timbul dan mungkin tidak berdahak. 3. Batuk kronik berdahak 4. Riwayat terpajan faktor resiko berupa asap rokok, debu, bahan kimia di tempat kerja, asap dapur. 27 Pemeriksaan fisis pada PPOK dini umumnya tidak dijumpai kelainan. Dari inspeksi dapat ditemukan: 1. Pursed-lips breathing mulut setengah terkatupmencucut yaitu sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. 2. Barrel chest diameter anteroposterior dan transversal sebanding. 3. Penggunaan otot bantu napas. 4. Hipertrofi otot bantu napas. 5. Pelebaran sela iga. 6. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai. Universitas Sumatera Utara 41 7. Penampilan pink puffer yaitu gambaran yang khas pada emfisema, pasien kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed-lips breathing, atau blue bloater yaitu gambaran khas pada bronkitis kronik, pasien gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer. 27 Pada palpasi biasanya ditemukan fremitus melemah, sela iga melebar. Perkusi pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah. Pada auskultasi terdengar suara napas vesikuler normal atau melemah dan terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh. 27 Gambar 2.3. Gambaran radiologi penderita PPOK. 28 Foto toraks PA dan lateral tidak direkomendasikan untuk mendiagnosis PPOK tetapi dapat digunakan untuk menyingkirkan penyakit lain yang juga dapat menimbulkan gejala obstuksi saluran napas bronkiektasis, kanker paru dan lain- lain. Temuan pada foto toraks dapat berupa: hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar, jantung pendulum jantung menggantung. 27 Universitas Sumatera Utara 42 Spirometri merupakan baku emas untuk mendiagnosa PPOK. Hasil pengukuran spirometri penderita PPOK, didapati penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik VEP 1 dan penurunan kapasitas vital paksa KVP. Nilai VEP 1 KVP selalu kurang dari 80 nilai normal. VEP 1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. 27 Tabel 2.1. Pembagian hambatan aliran udara berdasarkan spirometri setelah pemberian bronkodilator. 14 R ISK GO L D C la ss if ic a tio n o f A ir f low L im it a t io n 4 C D 2 or more R IS K E x a c e rba ti o n hi s to ry 3 2 A B 1 1 mMRC 0-1 mMRC 2+ CAT 10 CAT 10+ SYMPTOMS mMRC or CAT score Combined assessment of COPD Note: When assessing risk, choose the highest risk according to GOLD grade or exacerbation history PENILAIAN PPOK MENURUT GOLD 2011 RESIKO KLASIFIKASI PPOK BERDASARKAN KETERBATASAN ALIRAN UDARA RESIKO RIWAYAT EKSASERBASI GEJALA SKOR mMRC CAT 2 Gambar 2.4. Penilaian PPOK menurut GOLD 2011. 14 Pasien dengan VEP 1 KVP 70 GOLD 1 Ringan VEP 1 ≥ 80 prediksi GOLD 2 Sedang 50 ≤ VEP1 80 prediksi GOLD 3 Berat 30 ≤ VEP1 50 prediksi GOLD 4 Sangat Berat VEP1 30 prediksi mMRC 0-1, CAT10 mMRC 0-1, CAT10 GEJALA SKOR mMRCCAT Universitas Sumatera Utara 43

2.1.7. Penatalaksanaan PPOK

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2 70 87

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen Pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1 66 64

Pengaruh Rehabilitasi Paru Terhadap MVV dan VEP1 Terhadap Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

6 75 86

Karakteristik Umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

1 34 78

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 2.1.1 Defenisi PPOK - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 23

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

0 0 22