1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara pasti mewajibkan semua warga negaranya untuk taat membayar pajak. Hal ini dikarenakan pajak merupakan sumber penerimaan
kas yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Bahkan bisa dikatakan pajak memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penerimaan kas
negara, khususnya di Indonesia semenjak Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak. Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang gencar-
gencarnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk membayar pajak. Jika masyarakat tidak taat membayar pajak, maka penerimaan kas negara akan
semakin sedikit dan pemerintah akan sulit untuk mengelola keuangan yang berhubungan dengan pengeluaran negara.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pemerintah pusat telah banyak memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola daerahnya
sendiri demi kesejahteraan masyarakatnya. Sistem desentralisasi ini dilaksanakan melalui kebijakan otonomi daerah. Salah satu hal yang sangat
mempengaruhi jalannya pemerintahan pada otonomi daerah adalah masalah pendanaan, maka untuk mengatasi hal tersebut pemerintah pusat
mengeluarkan kebijakan desentralisasi fiskal dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Adanya kebijakan desentralisasi fiskal membuat
pemerintahdaerah diberikan
kewenangan untuk
menggali dan
mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerahnya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Melihat kebijakan fiskal khususnya perpajakan sangat membantu bahkan sangat potensial dalam menopang jalannya otonomi daerah, maka
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD. Undang-Undang ini mengatur
secara jelas komponen-komponen penerimaan pajak daerah baik pajak provinsi maupun pajak kabupatenkota.
Salah satu komponen penerimaan pajak daerah khususnya pajak kabupatenkota adalah pajak hiburan. Pajak hiburan pada tahun 2013
memberikan kontribusi sebesar 3,258 terhadap pajak daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pajak hiburan memberikan kontribusi yang kecil
terhadap pajak daerah. Komponen lain dari pajak daerah adalah pajak hotel. Berbeda dengan pajak hiburan, pajak hotel memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap pajak daerah Kota Yogyakarta. Pada tahun 2013 pajak hotel memberikan kontribusi sebesar 29,750 terhadap pajak daerah Kota
Yogyakarta dan dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa pajak hotel memberikan pengaruh dalam peningkatan pajak daerah dan pendapatan asli
daerah Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan salah satu tempat tujuan wisata bagi para
wisatawan lokal maupun asing. Selain tempat wisata, di kawasan tersebut juga banyak terdapat hotel yang dibangun untuk menunjang fasilitas bagi para
wisatawan. Jika wisata di Kota Yogyakarta semakin berkembang maka secara tidak langsung perkembangan tersebut juga mempengaruhi sektor hotel. Hal
tersebut juga pasti akan berdampak pada penerimaan pajak hiburan serta pajak hotel.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak Hiburan dan Pajak Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota
” dengan studi kasus di Kota Yogyakarta dari tahun anggaran 2008-2013.
B. Rumusan Masalah