LAPORAN KERJA PRAKTEK 004

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS BIOLOGI, 1

PAKET UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Disusun Oleh : Husain Faiqi Ramadhan

NIM. 1303010057

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS BIOLOGI, 1 PAKET UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Disusun Oleh :

Nama : Husain Faiqi Ramadhan NIM : 1303010057

Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Sipil

Purwokerto, 10 Januari 2017 Mengetahui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing Teknik Sipil,

M. Agus Salim A. F. S.T.,M.T. Sulfah Anjarwati S.T.,M.T.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman. Banyak pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Muhammad Taufiq Tamam, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik. 2. Bapak M. Agus Salim, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Sipil.

3. Ibu Sulfah Anjarwati, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek. 4. Bapak Suryono, selaku Direktur Utama CV. Reksa Utama.

5. Bapak Ir. Arbowiyoso, selaku Konsultan Pengawas Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman.

6. Kedua Orang Tua, Keluarga, Teman-teman serta pihak pembantu selama Kerja Praktek yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu kami dalam melakukan perbaikan terhadap penyusunan laporan ini.

Purwokerto, 10 Januari 2017


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

LEMBAR PENGESAHAN ………... ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR GAMBAR ………... vii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

I.1. Latar Belakang ………... 1

I.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ………. 2

I.2.1. Bagi Mahasiswa ………... 2

I.2.2. Bagi Program Studi ……….. 3

I.3. Lokasi Proyek ………... 3

I.4. Data Proyek ………... 4

I.5. Data Teknis Proyek ………4

I.5.1. Spesifikasi Proyek ……… 4

I.5.2. Data Struktur ……….... 5

I.6. Metode Pengumpulan Data ……….... 5

BAB II MANAJEMEN PROYEK ………... 6

II.1. Uraian Umum ………... 6


(5)

II.3. Hubungan Kerja ………... 16

II.4. Struktur Organisasi ………... 17

II.5. Rencana Kerja ………... 22

II.5.1. Time Schedule ………... 22

II.5.2. Kurva S ………... 22

II.5.3. Shop Drawing ………... 23

II.6. Tenaga Kerja, Waktu Kerja dan Upah Kerja ………... 23

II.6.1. Tenaga Kerja ………... 24

II.6.2. Waktu Kerja ………... 24

II.6.3. Upah Kerja ………... 25

BAB III ALAT DAN BAHAN ………...26

III.1. Tinjauan Umum ………...26

III.2. Bahan-Bahan Konstruksi ………... 27

III.3. Alat-Alat Konstruksi ………... 42

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN ………. 53

IV.1. Tinjauan Umum ………...53

IV.2. Pekerjaan Struktur Bawah ………... 54

IV.3. Pekerjaan Struktur Atas ………... 56

IV.3.1. Pekerjaan Sloof ………... 56

IV.3.2. Pekerjaan Kolom ………... 58

IV.3.3. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai ……… 61


(6)

IV.4. Pengendalian Proyek ………... 77

IV.4.1. Gambaran Umum ……….. 77

IV.4.2. Pengendalian Mutu ……… 79

IV.4.3. Pengendalian Waktu ………..92

IV.4.4. Pengendalian Teknis ………..94

IV.4.5. Pengendalian Biaya ………... 96

IV.4.6. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) …. 98 BAB V PENUTUP ………...102

V.1. Simpulan ………... 102

V.2. Saran ………... 102 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Denah Lokasi Proyek ………. 3

Gambar 2.1 Hubungan Kerja ……….. 16

Gambar 2.2 Struktur Organisasi ……….. 19

Gambar 3.1 Split ……….. 29

Gambar 3.2 Batu Pecah ………... 29

Gambar 3.3 Pasir ………. 30

Gambar 3.4 Baja Tulangan Polos ……… 31

Gambar 3.5 Baja Tulangan Sirip ………. 31

Gambar 3.6 Beton Decking ………. 32

Gambar 3.7 Portland Cement ……….. 34

Gambar 3.8 Bendrat ……… 34

Gambar 3.9 Kayu ……… 35

Gambar 3.10 Batu Bata ………. 36

Gambar 3.11 Bambu ………. 36

Gambar 3.12 Multiplex ………. 37

Gambar 3.13 Kusen ………... 38

Gambar 3.14 Rangka Hollow ……… 39

Gambar 3.15 Gypsumboard ……….. 40

Gambar 3.16 Kalsiboard ………... 40


(8)

Gambar 3.19 Rangka Baja ……… 41

Gambar 3.20 Keramik ……….. 42

Gambar 3.21 Dump Truck ……… 42

Gambar 3.22 Concrete Pump ……… 43

Gambar 3.23 Concrete Mixer Truck ……….44

Gambar 3.24 Bar Cutter ……… 44

Gambar 3.25 Bar Bender ……….. 45

Gambar 3.26 Concrete Vibrator ……… 46

Gambar 3.27 Scaffolding ……….. 46

Gambar 3.28 Alat Cetak Uji Beton ………... 47

Gambar 3.29 Alat Ukur Meteran ……….. 48

Gambar 3.30 Molen ……….. 49

Gambar 3.31 Bekisting ………. 50

Gambar 3.32 Gerenda Mesin ……… 50

Gambar 3.33 Bor ……….. 51

Gambar 3.34 Ayakan ……… 51


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penerimaan Kerja Praktek Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek Lampiran 3. Daftar Absensi Kerja Praktek

Lampiran 4. Dokumentasi Foto Pelaksanaan Lampiran 5. Rencana Kerja dan Syarat Lampiran 6. Gambar Rencana Teknik Lampiran 7. Time Schedule

Lampiran 8. Hasil Uji Kuat Tekan Beton Lampiran 9. Hasil Uji Kuat Tarik Baja


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan angka pertambahan jumlah penduduk yang sangat tinggi, kota yang luas dengan infrastruktur bangunan yang tinggi menjulang. Design bangunan yang estetis dan struktur yang kuat adalah salah satu bukti nyata pertambahan teknologi pembangunan. Seiring dengan berkembangnya teknologi tersebut, mengharuskan setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikan yang layak khususnya dalam bidang pembangunan demi mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Banyak Universitas di Indonesia baik negeri maupun swasta yang mempunyai Program Studi khususnya pembangunan seperti Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dalam hal ini, Teknik Sipil adalah Program Studi yang tepat untuk mempelajari hal tersebut.

Kerja Praktek adalah salah satu mata kuliah yang harus di tempuh oleh setiap mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purwokerto jenjang Strata Satu (S1) sebagai syarat wajib sebelum membuat Skripsi. Dengan adanya Kerja Praktek ini, mahasiswa di harapkan bisa memperoleh pengalaman lapangan dan menerapkan semua ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan, serta belajar untuk mengumpulkan data yang ada di tempat Kerja Praktek. Kerja Praktek juga merupakan satu langkah


(11)

penting bagi mahasiswa untuk mencocokan antara kondisi yang ada di lapangan dengan ilmu yang didapat dalam perkuliahan, sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan teoritis dan pemahaman sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Proyek yang dijadikan tempat Kerja Praktek adalah Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman yang berlokasi di Jl. Dr. Soeparno No. 63 Purwokerto, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini memiliki luas 503,10 m2 dan terdiri dari dua lantai.

Pada pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini penulis mengamati dan memelajari proses pekerjaan struktur sesuai standar. Selain itu, penulis juga menganalisis masalah yang timbul saat pekerjaan berlangsung dan mampu mendapatkan solusi dari masalah tersebut. Penulis berharap laporan Kerja Praktek ini bisa menjadi studi untuk penelitian selanjutnya.

I.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun maksud dan tujuan dari Kerja Praktek yang dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman adalah :

I.2.1. Bagi Mahasiswa


(12)

 Menerapkan ilmu yang telah di dapatkan selama mengikuti perkuliahan pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

 Menambah Ilmu serta wawasan mengenai proyek di lapangan.

 Membuka jaringan lebih luas, agar memperoleh gambaran yang harus dilakukan kedepan.

I.2.2. Bagi Program Studi

 Memperoleh masukan agar program studi dapat memberikan materi perkuliahan sesuai dengan keadaan proyek.

 Sebagai wawasan informasi bagi Program Studi yamg dapat di pertanggung jawabkan.

I.3. Lokasi Proyek

Lokasi Proyek terletak di Jl. Dr. Soeparno No. 63 Purwokerto, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

1

2 3

4

Jl. D r. S

oe pa rno

U

LOKASI

DAERAH KAMPUS

DAERAH KAMPUS

Gambar 1.1 Denah Lokasi Proyek


(13)

1. Mushola

2. Gedung Pasca Sarjana F. Ilmu Peternakan Unsoed 3. Gedung F. Biologi Unsoed

4. Pos Satpam

I.4. Data Proyek

a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Fakultas Biologi , 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman

b. Lokasi : Jl. Dr. Soeparno No. 63, Purwokerto c. Wilayah : Kabupaten Banyumas

d. Pelaksanaan : 120 Hari Kalender e. Nilai Kontrak : Rp. 2.229.990.000,-f. Kontraktor : CV. Reksa Utama g. Konsultan Pengawas : PT. Arsi Granada Muda

I.5. Data Teknis Proyek I.5.1. Spesifikasi Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman di Jl. Dr. Soeparno No. 63 Purwokerto, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

a. Deskripsi Proyek : Struktur Gedung Berlantai Dua b. Luas Bangunan : 417,96 m2

I.5.2. Data Struktur

Komponen struktur bangunan ini secara keseluruhan adalah menggunakan konstruksi beton bertulang, spesifikasi mutu setiap bangunan dapat dibagi sebagai berikut :


(14)

Pekerjaan pondasi pada proyek ini menggunakan pondasi

footplate.

b. Komponen Struktur Bangunan Atas Gedung

Tinjauan konstruksi struktur bangunan atas meliputi, sloof, kolom dan balok, lantai, jendela, pintu, alumunium untuk jendela dan struktur baja untuk rangka atap.

