28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK
2.1.1 Defenisi PPOK
PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang persisten, bersifat progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracunberbahaya, disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.
14
2.1.2 Epidemiologi PPOK
Di Indonesia tidak ditemukan data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1992 menemukan angka kematian
emfisema, bronkitis kronik dan asma menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Pada tahun 1997 penderita PPOK yang dirawat
inap di RSUP Persahabatan sebanyak 124 39,7, sedangkan rawat jalan sebanyak 1837 atau 18,95. Di RSUD dr. Moewardi Surakarta ditemukan
penderita PPOK rawat inap sebanyak 444 15, dan rawat jalan 2368 14.
15
Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyebab morbiditas dan kematian ke-4 terbesar di dunia dan WHO memperkirakan bahwa pada tahun2020
PPOK menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia. Angka prevalensi, morbiditas, dan mortalitas PPOK bervariasi antar negara dan di antara kelompok
populasi, umumnya berkaitan dengan prevalensi perokok serta kondisi polusi
Universitas Sumatera Utara
29
udara akibat pembakaran yang juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko PPOK.
14
Menurut Raherison 2009 prevalensi PPOK diperkirakan 7,6.
Berdasarkan 38 penelitian, prevalensi bronkitis kronis diperkirakan 6,4. Prevalensi emfisema melalui rontgen dada diperkirakan 1,8 berdasarkan
delapan studi. Mayoritas studi 62 menunjukkan umur pasien lebih dari 40 tahun, dengan rentang usia antara 40 dan 64 tahun. Prevalensi PPOK meningkat
sesuai dengan usia, dengan peningkatan risiko menjadi lima kali lipat bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun dibandingkan dengan pasien berusia kurang dari 40
tahun. Prevalensi PPOK meningkat sesuai dengan status merokok, tetapi perlu ditekankan bahwa prevalensi PPOK pada perokok adalah 4, menunjukkan
adanya faktor risiko lain, seperti merokok pasif, atau faktor paparan akibat kerja. PPOK terjadi pada laki-laki dua kali lebih banyak dibanding perempuan, tetapi
perbedaan ini akan berkurang, mengingat fakta bahwa semakin banyak perempuan yang merokok terutama di negara berkembang, dan bahwa perempuan
yang tidak merokok terkena produk hasil pembakaran dari biomass di negara berkembang.
16
Menurut Purba 2010 berdasarkan studinya menemukan penderita PPOK stabil yang berobat jalan di Poli RS H. Adam Malik sekitar 82 orang dalam satu
tahun, laki-laki sekitar 85,4, umur lebih dari 60 tahun sekitar 63,4.
17
Kondisi tersebut menunjukkan angka kematian yang disebabkan PPOK terus mengalami
peningkatan tanpa disadari masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
30
2.1.3 Patogenesis PPOK