c. Perbandingan, yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah dietahui dan dicapai dengan rencana yang ditentukan digambar
rencana. Dari perbandingan ini dapat diketahui apakah pelaksanaan proyek berjalan lancer atau mengalami
keterlambatan deviasi. d. Tindakan korektif, yaitu melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan proyek. Bila ada kesalahan atau penyimpangan maka perlu dipikirkan cara pemecahannya dan pelaksanaan yang
harus dilakukan selanjutnya.
IV.4.2. Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Tujuan dari pegendalian mutu adalah untuk menjamin
kekuatan struktur yang telah dirancang oleh konsultan perencana. Dengan adanya pengendalian mutu yang baik, maka akan
dihasilkan struktur yang sesuai standar dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh hasil tersebut, mutu
bahan yang digunakan untuk struktur dan finishing bangunan tersebut harus sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
Pengendalian Mutu meliputi :
A. Pengendalian mutu bahan
Pengendalian mutu bahan sangat erat kaitannya dengan mutu bahanmaterial yang digunakan dalam pebangunan suatu
proyek. Pengawasan perlu dilakukan guna mengetahui sesuai
69
atau tidaknya mutu bahan yang digunakan dengan spesifikasi mutu bahan yang telah disepakati dalam dokumen kontrak.
Pada proyek pembangunan Gedung Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman ini, pengadaan material yang
dibutuhkan ssangat diperhatikan waktunya. Pengadaan material tersebut selalu dijadwalkan oleh bagian material control
logistik. Sebagai contoh, untuk semua material yang dibutuhkan dalam setiap pekerjaan selalu dibuatkan Surat
Permintaan Barang SPB yang ditujukan ke kantor pusat, pembuatan SPB ini bisanya dibuat sekitar empat hari sebelum
material akan digunakan, dengan demikian peluang terjadinya kehabisan material semakin kecil dan jarang terjadi. Namun,
terkadang keterlambatan kedatangan material juga masih terjadi dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu.
Pendatangan material juga harus memperhatikan waktu, kapan material itu digunakan. Hal ini bertujuan agar material
tidak disimpan terlalu lama dilapangan, karena dapat memengaruhi kualitas dari material tersebut. Misal, jika besi
tulangan disimpan terlalu lama dilapangan dengan kondisi terbuka, terkena air hujan dan bersentuhan langsung dengan
tanah, maka besi tulangan tersebut lama kelamaan akan berkarat. Penyimpanan besi tulangan ini harus benar-benar
diperhatikan, besi tulangan harus diberi kayu dibawahnya agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan ditempatkan
70
ditempat yang terhindar dari hujan langsung. Sehingga, besi tersebut tidak cepat berkarat.
Adapun persyaratan dan ketentuan material demi pengendalian kualitas bahan agar sesuai dengan spesifikasi,
sudah terangkum lengkap dalam acuan-acuan pelaksanaan konstruksi dan harus memenuhi standar SNI maupun SI. Dalam
hal ini N.I-3 tentang Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan Indonesia adalah acuannya. Misalnya untuk beton bertulang,
maka digunakan PBI-1997 N.I-2 tantang Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Pengendalian mutu dilapangan meliputi inspeksi dan test, pengendalian produk yang tidak sesuai, serta pengendalian
catatan mutu. Material yang perlu diawasi untuk mengendalikan mutu, adalah sebagai berikut :
1. Beton a. Pengujian di lapangan
Banyak orang berkomentar mengenai kekentalan atau ke enceran beton ready mix tanpa mem-
bandingkannya terlebih dahulu. Untuk menghindari hal buruk tentang pendapat ini, maka dilakukanlah pengujian
guna menilai kekentalan atau ke enceran beton tersebut. Pengujian itu disebut dengan uji slump, dimana hasil yang
didapat untuk beton ready mix pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
ini adalah 12+2 cm.
71
Adapun langkah-langkah pelaksanaan uji slump adalah sebagai berikut :
Menyiapkan kerucut Abrams, yaitu kerucut berlubang
yang berdiameter atas 10 cm dan alas 20 cm dengan ketinggian 30 cm.
Cuci bersih kerucut abrams sebelum melakukan test. Hal ini bertujuan agar tidak ada kotoran atau bekas test
sebelumnya di alat tersebut. Tata kerucut abrams diatas bidang datar yang keras
seperti plat agar air tidak terserap. Ambil sampel beton dari concrete mixer truck dan
dimasukan kedalam alat dengan tiga tahap per 10 cm dan setiap tahapnya harus digecrok 25 kali dengan
togkat baja, sehingga adukan menjadi padat. Setelah penuh, permukaan atasnya harus diratakan dan
kemudian kerucut abrams diangkat vertikal ke atas secara peralahan.
Kemudian ukur penurunan beton dari puncak kerucut beton setelah mengalami settlemen terhadap tinggi
semula. Apabila nilai slump yang didapatkan telah sesuai
dengan ketentuan, maka dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya, namun jika sebaliknya maka beton ready
mix akan direject dan dikembalikan lagi ke batching plannya.
b. Pengujian di laboratorium
72
Pengujian di laboratorium terhadap silinder beton berguna untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik.