I.6. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data-data adalah :

a. Observasi, yaitu metode pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan.

b. Wawancara, yaitu metode yang di lakukan melalui tanya jawab dengan pengawas dan pelaksana di lapangan (dengan pihak terkait).

c. Gambar kerja dan data lain didapatkan dari kontraktor. d. Literatur.


(15)

BAB II

MANAJEMEN PROYEK

II.1. Uraian Umum

Manajemen proyek adalah suatu cara memberikan pimpinan sedemikian baru dan rumitnya, sehingga mutlak diperlukan bentuk-bentuk kerjasama yang berbeda dari sebelumnya dan bersifat hierarki. Menurut Hassan Shadily, manajemen ialah ilmu pengetahuan yang mendalami masalah manajemen, organisasi pengelolaan.

Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai saat permulaan dan saat berakhir (Ir. Sutomo Kayatno). Proyek adalah suatu tugas yang perlu didefinisikan dan terarah ke suatu sasaran yang dituturkan secara kongkrit serta yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan tenaga manusia yang terbatas dan menggunakan alat-alat terbatas, baru dan rumit sehingga diperlukan suatu jenis pimpinan dan bentuk kerjasama yang tidak seperti biasa (A.Koolma dan CJM Van de Schoot).

Dalam proses manajemen diperlukan unsur-unsur penting, yaitu : a. Man (manusia) termasuk didalamnya tenaga kerja dan tenaga ahli, b. Money (uang),

c. Material (bahan baku), d. Machine (peralatan),

e. Methode (cara yang digunakan).


(16)

b. Fungsi pengorganisasian (organizing), c. Fungsi pelaksanaan (actuating), dan d. Fungsi pengendalian (controlling).

Unsur utama dalam manajemen meliputi :

a. Prosedur operasi yakni meliputi fungsi-fungsi manajemen (perangkat lunak)

b. Brainware (SDM) yakni manager, dan

c. Perangkat keras yakni organisasi dan penunjangnya.

Pengelolaan pekerjaan dilakukan dengan baik dan benar agar proyek bisa berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan rencana. Dalam pengelolaan pekerjaan atau memanajemen suatu organisasi dilakukan dengan sistem pembagian kerja yang diperoleh dari sistematika manajemen yang baik berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan latar belakang pendidikan, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) meliputi perumusan persyaratan dari pekerjaan pembangunan, gambar-gambar rencana, dengan data teknisnya.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (Organizing) adalah tindakan-tindakan yang berfungsi untuk mengatur hubungan kerja antar unsur organisasi proyek sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan bidang kerja masing-masing, agar saling berhubungan dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka tercapainya tujuan, tindakannya berupa :

a. Menetapkan daftar penugasan, b. Menyusun lingkup kegiatan, c. Menyusun struktur organisasi,


(17)

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (Actuating) adalah berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi di dalam kegiatan pelaksanaan, sehingga seluruh team dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama.

Tindakan tersebut adalah :

a. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan,

b. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab. c. Memberikan pengarahan penugasan dan memotivasi.

Manfaat fungsi pelaksanaan adalah menciptakan keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing anggota dalam organisasi dan mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerja sama untuk tujuan bersama.

4. Pengawasan (Controling)

Pengendalian (Controling) adalah berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan, tindak penganalisaan serta pengevaluasian performa yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi.

II.2. Unsur-unsur Pengelola Proyek

Menurut Tarmudji, 1993. Penyelenggaraan proyek pembangunan secara menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik sampai dengan pemanfaatannya, merupakan proses atau tahapan yang harus dikerjakan


(18)

pendukung yang berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur yang membentuk suatu ikatan kerja sama dimana masing-masing mempunyai peranan, fungsi, dan tanggung jawab yang jelas. Tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya adalah efisiensi yang optimum dari tenaga, waktu, dan biaya proyek terhadap hasil yang diperoleh.

Unsur-unsur yang terlibat langsung dalam proyek ini, adalah sebagai berikut :

 Pemilik Proyek : UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

 Konsultan Perencana : CV. REKSA UTAMA

 Kontraktor Pelaksana : CV. REKSA UTAMA

 Supervisor : PT. ARSI GRANADA MUDA 1. Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah seorang atau badan/lembaga baik swasta maupun pemerintah yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan membayar biaya pekerjaan tersebut yang berkeinginan mewujudkan pembangunan suatu proyek. Pemilik proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini adalah Universitas Jenderal Soedirman itu sendiri.

Adapun hak dan kewajiban secara umum dari pemberi tugas antara lain sebagai berikut :

a. Mempunyai wewenang untuk memilih konsultan dan kontraktor, baik secara lelang maupun penunjukan secara langsung.

b. Menyediakan dana untuk membiayai pelaksanaan pekerjaan proyek dan membayar penyedia jasa.

c. Menandatangani surat perjanjian pemborongan dan surat perintah kerja.


(19)

d. Memberikan keputusan mengenai adanya perubahan pekerjaan tambah atau kurang.

e. Meminta laporan secara periodik mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.

f. Menyediakan lahan untuk tempat melaksanakan pekerjaan.

g. Ikut mengawasi jalannya pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.

h. Menyediakan segala fasilitas yang diperlukan oleh penyedia jasa demi kelancaran proyek.

i. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki / direncanakan.

Wewenang pemberi tugas adalah :

a. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor, dan

b. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal-hal diluar kontrak yang sudah disetujui.

2. Konsultan Perencana (Designer)

Menurut Ir. Sulistyo Wicaksono, IAI. Berdasarkan Kep. Dir. Jen. Cipta Karya Dep. PU. No. 023/KPTS/CK/1992. Konsultan perencana adalah seorang atau badan hukum yang melaksanakan tugas-tugas dibidang perencanaan konstrksi bangunan atau lingkungan perencanaan kerjasama dengan aksesoris. Konsultan perencana yang bekerja pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas


(20)

Jenderal Soedirman ini adalah CV. REKSA UTAMA. Konsultan perencana dipilih langsung oleh pemilik proyek.

Secara umum tugas konsultan perencana adalah memuat sketsa, gagasan yang memberikan gambaran pekerjaan yang meliputi pembagian ruang, rencana pelaksanaan dan lain-lain. Semua disesuaikan dengan kepentingan dan keinginan pihak owner

Tugas dan kewajiban konsultan perencana adalah sebagai berikut : a. Membuat skema / konsep pemikiran awal (maksud dan tujuan).

b. Design dari pra-direncanakan (situasi, denah, elevasi dan pemotongan). Termasuk data lapangan kerja investigasi / kondisi lokal / lingkungan, bekerja untuk menyiapkan proposal (deskripsi dari kebutuhan lokal).

c. Setelah proses penawaran pekerjaan (tender) selesai. Maka konsultan perencana harus membuat sebuah implementasi dari kolom foto dan detail gambar rencana (deskripsi dari Rencana Kerja dan Syarat). Berikut penjelasan dari gambar rencana dan detail pekerjaan (Aanwijsing).

d. Melakukan pengawasan berkala (eksekusi kesesuaian gambar rencana pekerjaan di lapangan, dan mengukur kesesuaian dalam hal arsitektur).

3. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima dan menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah tersedia dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan dalam kontrak. Dalam proyek ini yang bertindak sebagai kontraktor adalah CV. REKSA UTAMA yang beralamat di Jl. Jend. Soedirman 263, Purwokerto.


(21)

Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek, dan dapat berkomunikasi langsung dengan konsultan pengawas baik didalam maupun diluar lapangan. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor akan didampingi oleh konsultan pengawas yang telah dipilih oleh pemilik proyek. Hal ini akan memudahkan kontraktor dengan konsultan pengawas dalam mengonsultasikan segala kendala yang ada dilapangan dan mengubah gambar rencana jika memang diharuskan.

Tugas dan kewajiban kontraktor adalah sebagai berikut :

a. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pelaksanaan suatu pekerjaan demi mempermudah pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan.

b. Menyiapkan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, serta kualitas pekerjaan dan kemampuan pekerjaan. c. Menyimpan semua perlengkapan dan bahan dari kehilangan dan

kerusakan, serta melindungi pekerja sampai pada waktu serah terima pekerjaan.

d. Mengikuti dan menghadiri rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh konsultan pengawas secara rutin.

e. Melaporkan hasil pekerjaan kepada manajemen konstruksi yang memuat laporan tentang pelaksanaan pekerjaan, prestasi kerja yang telah dicapai, jumlah tenaga kerja yang digunakan, jumlah bahan yang masuk, keadaan cuaca, dan lain-lain.

f. Mempunyai hak untuk meminta pengunduran waktu penyelesaian pembangunan dengan memberi alasan yang logis dan sesuai dengan


(22)

g. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

h. Selalu berkonsultasi dan memberitahukan setiap permasalahan yang ada kepada kosultan pengawas.

i. Menerima pembayaran sesuai dengan prosedur kontrak yang telah disetujui.

j. Bertanggung jawab atas risiko terjadinya kerusakan perlengkapan, bahan, dan pekerjaan termasuk terjadinya kebakaran, kerusuhan, pencurian, dan keselamatan kerja.

k. Bertanggung jawab penuh terhadap hasil pelaksanaan kerja. l. Menyerahkan pekerjaan apabila telah selesai dilaksanakan. 4. Supervisor

Supervisor adalah badan/orang yang telah ditunjuk oleh pemilik proyek untuk membantu dalam mengelola pelaksanaan suatu pekerjaan pembangunan, mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut. Pada dasarnya, supervisor ditunjuk untuk mengatur dan mengawasi segala pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor agar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya serta agar dapat tercapainya mutu pekerjaan secara maksimal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Supervisor akan memberikan laporan harian, mingguan dan bulanan mengenai pelaksanaan pembangunan proyek kepada pemilik proyek. Supervisor akan mengawasi pekerjaan kontraktor yang meliputi kualitas, kecepatan waktu, dan biaya. Supervisor dalam proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini adalah PT. ARSI GRANADA MUDA. Orang yang


(23)

ditunjuk menjadi supervisor dari PT. ARSI GRANADA MUDA dalam proyek ini adalah Bpk Ir. Arbowiyoso.

Adapun tugas supervisor, yaitu :

a. Melakukan pengawasan pekerjaan yang ada dilapangan. b. Menyesuaikan dengan isi kontrak.

c. Menanggapi segala masalah pekerjaan dari customer / kontraktor apabila ada pertanyaan atas proses pekerjaan.

d. Mempertimbangkan hasil pekerjaan / mengecek pada badan tertentu. e. Mengevaluasi kemajuan pekerjaan, hubungannya dengan banyaknya

biaya yang telah dikeluarkan serta menyetujui berita acara setiap langkah pekerjan yang akan dimulai.

f. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan.

II.3. Hubungan Kerja

Dari ke empat unsur tersebut, masing-masing memiliki hubungan kerja dan peranan penting. Dalam hal ini, bentuk-bentuk hubungan kerja dapat bersifat ikatan kontrak, hubungan koordinasi, ataupun perintah. Hubungan Kerja antara pihak-pihak terkait dapat dilihat pada skema berikut:

PEMILIK PROYEK ( OWNER )

KONSULTAN PERENCANA

KONTRAKTOR

SUPERVISOR

Keterangan :


(24)

Gambar 2.1 Hubungan Kerja

Dari skema diatas, dapat dijelaskan bahwa hubungan antara pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut :

1. Hubungan Antara Owner dengan Supervisor

Pemilik (owner) memberikan imbalan biaya atas jasa pengawasan yang dilakukan oleh supervisor. Hubungan ini telah diikat dalam sebuah kontrak. Pemilik juga berwenang untuk meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan.

2. Hubungan Antara Owner dengan Konsultan Perencana

Konsultan perencana memberikan jasa / hasil karyanya kepada pemilik (owner) dan kemudian mendapat balasan berupa biaya dari pemilik (owner). Hubungan kerja ini telah terikat dalam sebuah kontrak.

3. Hubungan Antara Owner dengan Kontraktor Pelaksana

Pemilik (owner) memberikan biaya pelaksanaan kepada kontraktor dan kontraktor menyerahkan hasil pelaksanaan. Hubungan kerja ini juga telah diikat dengan sebuah kontrak. Dan untuk melakukan hubungan kerja tersebut, kontraktor harus melalui Project Management.

4. Hubungan Antara Kontraktor Perencana dengan Sub-Kontraktor

Kontraktor utama meminta bantuan kepada sub-kontraktor untuk pekerjaan yang harus di sub kan. Dan kontraktor utama melakukan pengawasan atas pekerjaan sub-kontraktor tersebut.

5. Hubungan Antara Konsultan Perencana dengan Supervisor

Konsultan perencana dan supervisor saling berkonsultasi mengenai perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Hubungan kerja ini telah terikat oleh kontrak.


(25)

Supervisor bertugas untuk mengontrol realisasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana, agar sesuai dengan persyaratan yang ada.

II.4. Struktur Organisasi

Dalam sebuah perusahaan konstruksi, struktur organisasi adalah hal yang wajib dibuat agar target pekerjaan dapat dicapai secara efisien dan efektif sesuai dengan jumlah dan tugasnya melalui koordinasi dan didukung oleh tenaga ahli. Dalam pelaksanaan suatu proyek, Direktur menyerahkan tugasnya kepada Kepala Proyek (Site Manager) yang dibantu oleh staff dan tenaga pelaksana lapangan yang sesuai dengan bidangnya.

Kepala proyek bertugas untuk memimpin dan mengatur kegiatan proyek, baik dalam hal administrasi, teknik dan lain-lain dengan dibantu oleh staffnya yang tergabung dalam satu tim kerja. Hal-hal tersebut adalah : a. Untuk masalah teknik engineering dan quality control, kepala proyek

dibantu oleh Site Engineer beserta staffnya.

b. Untuk urusan logistik & administrasi proyek / lapangan, dibantu oleh bagian logistik & administrasi proyek / lapangan.

c. Dilapangan, kepala proyek dibantu oleh pelaksana lapangan.

Secara organisasi pekerjaan, kepala proyek bertanggung jawab penuh terhadap Direksi CV. REKSA UTAMA. Dengan adanya sistem organisasi tersebut, maka pelaksanaan proyek akan berjalan dengan lancar dan pekerjaan akan dapat terselesaikan dalam waktu dan mutu yang ditententukan.


(26)

Adapun organisasi proyek pada pelaksanaan Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman adalah sebagai berikut :

DIREKTUR SURYONO

Site Manager Glinggang Setiyoko, S.T.

Pelaksana Amer Riyan Purdianto

Logistik & Administrasi Proyek / Lapangan

Siti Nurhayati

Pekerja

Keterangan :

: Garis Koordinasi : Garis Perintah

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek

1. Direktur

Direktur adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin sebuah PT/CV. Direktur dapat berupa seseorang yang memiliki perusahaan tersebut atau seorang professional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan memimpin perusahaan tersebut. Direktur dari CV. Reksa Utama yang menangani proyek ini adalah Bpk. Suryono.

Berikut ini adalah tugas dari seorang direktur :

 Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan.


(27)

 Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (site manager).

 Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.

 Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.

2. Site Manager

Site Manager adalah orang yang bertugas sebagai koordinator pelaksana pekerjaan dilapangan. Orang yang bertugas sebagai Site Manager dalam proyek ini adalah Bpk. Glinggang Setiyoko, S.T. Adapun tugas dari Site Manager adalah sebagai berikut :

 Mengoordinasi tugas teknik, pelaksana, urusan logistik, dan administrasi keuangan.

 Mengurus berita pelaksana pekerjaan serta mengetahui dan menandatangani laporan hasil pekerjaan.

 Mengatur dan memberi alternatif pemecahan masalah jika terjadi penyimpangan dari ketentuan yang ada didalam proyek serta mengawasi kualitas dan kuantitas setiap jenis pekerjaan.

3. Pelaksana

Adapun orang yang bertugas sebagai Pelaksana Sipil adalah Bpk. Amer Riyan Purdiyanto. Tugas dari Pelaksana adalah :

 Mengawasi pekerjaan konstuksi menurut gambar rencana.

 Mengamati kualitas dan kuantitas pekerjaan dilapangan.

 Memeriksa kesesuaian pekerjaan antara perencanaan dengan aplikasi dilapangan.

 Membuat kesimpulan dan catatan kemajuan proyek. 4. Logistik dan Administrasi Proyek / Lapangan

Logistik adalah orang yang bertugas untuk mengurusi pengadaan dan penggunaan bahan dan peralatan kerja untuk proyek. Adapun orang


(28)

yang bertugas sebagai logistik dalam proyek ini adalah Ibu. Siti Nurhayati.

Tugas dan tanggung jawab dari bagian Logistik dan Adminstrasi Proyek / Lapangan adalah sebagai berikut :

 Bertanggung jawab atas aspek komersil proyek, seperti pengurusan jaminan, asuransi, perpajakan dan tagihan.

 Bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pemeliharaan fasilitas yang berada di proyek.

 Mengatur pengadaan material dan sewa peralatan.

 Memahami jenis-jenis bahan yang digunakan, agar sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki.

 Melaksanakan sistem prosedur permintaan bahan, penerimaan dan pengeluaran bahan.

 Melaporkan secara periodik segala pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan proyek.

5. Mandor

Mandor adalah orang yang diberikan wewenang oleh kontraktor dan bertugas penuh untuk mengawasi jalannya pekerjaan proyek.

6. Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah orang yang melaksanakan pekerjaan konstruksi dan bekerja dibawah arahan mandor.

II.5. Rencana Kerja

Rencana Kerja merupakan salah satu bagian penting bagi kontraktor didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Rencana Kerja dimaksudkan agar pihak kontraktor dan pemilik proyek mengetahui dengan jelas dan pasti tentang lingkup pekerjaan dan waktu yang diberikan untuk masing-masing tahapan pekerjaan. Bentuk Rencana Kerja yang ada didalam proyek ini meliputi :


(29)

II.5.1. Time Schedule

Time Schedule adalah suatu bentuk rencana yang berupa tabel, dan berisi jenis-jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya suatu pekerjaan sampai berakhirnya pekerjaan tersebut. Tetapi pada umumnya, Time Schedule tidak memperhatikan masalah biaya dan kurang jelas menunjukkan hubungan antara jenis pekerjaan satu sama lain.

II.5.2. Kurva S

Kurva S merupakan grafik yang menyatakan hubungan antara bobot komulatif kemajuan pekerjaan dalam persen dengan waktu pekerjaan dalam satuan waktu. Kurva S juga membantu dalam mengamati perkembangan proyek setiap hari, sehingga akan memudahkan untuk mengetahui apabila terjadi kemunduran / keterlambatan dalam proyek. Kurva S juga dapat digunakan untuk menilai prestasi kerja kontraktor hingga masa berakhirnya proyek.

Namun, dalam keadaan asli dilapangan masih terjadi banyak permasalahan yang tidak sesuai dengan tahapan yang sudah direncanakan dalam Kurva S. hal ini tentunya akan semakin menambah keterlambatan dalam penyelesaian proyek. Permasalahan yang di timbulkan dapat berupa masalah teknik maupun non-teknis yang sukar diselesaikan.