Kuat tekan beton karakteristik adalah tekanan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai mengalami
kehacuran. Proses pengujian mutu beton ini di lakukan di UNIT LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
KONSTRUKSI di Karangnanas, Sokaraja, Purwokerto. Adapun langkah-langkah dalam pengujian kuat
tekan beton karakteristik ini adalah sebagai berikut : Menyiapkan cetakan silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm, alat tersbut harus dalam keadaan bersih dan sudah diolesi minyak pelumas didalamnya.
Kemudian adukan beton dimasukkan kedalam cetakan dalam tigs lapisan, dengan masing tinggi lapisan yaitu
10 cm dan digecrok sebanyak 25 kali disetiap lapisnya dan ditusuk sebanyak 10 kali dengan tongkat baja
disetiap lapisnya. Ratakan bagian atas dan beri nomor ata kode tanggal
pembuatan. Diamkan benda uji selama 24 jam, setelah itu buka
cetakan dan letakan bahan uji didalam air sesuai waktu yang diinginkan.
Pengujian dilakukan setiap beton berumur 7, 14 dan 28 hari. Dengan kuat tekan yang disyaratkan adalah 18
Mpa.
73
Benda uji yang telah berumur 28 hari akan dibawa ke laboratorium untuk di timbang beratnya.
Benda uji diletakkan di mesin compacting dan diletakkan sampai silinder beton retak.
Peraturan yang menetapkan tentang pengambilan jumlah pembuatan benda uji adalah PBI 1971 N.I-2 dan
SNI 03-2847-2002. Jumlah dan frekuensi pembuatan benda uji menurut PBI 1971 N.I-2 adalah sebagai berikut:
Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan
pengecoran = 1 benda uji.
Pada saat awal pelaksanaan sampai terkumpulnya 20 benda uji = 1 benda uji per 3 m
3
.
Setelah 20 benda uji pertama terkumpul, maka : Volume total pengecoran diatas 60 m
3
adalah 1 benda uji per 5 m
3
beton. Volume total pengecoran kurang dari atau sama
dengan 60 m
3
adalah diatur pembagiannya supaya dalam keseluruhan pekerjaan diperoleh minmal 20
benda uji dengan randomisasi yang baik dan merata. Apabila volume sangat kecil sehingga tidak
memungkinkan membuat 20 benda uji, maka pembuatan benda uji boleh kurang dari 20 buah,
namun harus menjamin keterwakilan secara keseluruhan beton yang digunakan dalam interval
jumlah pengecoran yang sama. Sedangkan menurut SNI 03-2847-2002 adalah :
Jumlah minimum benda uji perhari pelaksanaan
pengecoran adalah 1 benda uji.
74
Frekuensi pembuatan benda uji, diambil kondisi yang
paling dulu dipnuhi : 1 pasang benda uji untuk tiap pengecoran 120 m
3
beton. 1 pasang benda uji untuk tiap pengecoran 500 m
2
plat lantai beton dan dinding beton jumlah total benda uji minimum adalah 5 buah per mutu beton.
Jika dari frekuensi pembuatan benda uji yang diatur diatas menghasilkan jumlah benda uji kurang dari 5
buah, maka harus dilakukan randomisasi dengan interval volume pengujian yang sama, supaya
diperoleh minimal 5 buah benda uji. Toleransi untuk jumlah total pengecoran kurang dari 40 m
3
, diperbolehkan tidak dilakukan sampling dan
pembuatan benda uji, jika dapat dijamin dan bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan disetujui
oleh pengawas. 2. Baja
Baja adalah komponen penting dalam pembetonan, besi digunakan sebagai tulangan dalam pembuatan beton
bertulang, penggunaanya yang banyak dan kontinuitas pekerjaanya yang tinggi menyebabkan pengawasan yang
dilakukan juga harus sebanding. Syarat-syarat baja yang digunakan adalah :
a. Semua baja yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
75
Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SKSNI T-15-1991-03.
Bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau mengelupas.
Mempunyai penampang yang sama rata. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
b. Pemakaian baja dari jenis yang berlainan dengan ketentuan diatas, harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Perencana. c. Pemasangan baja dilakukan sesuai dengan shop drawing
atau mendapat persetujuan Pengawas. d. Tempat menyimpan baja tulangan diusahakan tidak
lembab dan terlindung dari air dan kotoran, tidak berhubungan langsung dengan tanah diletakan dibantalan
kayu. Selain menjaga kualitas baja dilapangan, owner juga
menjaga kualitas baja di luar lapangan, yaitu dengan cara melakukan pengujian besi tulangan dilaboratorium.
Pengujian kuat lentur baja ini dilakukan di LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
BANGUNAN, UNIVERISTAS JENDERAL SOEDIRMAN dengan langkah pengujian sebagai berikut :
a. Ukur dimensi benda uji, beserta jarak dua titik ukur awal. b. Pasang penolok ukur regangan pada benda uji
c. Perhatikan 2 indikator yaitu perpanjangan mm dan juga
beban kN, catat beban untuk setiap perpanjangan terjadi kelipatan 1 mm.
76
d. Setelah selesai pengujian benda uji telah putus, catat diameter pada tempat putus dari keadaan putusnya benda
uji.
B. Pengendalian Mutu Pekerjaan