(30)

Shop Drawing dibuat dengan tujuan agar tidak ada kesalahan serta untuk memperlancar jalannya pekerjaan. Dengan adanya gambar-gambar dan detail-detail lain, dimaksudkan untuk memperjelas dan memudahkan pelaksana untuk memahami design. Selain itu, shop drawing juga sangat disarankan jika terjadi perubahan gambar dari rencana semula, gambarnya pun harus lebih lengkap dan harus disertai persetujuan dari perencana dan pengawas.

II.6. Tenaga Kerja, Waktu Kerja, dan Upah Kerja

Pada umumnya, pengaturan tenaga kerja dari setiap kontraktor hampir sama dari segi waktu kerja, hanya saja mengenai sistem pengupahan masing-masing mempunyai peraturan sendiri-sendiri. Undang-undang yang mengatur mengenai tenaga kerja, waktu kerja dan upah kerja adalah undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Undang-undang ini mengatur segala hal yang berhubungan dengan ketenaga kerjaan mulai dari jam kerja, upah kerja, hak material, cuti, hingga kesehatan dan keselamatan kerja.

II.6.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam proyek ini dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Tenaga Kerja Tetap

Tenaga kerja tetap adalah karyawan yang sudah diangkat, dan mendapat gaji tetap dari kantor pusat.

2. Tenaga Kerja Harian

Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan berdasarkan kebutuhan pada suatu jenis pekerjaan tertentu. Jumlah tenaga kerja harian bergantung pada volume yang ada.


(31)

3. Tenaga Kerja Borongan

Tenaga kerja borongan adalah mandor beserta anak buahnya, yang mendapat upah berdasarkan prestasi kerja yang dilakukan. Mandor berkewajiban untuk mengatur anak buahnya yang disesuaikan kebutuhannya dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

II.6.2. Waktu Kerja

Waktu Kerja yang berlaku pada proyek ini adalah dari hari senin-minggu, mulai pukul 08.00-16.30 WIB, dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00. Dalam proyek ini juga terdapat waktu lembur yang waktunya mengikuti perkembangan proyek. Waktu libur proyek ini disesuaikan dengan pekerja.

II.6.3. Upah Kerja

Pelaksanaan pembayaran upah pada tenaga kerja yang bekerja dalam proyek ini adalah sebagai berikut :

1. Upah karyawan dibayarkan setiap akhir bulan.

2. Upah mandor dibayarkan setiap hari sabtu melalui bagian administrasi proyek.

3. Upah tenaga kerja dibayarkan setiap hari sabtu melalui mandor, setelah mandor mendapatkan upah dari bagian administrasi.


(32)

BAB III

ALAT DAN BAHAN PROYEK

III.1. Tinjauan Umum

Keberhasilan suatu proyek ditentukan dari pekerjaan-pekerjaan teknis yang baik di lapangan dan juga memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu ASTM (America Society fot Testing & Material), SNI, PBI, NI. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik serta penggunaan tenaga pelaksana yang terampil dan berpengalaman.

Penyediaan bahan harus selalu terkontrol, disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang ada ataupun akan berlangsung, sehingga tercipta ketepatan waktu pekerjaan dan kelancaran. Peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk mempercepat proses pelaksanaan suatu pekerjaan atau tahapan yang sedang berlangsung didalam proyek. Peralatan juga membantu menyelesaikan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh tenaga manusia. Penggunaan alat-pun tidak boleh sembarangan, alat-alat tersebut harus memiliki sertifikat uji dari ISO 9001-2002 dan mendapatkan ijin dari Departemen Tenaga Kerja.

Alat kerja memiliki pernanan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Alat-alat kerja membantu melakukan pekerjaan yang memang tenaga manusia tidak mencukupi untuk melakukannya. Disamping itu, penggunakan alat kerja juga bisa mempersingkat waktu, mempermudah dan


(33)

meningkatkan efektifitas pelaksanaan suatu pekerjaan. Karenanya, perawatan alat kerja harus selalu diperhatikan dan dilakukan agar alat kerja bisa tahan lama dan terjaga dari kerusakan.

III.2. Bahan-bahan Konstruksi

Bahan konstruksi merupakan salah satu komponen penting dalam terciptanya keberhasilan suatu proyek, ketepatan waktu pengiriman bahan dan penggunaan bahan yang efisien akan dapat meningkatkan efektifitas kerja di dalam proyek. Selain itu, pemilihan bahan konstruksi juga harus diperhatikan, mulai dari segi kualitas bahan hingga kuantitasnya. Dengan pemilihan kualitas bahan konstruksi yang baik maka akan didapatkan hasil yang sesuai dengan standar rencana. Penyimpanan bahan konstruksi juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi penurunan kualitas yang disebabkan karena faktor cuaca dan lamanya penyimpanan. Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman, yaitu :

1. Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat merupakan material granular misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik (SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk


(34)

Agregat yang digunakan untuk pembuatan beton pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman yaitu agregat kasar dan agregat halus.

a. Agregat kasar

Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran 5-40 mm. agregat kasar adalah agregat yang lebih besar dari saringan No.88 (2,63 mm).

Syarat-syarat agregat kasar :

 Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan.

 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.

 Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat – zat yang reaktif terhadap alkali.

 Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.


(35)

Gambar 3.1 Split

Gambar 3.2 Batu Pecah

b. Agregat halus

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,00 mm (Nevil, 1997). Menurut SNI 02-6820-2002, agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir maksimum 4,75 mm. Pasir juga bisa diperoleh langsung dari alam tanpa harus masuk ke industri pemecah batu.


(36)

Adapun syarat-syarat agregat halus secara umum yang digunakan menurut SNI 03-6821-2002, antara lain :

 Pasir terdiri dari butir-butir tajam dan keras.

 Butir-butir halus bersifat kekal artinya tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Sifat kekcal agregat halus dapat duji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10%.

 Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton.

Gambar 3.3 Pasir

2. Baja

Baja yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman adalah baja untuk beton bertulang.

Berdasarkan bentuknya, baja tulangan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :


(37)

a. Baja tulangan polos

Baja tulangan polos adalah baja yang memilik tulangan polos, tidak bersirip dan biasa disingkat dengan BJTP.

Gambar 3.4 Baja Tulangan Polos

b. Baja tulangan sirip (deform)

Baja tulangan sirip adalah baja yang permukaan tulangannya memiliki sirip melintang dan berguna untuk meningkatkan daya lekat tulangan baja dengan beton. Baja tulangan sirip biasa disingkat dengan BJTD.

Gambar 3.5 Baja Tulangan Sirip

3. Beton Ready Mix

Beton ready mix digunakan pada saat pengecoran dak lantai 2 dan plat atap. Untuk pengecoran kolom, pondasi, dan balok menggunakan


(38)

beton yang di campur sendiri dengan mesin. Keuntungan dari pengunaan beton rady mix adalah sebagai berikut :

a. Jaminan keseragaman mutu beton.

b. Efektifitas dan efisiensi kerja dalam pelaksanaan.

Beton ready mix pada proyek ini didatangkan langsung dari PT. GRAHA MUSTIKA MULYA.

4. Beton Decking

Beton Decking adalah beton yang dibentuk sedemikian rupa dan juga ukuran tertentu yang berfungsi sebagai penyangga supaya besi tulangan tidak bergeser karena defleksi. Beton decking biasanya dibuat dengan ukuran 3 cm dan biasanya digunakan juga dalam menentukan tebal selimut beton.

Gambar 3.6 Beton Decking

5. Air

Air digunakan pada saat pembuatan beton, air berfungsi sebagai pencampur antara semen, pasir dan kerikil sehingga mengalami proses kimiawi. Jika dibandingkan dengan air yang memiliki mutu standar /


(39)

suling, beton yang berumur 7 hari atau 28 hari dengan air yang tidak memenuhi syarat mutu, maka kekuatan beton tidak boleh kurang dari 90% (PB 1989:9). Air dalam proyek ini diambil dari sumur yang berada didekat proyek.

6. PC (Portland Cement)

Semen adalah bahan perekat yang berfungsi untuk merekatkan agregat baik kasar maupun halus dengan ditambah air. Semen yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman adalah semen BIMA yang tempat produksina berada di ajibarang. Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya menggunakan jenis semen yang memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan, akan lebih baik jika menggunakan kualitas semen yang sama atau sejenis.

Cara menyimpan semen yang baik adalah sebagai berikut : a. Semen harus disimpan di ruangan tertutup.

b. Kemasan semen disusun secara bersilangan.

c. Jangan disusun terlalu rapat, berikan sedikit rongga antar semen untuk sirkulasi udara.

d. Jangan simpan semen terlalu lama, sebaiknya langsung digunakan setelah di beli, atau dengan kata lain gunakan semen secukupnya, beli kembali jika sudah habis.

e. Jaga kebersihan ruangan tempat menyimpan semen. f. Tetap letakan semen di tempat yang terlindung.


(40)

Gambar 3.7 Portland Cement

7. Bendrat

Bendrat adalah bahan yang digunakan untuk mengikat baja satu dengan lainnya pada saat penulangan. Bendrat terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm yang digunakan pada proyek ini.

Gambar 3.8 Bendrat

8. Kayu

Kayu dapat digunakan sebagai bahan bangunan sesuai dengan kebutuhannya. Kayu mempunyai beragam jenis dan bentuknya masing-masing, ada yang berbentuk papan, glondongan, batangan dan lain


(41)

sebagainya. Kayu biasanya digunakan sebagai perancah atau sebagai penguat multiplex dalam membuat bekisting.

Kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Kualitas baik, tua, tidak ada getah, kering, tidak ada celah dan cacat lainnya.

b. Kelembaban kayu kurang dari 15 %.

c. Penggunaan kayu untuk konstruksi harus disesuaikan dengan jenis pekerjaannya agar tidak terjadi pemborosan.

Gambar 3.9 Kayu

9. Batu Bata

Batu bata adalah salah satu bahan konstruksi yang terbuat dari tanah liat yang di bakar pada suhu tinggi sehingga tidak mudah hancur.

Batu bata yang baik biasanya terdiri dari pasir silika, tanah liat dan air yang di campur dengan perbandingan tertentu. Penambahan air berfungsi sebagai pembuat sifat plasis. Sifat plastis ini bertujuan agar batu bata mudah dicetak, batu bata yang baik juga tidak akan susut saat


(42)

pengeringan, retak-retak maupun melengkung. Batu bata dalam proyek ini didatangkan langsung dari adipala, cilacap.

Gambar 3.10 Batu Bata

10. Bambu

Bambu adalah salah satu bahan konstruksi yang sering digunakan sampai sekarang. Dalam suatu proyek pembangunan umumnya menggunakan bambu untuk menyangga balok dan plat lantai pada saat dicor. Bambu yang sering digunakan adalah bambu yang sudah tua dan berwarna hijau kecoklatan.

Gambar 3.11 Bambu

11. Multiplex

Multiplex merupakan bahan konstruksi yang digunakan sebagai bekisting pada proses pengecoran beton bertulang, hal ini bertujuan agar beton dapat terbentuk dengan baik sesuai dengan ketentuan, baik


(43)

dari segi selimut beton maupun ketebalan beton bertulang. Multiplex yang digunakan sebagai bekisting biasnya mempunyai ketebalan + 1,2 cm dengan pemaiakan maksimal yaitu 2 kali.

Sebelum pengecoran, multiplex dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk bekisting. Kemudian bekisting dipasangkan ke tulangan beton yang telah siap untuk di cor. Perancah yang digunakan untuk menahan bekisting ini adalah menggunakan kayu berukuran 5/7 ataupun bambu. Dalam proyek ini, multiplex yang digunakan adalah ukuran 1,2 cm.

Gambar 3.12 Multiplex

12. Kusen

Kusen merupakan sebuah rangka yang terbuat dari kayu, yang digunakan sebagai pengantung (memasang) daun pintu / jendela, oleh


(44)

Kusen yang digunakan pada proyek ini yaitu kusen kayu :

Gambar 3.13 Kusen Kayu

13. Rangka Hollow

Rangka hollow merupakan sebuah rangka untuk plafond yang terbuat dari besi hollow atau material lain yang sejenis. Dan bisa dikatakan bukan terbuat hanya dari besi, melainkan dari campuran alumunium, atau galvanis atau material lain yang memiliki unsur hollow. Disebut hollow karena material tersebut memiliki kekosongan atau lubang pada bagian tengahnya.

Gambar 3.14 Hollow Galvalum


(45)

Plafond atau langit-langit adalah bagian dari bangunan yang merupakan pelengkap konstruksi atap (pembatas dari bangunan dengan konstruksi atap). Fungsi utama dari plafond adalah sebagai penahan peramban (peredam) panas dari atap, sebagai akustik (penahan suara), dan sebagai finishing (keindahan).

Plafond yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman adalah Gypsumboard dan Kalsiboard. Gypsumboard adalah plafond untuk daerah kering dan terhindar dari lembab/air. Sedangkan Kalsiboard adalah plafond untuk daerah lembab seperti kamar mandi dan plafond diluar ruangan.


(46)

Gambar 3.16 Kalsiboard

Gambar 3.17 Plafond

15. Genteng

Genteng adalah bahan yang digunakan untuk menutup atap suatu bangunan. Selain sebagai penutup atap, genteng juga berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari dan hujan. Genteng yang diguanakan pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini adalah genteng jenis Keramik yang didatangkan langsung dari kebumen.

Gambar 3.18 Genteng


(47)

Rangka Baja digunakan sebagai rangka atap. Rangka Baja ini dipasang sebagai penopang untuk genteng sebagai penutup atap.

Gambar 3.19 Rangka Baja

17. Keramik

Keramik adalah bahan yang digunakan sebagai penutup lantai. Keramik terdiri dari tiga jenis, yaitu keramik biasa, keramik marmer dan keramik granit. Keramik yang digunakan pada proyek ini adalah keramik granit, dengan ukuran 60x60 cm2.


(48)

III.3. Alat-alat Konstruksi 1. Dump Truck

Dump Truck merupakan salah satu alat atau kendaraan bermotor yang digunakan untuk mengangkut material konstruksi.

Gambar 3.21 Dump Truck

2. Concrete Pump

Concrete Pump adalah alat yang berguna untuk mengangkut beton ready mix dari mixer truck ke tempat pengecoran. Penggunaan concrete pump sendiri bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu pengecoran. Concrete pump sangat berguna pada saat pengecoran gedung-gedung tinggi atau lokasi yang sulit dijangkau. Ada beberapa bagian dari alat ini, diantaranya mesim pemompa yang dilengkapi dengan penggerak berupa mesin diesel, pipa-pipa berdiameter 15 cm serta klem untuk menyambungkan pipa tersebut.


(49)

Gambar 3.22 Concrete Pump

3. Mixer Truck

Mixer Truck adalah truck khusu yang dilengkapi dengan concrete mixer dengan kapasitas bervariasi, yaitu kapasitas 5; 5,5; dan 6 m3.

Truck ini mengankut beton ready mix dari tempat pencampuran beton (batching plan) sampai ke tempat pengecoran. Selama pengangkutan berlangsung, truck ini terus berputar mengaduk beton yang ada didalam concrete mixer searah jarum jam dengan kecepatan 9-12 putaran per menit agar adukan beton tersebut terus homogeny dan tidak mengeras.


(50)

4. Pemotong Tulangan (Bar Cutter)

Bar Cutter adalah suatu alat pemotong yang biasanya digunakan untuk memotong tulangan beton, bar cutter biasa dioperasikan dengan listrik. Jumlah tulangan yang mampu dipotong dalam setiap tahap umumnya bervariasi antara 5 sampai 10 tulangan, tergantung dari besarnya diameter tulangan yang akan dipotong.

Gambar 3.24 Bar Cutter

5. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)

Pembengkok Tulangan merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti pembengkokkan tulangan sengkang, pembongkokkan untuk sambungan tulangan kolom, dan juga pembengkokkan tulangan balok dan plat.


(51)

Gambar 3.25 Bar Bender

6. Concrete Vibrator

Concrete Vibrator adalah alat penggetar mekanik yang berfungsi untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras, dengan adanya alat penggetar ini diharapkan agar beton tidak berongga, sehingga dapat dihasilkan beton padat dan bermutu.

Gambar 3.26 Concrete Vibrator


(52)

Cara operasionalnya adalah dengan menggabungkan setiap bagian atas dengan bagian bawah, sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga sementara.

Gambar 3.27 Scaffolding

8. Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder)

Alat catak benda uji beton berfungsi sebagai cetakan dalam pembuatan sampel uji beton. Setiap proses produksi beton, akan diambil sampel untuk uji beton. Setelah itu, tiap hasil uji beton diberi nama sesuai dengan lokasi dan tipe/mutu betonnya.


(53)

Gambar 3.28 Alat Cetak Uji Beton

9. Alat Ukur (Meteran)

Meteran adalah alat ukur yang biasa digunakan dalam proyek. Alat ini digunakan untuk beberapa pekerjaan dilapangan, seperti pada saat pengukuran bouplank dan sebagainya. Alat ini mempunyai jenis yang banyak dengan ukuran yang kecil, namun alat ini sangat berfungsi guna mendapat pengukuran yang terbaik.


(54)

Alat ini digunakan untuk mencampur adonan beton, agar mendapat hasil adonan yang baik dalam waktu yang singkat dan tenaga yang sedikit. Alat ini berbeda dengan Car Mixer, alat ini hanya mampu mengolah adonan beton dengan jumlah yang relative sedikit. Molen beroperasi menggunakan mesin diesel dengan bahan bakar solar. Berikut adalah cara kerja atau pemakaian Molen :

1. Nyalakan mesin molen

2. Bersihkan drum pengaduk dari kotoran yang ada dengan menggunakan air. Hal ini akan sangat mempengaruhi kualitas beton. 3. Takar semua bahan yang akan digunakan, sesuaikan dengan takaran

yang telah di tentukan.

4. Masukan bahan-bahan kedalam drum pengaduk secara perlahan, dengan urutan pasir, semen, air dan yang terakhir split jika itu diperlukan. Pastikan adonan tercampur rata dan menjadi homogen. Adapun lama proses pengadukan yaitu tergantung pada :

a. Kapasitas drum pengaduk (750 kg atau +0,5 m3).

b. Banyaknya adukan.

c. Komposisi bahan yang digunakan. d. Air yang digunakan.

5. Setelah adukan terampur merata dan menjadi homogen, selanjutnya adukan akan dituangkan kedalam wadah, baru kemudian dimasukan kedalam ember atau gerobak untuk dibawa ketempat yang membutuhkan.


(55)

Gambar 3.30 Molen

11. Bekisting

Bekisting adalah alat yang digunakan untuk mencetak beton. Bekisting biasanya terbuat dari kayu, multiplex ataupun besi, bentuknya pun beragam, tergantung ukuran beton yang diinginkan.

Gambar 3.31 Bekisting

12. Gerenda Mesin

Alat ini digunakan oleh tukang keramik atau tukang baja ringan, alat ini sangat membantu dalam memotong baja ataupun keramik pada


(56)

Gambar 3.32 Gerenda Mesin

13. Bor

Bor digunakan untuk melubangi bahan bangunan seperti plat baja ataupun alumunium dan juga bahan lain yang memerlukan lubang dalam pemasangannya.

Gambar 3.33 Bor

14. Ayakan

Ayakan adalah alat yang digunakan untuk mengayak atau menyaring pasir, guna mendapatkan pasir yang diinginkan dan terpisah dari kotoran ataupun agregat kasar lain seperti batu.


(57)

Gambar 3.34 Ayakan

15. Bor Mollar

Bor Mollar adalah alat yang digunakan untuk melubangi rangka baja. Bor Mollar adalah bor duduk dan beroperasi karena daya listrik. Bor Mollar mempunyai daya maghnet yang seolah-olah mengunci Bor Mollar dengan Rangka Baja yang akan dilubangi.


(58)

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

IV.1. Tinjauan Umum

Dalam pembangunan sebuah proyek, hal yang paling utama yang harus dilakukan adalah perencanaan, yang nantinya perencanaan ini akan diwujudkan melalui pelaksanaan. Pelaksanaan adalah tahap penting yang membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaaan yang baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang baik dan tepat waktu sesuai dengan apa yang telah direncakan.

Tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menetukan berhasil atau tidaknya suatu proyek, oleh karenanya sebelum melakukan tahap pelaksanaan diwajibkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana professional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik, serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

Langkah awal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan adalah kontraktor harus memiliki dokumen awal perencanaan, seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS, dan dokumen lainnya. Selanjutnya kontraktor harus membuat shop drawing sebagai gambar detail pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar perencanan dari konsultan perencana.


(59)

Bab ini akan membahas secara detail mengenai pelaksanaan proyek selama kerja praktek. Pekerjaan yang diamati ini meliputi struktur bawah dan juga struktur atas termasuk didalamnya sloof, kolom, balok dan plat, pembuatan tangga dan balok plat atap.

IV.2. Pekerjaan Struktur Bawah

Pekerjaan Struktur Bawah adalah pekerjaan yang meliputi pembuatan pondasi bangunan. Pondasi yang digunakan pada proyek ini adalah pondasi footplate dengan kedalaman 3 m. Langkah-langkah pembuatan pondasi ini adalah sebagai berikut :

1. Penulangan pondasi

Pekerjaan penulangan pondasi dilakukan setelah pembuatan lubang pondasi selesai dilakukan, pemotongan, pembengkokan dan perangkaian tulangan pondasi dilakukan dilapangan dengan menggunakan alat tukang.

Pekerjaan penulangan footplate pada proyek ini terdiri dari dua tipe, yaitu :

a. Tipe F.pA dengan ukuran dimensi 175x175 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : D16-(150) : Tulangan Sengkang : Ø10-(150) b. Tipe F.pB dengan ukuran dimensi 110x110 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : D16-(150) : Tulangan Sengkang : Ø10-(150)

2. Pemasangan bekisting

Pemasangan bekisting pondasi dilakukan setelah perangkaian dan pemasangan tulangan pondasi selesai dikerjakan. Pembuatan bekisting dilakukan dilapangan sesuai dengan ukuran dimensi pondasi yang diinginkan. Bekisting pondasi terbuat dari papan dengan tebal + 2 cm


(60)

bekisting dipasang, tulangan pondasi di ganjal dengan beton decking dan pastikan bahwa kondisi pondasi sudah samarata dengan pondasi yang lain, baik ketinggian maupun kelurusannya.

3. Pengecoran

Proses pengecoran pondasi dilakukan setelah pemasangan bekisting dilakukan, namun bekisting dan tulangan harus terlebih dahulu di cek untuk mengetahui apakah ada kekurangan atau tidak.

Urutan pengecoran pondasi adalah sebagai berikut :

a. Beton dikeluarkan dari molen dan dibawa menggunakan ember dan atau gerobak dorong kelokasi pengecoran.

b. Berikutnya, beton dituangkan kedalam bekisting menggunakan ember. c. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan kayu atau papan.

4. Pelepasan bekisting

Pelepasan bekisiting dalam proyek ini adalah setelah beton berumur sekitar + 2 hari setelah pengecoran.

IV.3. Pekerjaan Struktur Atas IV.3.1. Pekerjaan Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak diatas pondasi. Sloof merupakan konstruksi beton bertulang yang biasanya terdapat dalam pembuatan rumah atau gedung, dan posisinya berada di lantai 1. Tahapan dalam pembuatan sloof ini meliputi pembesian sloof, pemasangan bekisting sloof, pengecoran sloof dan pembongkaran bekisting sloof.


(61)

Pekerjaan penulangan sloof pada proyek ini mempunyai 2 tipe, yaitu :

a. Tipe 1 menyatu dengan K3 dengan ukuran dimensi 15/20 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 4 Ø12 Tulangan Sengkang : Ø6-150 b. Tipe 2 dengan ukuran dimensi 20/25 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 2 Ø16

Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150) c. Tipe 3 dengan ukuran dimensi 25/35 cm2

 Detail Penulangan : Tulangan Utama : 3 Ø16

Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150)

2. Pemasangan bekisting sloof

Pemasangan bekisting sloof dilakukan setelah pekerjaan penulangan sloof selesai. Sebelum itu bekisting untuk sloof telah terlebih dahulu dibuat dilapangan sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan. Bahan yang digunakan untuk membuat bekisting sloof adalah multiplex tebal 15 mm dan kayu ukuran 5/7. Setelah semuanya siap, bekisting sloof dibawa ketempat sloof untuk segera dipasangankan. pemasangan bekisting sloof hampir sama dengan pemasangan bekisting pondasi, dengan langkah sebagai berikut :

a. Pembersihan multilek.


(62)

3. Pengecoran sloof

Dengan cara yang hampir sama dengan proses pengecoran pondasi, berikut adalah urutan dalam pengecoran sloof :

a. Beton dikeluarkan dari molen dan dibawa menggunakan ember dan atau gerobak dorong kelokasi pengecoran.

b. Berikutnya, beton dituangkan kedalam bekisting meng-gunakan ember.

c. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan kayu.

d. Pembongkaran bekisting sloof

Pembongkaran bekisting sloof dilakukan setelah beton berumur + 2 hari setelah pengecoran. Hal ini dilakukan agar beton cukup keras dan tidak hancur saat di injak.

IV.3.2. Pekerjaan Kolom

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pengerjaan kolom, diantaranya penulangan kolom, pemasangan bekisting kolom, pengecoran kolom dan pembongkaran bekisting kolom.

1. Penulangan kolom

Pekerjaan penulangan kolom pada proyek ini terdiri dari 6 tipe, yaitu :

a. Tipe K1 dan K1' dengan ukuran dimensi 30x50 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 14 D19 Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150)

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 14 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150) b. Tipe K2 dengan ukuran dimensi 30x30 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 8 D19

Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150) c. Tipe K3, Sloof 15/20 dengan ukuran dimensi 15x20 cm2


(63)

Tulangan Sengkang : Ø6-150 d. Tipe K4 dengan ukuran dimensi 30x30 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 8 Ø16

Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150) e. Tipe Kp.1 dengan ukuran dimensi 12x12 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 4 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø6-150 f. Tipe Kp.2 untuk pipa dengan ukuran dimensi 16x12 cm2

 Detail penulangan : Tulangan Utama : 4 Ø8 Tulangan Sengkang : Ø6-200

Pertama potong dan bengkokan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan bentuk dan panjang yang diinginkan. Kemudian, potong dan bentuk begel sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu, bawa tulangan dan begel ke lokasi pembesian. Pasang tulangan dan masukan begel untuk di rangkai sedemikian rupa dengan cara diikat menggunakan bendrat.

Pekerjaan pembesian balok dan plat lantai dilakukan serentak oleh 5-7 pekerja, hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu pekerjaan.

2. Pemasangan bekisting kolom

Bekisting kolom dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang akan di cor. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bekisting kolom adalah multiplex dengan tebal 15 mm, dan kayu ukuran 5/7 untuk menahan bekisting agar tidak jebol saat pengecoran. Pembuatan bekisting kolom dilakukan di lokasi proyek dengan disesuaikan dengan tinggi dan lebar kolom yang akan di cor. Setelah penulangan kolom selesai dilakukan


(64)

pemasangan bekisting. Langkah-langkah pemasangan bekisting adalah sebagai berikut :

a. Pembersihan multilek.

b. Pemindahan bekisting ke lokasi pengecoran.

c. Pemasangan bekisting kolom sesuai posisi yang ditentukan.

3. Pengecoran kolom

Proses pengecoran kolom dilakukan manual dengan bantuan ember dan gerobak dorong serta timba pada saat pengecoran kolom dilantai dua.

Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :

a. Beton dikeluarkan dari molen dan dibawa menggunakan ember dan atau gerobak dorong kelokasi pengecoran.

b. Berikutnya, beton dituangkan kedalam bekisting meng-gunakan ember.

c. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan kayu.

4. Pekerjaan kolom lantai 1

Pekerjaan pengecoran kolom lantai 1 dilakukan secara bertahap, setelah proses pengecoran plat lantai selesai. Mutu beton yang digunakan untuk kolom pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini adalah K-225.

5. Pekerjaan kolom lantai 2

Sama halnya dengan pekerjaan pengecoran kolom lantai 1, proses pekerjaan pengecoran kolom lantai 2 juga dilakukan secara bertahap setelah pembuatan plat lantai selesai. Mutu beton yang digunakan untuk kolom pada lantai 2 juga menggunakan K-225.


(65)

Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap sudah cukup keras. Pada proyek ini bekisting kolom dilepas setalah berumur 2x24 jam setelah pengecoran.

IV.3.3. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Pekerjaan balok dan plat lantai dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi dan kolom selesai dilakukan. Pekerjaan balok dan plat lantai meliputi beberapa hal, diantaranya pembesian balok dan plat lantai, pemasangan bekisting balok dan plat lantai, pengecoran balok dan plat lantai, serta pembongkaran bekisting balok dan plat lantai.

1. Penulangan balok dan plat lantai

Pekerjaan pembuatan tulangan balok dan plat lantai pada proyek ini terdiri dari 6 tipe, yaitu :

a. Tipe B1 dengan ukuran dimensi 30x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan 1-1 : Tulangan Utama : 3 D16; 2 Ø12 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan 2-2 : Tulangan Utama : 3 D16; 2 Ø12 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

b. Tipe B2 dengan ukuran dimensi 30x80 cm2 dan 30x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A :

Tulangan Utama : 5 D22; 3 D22; 2 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø10-(50)

 Detail penulangan 2 potongan B-B :

Tulangan Utama : 5 D22; 3 D22; 2 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø10-(150)

 Detail penulangan 3 potongan C-C : Tulangan Utama : 5 D22; 2 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø10-(50)

 Detail penulangan 4 potongan D-D : Tulangan Utama : 3 D22; 2 D22


(66)

 Detail penulangan 1 potongan A-A :

Tulangan Utama : 5 D22; 3 D22; 2 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø10-(50)

 Detail penulangan 2 potongan B-B :

Tulangan Utama : 5 D22; 3 D22; 2 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø10-(150)

 Detail penulangan 3 potongan C-C : Tulangan Utama : 5 D22; 2 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø10-(50)

 Detail penulangan 4 potongan D-D : Tulangan Utama : 3 D16; 2 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

 Detail penulangan 5 potongan E-E : Tulangan Utama : 3 D16; 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

 Detail penulangan 6 potongan F-F : Tulangan Utama : 3 D16; 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

d. Tipe B.a dengan ukuran dimensi 30x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 2 D16; 2 Ø12 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan B-B :

Tulangan Utama : 3 D16; 2 D16; 2 Ø12 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

e. Tipe B.b dengan ukuran dimensi 25x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

f. Tipe B.c dengan ukuran dimensi 25x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

Pertama potong dan bengkokan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan bentuk dan panjang yang diinginkan. Kemudian, potong dan bentuk begel sesuai dengan gambar


(67)

rencana. Setelah itu, bawa tulangan dan begel ke lokasi pembesian. Pasang tulangan dan masukan begel untuk di rangkai sedemikian rupa dengan cara diikat menggunakan bendrat.

Pekerjaan pembesian balok dan plat lantai dilakukan serentak oleh 5-7 pekerja, hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu pekerjaan. Pekerjaan pembesian plat lantai dilakukan setelah proses pembesian balok selesai.

2. Pemasangan bekisting balok dan plat lantai

Bekisting balok dan plat lantai dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran balok dan plat lantai yang akan di cor. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bekisting balok dan plat lantai adalah multiplex dengan tebal 15 mm, dan kayu ukuran 5/7 untuk menahan bekisting agar tidak jebol saat pengecoran. Pembuatan bekisting balok dan plat lantai dilakukan di lokasi proyek menyesuaikan dengan panjang dan lebar balok dan plat lantai yang akan di cor. Setelah penulangan balok dan plat lantai selesai dirangkai dan bekisting telah selesai dibuat, maka selanjutnya adalah pemasangan bekisting.

Tahap-tahap pemasangan bekisting balok dan plat lantai adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan scaffolding atau bambu sebagai penyangga terhadap lantai dibawahnya.

b. Bersihkan bekisting balok dan plat lantai.


(68)

Perlu diketahui bahwa pekerjaan pemasangan bekisting plat lantai dilakukan setelah proses pemasangan bekisting balok selesai.

3. Pengecoran balok dan plat lantai

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada proses pengecoran balok dan plat lantai, diantaranya :

a. Pemeriksaan bekisting

Pengecekan posisi dan kondisi bekisting harus dilakukan untuk menghindari kesalahan saat pengecoran. Bekisting juga harus di tes kekuatannya, agar tidak terjadi pergeseran atau jebol karena tekanan saat proses pengecoran berlangsung.

b. Pemeriksaan tulangan

Jika bekisting sudah tertata dengan benar, tahap kedua yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tulangan. Tulangan harus dicek, apakah sudah selesai atau belum. Pemeriksaan tulangan ditujukan untuk mengetahui ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta pengaitan antar tulangan, sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang kuat dan sesuai dengann spesifikasi.

c. Pemberian beton decking

Setelah bekisting dan tulangan selesai diperiksa, maka hal terakhir yang harus dilakukan sebelum proses pengecoran adalah pemasangan beton decking, beton decking dipasang dengan tujuan agar posisi tulangan tidak goyah saat di cor dan sebagai penentu tebal selimut beton.


(69)

Pemberian besi keong dimaksudkan agar tulangan plat lantai tidak goyah dan melendut saat dicor.

Proses pelaksanaan pengecoran balok adalah sebagai berikut :

a. Setelah adonan beton selesai di buat, kemudian adonan beton dikeluarkan dan dibawa ke lokasi pengecoran dengan menggunakan ember.

b. Berikutnya, beton dituangkan kedalam bekisting, pastikan beton dituang secara merata.

c. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan kayu.

Proses pelaksanaan pengecoran plat lantai dilakukan setelah pelepasan bekisting balok, dengan urutan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pengecoran plat lantai menggunakan bantuan concrete pump untuk menyalurkan beton dari mixer truck ke tempat pengecoran.

b. Saat pengecoran, beton dipadatkan menggunakan concrete vibrator dengan maksud agar beton benar-benar padat.

c. Kemudian adukan diratakan menggunakan penggaruk dan kayu.

4. Pelepasan bekisting

Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dilakuan setelah + 7 hari kerja jika diatasnya tidak ada pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau plat tersebut. Proses pelepasan bekisting tersebut menggunakan alat linggis untuk membantu


(70)

IV.3.4. Pekerjaan Tangga

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada proses pekerjaan tangga adalah sebagai berikut :

1. Pemasangan perancah

a. Pasang perancah sebagai pembantu dalam memasang tulangan untuk tangga.

b. Perancah yang digunakan dalam proyek ini adalah bambu.

2. Pemasangan tulangan

a. Tulangan tangga dipasang menyesuaikan dengan stek tulangan pondasi tangga yang sudah ada untuk lantai dasar, dan tulangan stek lantai dua yang telah ditanam sebelumnya. Tulangan disambung dengan tulangan yang telah difabrikasi sesuai dengan bentuk tangga.

b. Tulangan-tulangan tadi dijadikan tulangan pokok yang ada didasar atau bagian bawah anak tangga. Untuk tulangan anak tangga dibuat dari fabrikasi tulangan yang dibentuk sesuai dengan gambar rencana.

c. Untuk tulangan bordes hampir sama dengan tulangan pada plat. Hanya saja tidak menggunakan wire mesh tetapi menggunakan tulangan besi ulir biasa.

Pekerjaan pembuatan tulangan tangga pada proyek ini terdiri dari 2 tipe, yaitu :

a. Tipe 1 tulangan pokok. Detail penulangan Ø16-(150) b. Tipe 2 tulangan bordes. Detail penulangan Ø8-(150)

3. Pemasangan bekisting

a. Setelah perancah selesai dipasang, papan multiplek dipotong sesuai ukuran dan dipasang dibawah tulangan tangga.

b. Pada bagian tepi-tepi tangga dipasangi subcoat untuk memperkuat tepi bekisting agar tidak jebol pada saat dicor.


(71)

c. Anak-anak tangga dipasangi setelah bekisting demarking oleh surveyor untuk menyamakan peil ketinggian dengan gambar kerja.

4. Pengecoran

a. Proses pengecoran pada tangga dilakukan dengan cara beton dibawa dengan gerobak dorong menuju tempat pengecoran dan diratakan manual dengan tangan manusia.

b. Setelah beton dituangkan, dan diarahkan ke cetakan tangga dan diratakan, beton dengan sendirinya akan mengisi bagian tangga yang lebih rendah dari bagian yang lain.

IV.4.5. Pekerjaan Balok Plat Atap

Pekerjaan balok plat atap dilaksanakan setelah pekerjaan kolom lantai 2, balok dan plat lantai selesai dilakukan. Pekerjaan balok plat atap meliputi beberapa hal, diantaranya pembesian balok plat atap, pemasangan bekisting balok plat atap, pengecoran balok plat atap, serta pembongkaran bekisting balok plat atap.

Langkah-langkah pengerjaan balok plat atap adalah sebagai berikut :

1. Penulangan balok plat atap

Pekerjaan pembuatan tulangan balok dan plat lantai pada proyek ini terdiri dari 7 tipe, yaitu :

a. Tipe B1 dengan ukuran dimensi 20x30 cm2, 20x35 cm2 dan

12x12 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)


(72)

Tulangan Sengkang : Ø6-(150)

 Detail penulangan 4 potongan D-D : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150) Tulangan Utama : 4 Ø10 Tulangan Sengkang : Ø6-(150)

b. Tipe B1' dengan ukuran dimensi 20x35 cm2 dan 20x30 cm2

 Detail penulangan 1 potongan C'-C' : Tulangan Utama : 3 D16

Tulangan Sengkang : Ø8-(100) Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan D'-D' : Tulangan Utama : 3 D16

Tulangan Sengkang : Ø10-(150) Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø10-(150) c. Tipe B2 dengan ukuran dimensi 20x30 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

d. Tipe B3 dengan ukuran dimensi 20x30 cm2 dan 20x52 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

 Detail penulangan 3 potongan C-C : Tulangan Utama : 3 D16

 Detail penulangan 4 potongan D-D : Tulangan Utama : 3 D16

e. Tipe B.a dengan ukuran dimensi 20x30 cm2 dan 20x25 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A dan potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D16

Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150)

 Detail penulangan 2 potongan C-C dan potongan D-D : Tulangan Utama : 2 D16

Tulangan Sengkang : Ø8-(100-150)

f. Tipe B.b dengan ukuran dimensi 30x70 cm2 dan 20x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan A-A : Tulangan Utama : 3 D19


(73)

Tulangan Sengkang : Ø8-(100) Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

 Detail penulangan 2 potongan B-B : Tulangan Utama : 3 D19 Tulangan Sengkang : Ø8-(150) Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

g. Tipe B.c dengan ukuran dimensi 20x25 cm2 dan 20x40 cm2

 Detail penulangan 1 potongan C-C : Tulangan Utama : 2 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan D-D : Tulangan Utama : 2 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

 Detail penulangan 1 potongan E-E : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150) Tulangan Utama : 2 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

 Detail penulangan 2 potongan F-F : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(150)

 Detail penulangan 1 potongan G-G : Tulangan Utama : 3 D16 Tulangan Sengkang : Ø8-(100)

Pertama potong dan bengkokan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan bentuk dan panjang yang diinginkan. Kemudian, potong dan bentuk begel sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu, bawa tulangan dan begel ke lokasi pembesian. Pasang tulangan dan masukan begel untuk di rangkai sedemikian rupa dengan cara diikat menggunakan bendrat.

Pekerjaan pembesian balok plat atap dilakukan serentak oleh 5-7 pekerja, hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu


(74)

setelah proses pekerjaan kolom lantai dua dan pekerjaan balok dan plat lantai selesai dikerjakan.

2. Pemasangan bekisting balok plat atap

Bekisting balok plat atap dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran balok plat atap yang akan di cor. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bekisting balok plat atap adalah multiplex dengan tebal 15 mm, dan kayu ukuran 5/7 untuk menahan bekisting agar tidak jebol saat pengecoran. Pembuatan bekisting balok plat atap dilakukan di lokasi proyek menyesuaikan dengan panjang dan lebar balok plat atap yang akan di cor. Setelah penulangan balok plat atap selesai dirangkai dan bekisting telah selesai dibuat, maka selanjutnya adalah pemasangan bekisting.

Tahap-tahap pemasangan bekisting balok plat atap adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan bambu sebagai penyangga bekisting balok plat atap.

b. Bersihkan bekisting balok plat atap.

c. Pasang bekisting balok plat atap sesuai dengan posisi.

Perlu diketahui bahwa pekerjaan pemasangan bekisting balok plat atap dilakukan setelah proses pekerjaan kolom lantai dua dan balok dan plat lantai selesai.

3. Pengecoran

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada proses pengecoran balok plat atap, yaitu :

a. Pemeriksaan bekisting

Pengecekan posisi dan kondisi bekisting harus dilakukan untuk menghindari kesalahan saat pengecoran. Bekisting juga harus di tes kekuatannya, agar tidak terjadi


(75)

pergeseran atau jebol karena tekanan saat proses pengecoran berlangsung.

b. Pemeriksaan tulangan

Jika bekisting sudah tertata dengan benar, tahap kedua yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tulangan. Tulangan harus dicek, apakah sudah selesai atau belum. Pemeriksaan tulangan ditujukan untuk mengetahui ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta pengaitan antar tulangan, sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang kuat dan sesuai dengann spesifikasi.

c. Pemberian beton decking

Setelah bekisting dan tulangan selesai diperiksa, maka hal terakhir yang harus dilakukan sebelum proses pengecoran adalah pemasangan beton decking, beton decking dipasang dengan tujuan agar posisi tulangan tidak goyah saat di cor dan sebagai penentu tebal selimut beton.

d. Pemberian besi keong

Sama halnya dengan beton decking, pemberian besi keong juga dimaksudkan agar tulangan plat atap tidak goyah saat di cor dan tidak melendut.

Proses pelaksanaan pengecoran balok plat atap adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pengecoran balok plat atap menggunakan bantuan concrete pump untuk menyalurkan beton dari mixer truck ke tempat pengecoran.


(76)

c. Kemudian adukan diratakan menggunakan penggaruk dan kayu.

4. Pelepasan bekisting

Pelepasan bekisting balok plat atap dilakuan setelah + 7 hari kerja jika diatasnya tidak ada pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau plat tersebut. Proses pelepasan bekisting tersebut menggunakan alat linggis untuk membantu memudahkan pelepasan.

IV.4. Pengendalian Proyek IV.4.1. Gambaran Umum

Pengendalian Proyek merupakan salah satu tahapan dalam manajemen proyek. Arti dari pengendalian proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal hingga akhir pekerjaan proyek yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara suatu rencana dengan hasil kerja serta melakukan tindakan-tindakan korektif terhadap penyimpangan yang dijumpai dalam pelaksanaan baik mengenai mutu, waktu, maupun biaya.

Pengawasan (supervising) adalah suatu proses peng-evaluasian atau perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan berpedoman kepada standard an peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek. Sedangkan pengendalian (controlling) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai


(77)

dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan sistem standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemungkinan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Maksud dari adanya pelaksanaan dan pengendalian proyek adalah :

a. Menekan dan mengurangi kemungkinan adanya penyimpangan. b. Lebih jeli dan peka dalam mengamati masalah yang mungkin

timbul pada pelaksanaan pekerjaan.

c. Lebih mudah dalam memilih metode yang paling baik dan sesuai untuk memecahkan masalah yang terjadi.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengendalian proyek dan harus diutamakan didalam setiap proyek demi mencapai keberhasilan proyek adalah :

a. Pengendalian Mutu, b. Pengendalian Waktu, c. Pengendalian Teknis, d. Pengendalian Biaya,

e. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Secara umum, pengendalian proyek meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Penentuan standar, yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaan dari segi kualitas dan ketepatan waktu.

b. Pemeriksaan, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari hasil pekerjaan.


(1)

Gaji mingguan ini diberikan setiap satu minggu sekali, pada hari sabtu. Upah mingguan ini berlaku bagi karyawan harian, tenaga kerja tak tetap dan buruh borongan.

c. Upah lembur

Upah lembur adalah upah yang diberikan bagi karyawan dan atau pekerja tetap maupun harian yang melakukan kerja lembur.

IV.4.6. Pengendalian K3

Perlindungan tenaga kerja adalah salah satu hal penting dalam menjamin keamanan dalam pekerjaan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan fisik yang mencakup perlindungan kesehatan dan keselamatan dari kecelakaan kerja serta adanya pemeliharaan moril kerja dan perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama, sebagaimana telah ditegaskan pada pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Triyanto, 2004).

UU Ketenagakerjaan

Setiap perusahaan yang memiliki >100 pekerja, atau <100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk proyek konstruksi) wajib mengembangkan SMK3 dan menerapkannya ditempat kerja.


(2)

SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan.

SMK3 meliputi hal-hal sebagai berikut :

 Struktur organisasi, perencanaan,

 Pelaksanaan, tanggung jawab,

 Prosedur,

 Proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesegatan kerja.

Komponen-komponen Sistem Manajemen K3 (OHSAS) :

 Sistem Manajemen Keselamatan

 Kebijakan Keselamatan & Kesehatan Kerja

 Perencanaan dan Organisasi untuk K3

 Penilaian risiko dan implementasinya, kegiatan operasional dan pemeliharaan langkah-langkah pengendalian risiko

 Mengukur kinerja K3 dan prosedur untuk tindakan korektif sebagai respon atau kejadian yang ada.

 Audit dan Manajemen Review dari kinerja yang dihasilkan Sistem Manajemen K3 (SMK3)

1. Harus ada penanggung jawab K3 (safety / safety officer)

2. Harus ada sistem yang menjamin keselamatan kerja pekerja konstruksi

 Rencana penanggulangan terhadap kecelakaan  Peta evaluasi bila terjadi kebakaran

 Sistem untuk mencegah kecelakaan kerja  Rambu-rambu, jaring pengaman, pagar  Sosialisasi & training K3, dll.

3. Penyediaan alat pelindung diri (APD)

Sistem Manajemen K3 dalam proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini tidak berjalan dengan baik, masih banyak pekerja yang tidak memakai safety atau alat pelindung diri (APD), tidak


(3)

ada rambu-rambu K3, tidak ada instruksi jelas tantang Manajemen K3 kepada para pekerja.


(4)

BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Dari hasil Kerja Praktek yang telah dilakukan selama tiga bulan di Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman ini kmai memperoleh banyak tambahan pengetahuan dan pengalaman dilapangan secara langsung. Kesimpulan yang dapat diambil dari Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut ini :

1) Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi, 1 Paket Universitas Jenderal Soedirman berdasarkan Time Schedule dapat dikatakan berjalan lancar. Proyek ini telah berakhir sesuai dengan jadwal yang dibuat yaitu tanggal 28 Desember 2016 dan serah terima dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016.

2) Didalam proyek ini, tidak seluruhnya memperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Masih banyak pekerja yang tidak memakai safety seperti helm proyek ataupun sepatu proyek, dengan kata lain pekerja di proyek ini masih belum menggunakan standar perlengkapan kerja atau standar K3.

V.2. Saran

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proyek agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :


(5)

1) Pihak proyek diharapkan untuk memperhatikan tentang K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan melakukan sosialisasi kepada pekerjanya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo Istimawan, 1999, Struktur Beton 1, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Das, Braja M, 1995, Alih Bahasa : Nur E. Mochtar, Indra Surya B., Prinsip-Prinsip Rekayasa Geotrknik, Jilid 1, Erlangga, Surabaya.

Gunawan Rudi, 1990, Pengantar Teknik Pondasi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Das, Braja M, 1999, Principle of Foundation Engineering, 4nd Edition, PWS-KENT, Publishing Company, Boston.

Tarmudji,Tarsis, 1993, Mengenal Manajemen Proyek, Yogyakarta.

Khaira Nadia A, 2010, Panduan Penulisan Kerja Praktek. Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau Kepulauan Batam.

Pedoman Penulisan Laporan Kerja Praktek Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purwokerto.