Pemisahan secara Damai Hubungan Gereja dan Negara

17 perjuangan-perjuangan teologis. Tetapi erastianisme yang sempurna, dimana negara mengontrol gereja secara penuh, pada prinsipnya merupakan suatu pengidolaan. 9

1.3. Pemisahan secara Damai

Pada model ini, Wogaman mengemukakan bahwa di beberapa negara, lembaga- lembaga agama dan politik secara hukum terpisah, tetapi tanpa kebencian atau permusuhan. Bentuk inilah yang secara esensial terjadi di Amerika Serikat. Dengan mengabaikan panggilan untuk suatu hubungan yang lebih erat, prinsip akan tidak dibangunnya agama dalam lembaga-lembaga negara di AS dipahami bukan sebagai suatu yang negatif, tetapi tidak adanya keterlibatan agama dalam negara dapat dilihat sebagai suatu usaha yang positif bagi integritas dan kemandirian badan-badan keagamaan. 10 Versi yang bersahabat dari gereja dan negara ditemukan di beberapa negara Barat yang demokrstis. Ini merupakan bagian penting dari hukum dan tradisi di AS, di mana kunci institusional yang dihasilkan dalam amandemen P ertama adalah “Kongres tidak membuat hukum apapun menyangkut keberadaan agama, atau melarang kebebasan beragama,” pernyataan ini yang merupakan landasan dan tradisi Amerika” pemisahan agama dan negara”, yang kadang diterjemahkan dengan cara yang berbeda. 11 Interpretasi Thomas Jefferson yang dikutip Wogaman akan pernyataan ini dapat ditemukan dalam surat terkenal kepada Asosiasi Babtis Danburry. Sama seperti yang anda yakin bahwa agama hanya merupakan suatu permasalahan tentang manusia dan tuhannya, yang mana ia tidak bertanggung- jawab terhadap orang lain atas keyakinan dan ibadahnya, demikian juga kekuasaan legislatif dari pemerintah dapat melakukan tindakan dan bukan pendapat. Mengacu kepada penyataan masyarakat Amerika sebelumnya yang menyatakan bahwa leg islatif harus “tidak membuat aturan apapun menyangkut 9 Ibid., 255-256. 10 Ibid. 11 Ibid., 256. 18 keberadaan agama atau melarang bebebasan beragama”, karenanya hal itu membangun suatu dinding pemisahan antara gereja dan negara. 12 Beberapa pemimpin agama dan teolog tidak senang disebut “religius”. Teolog Karl Barth dan Hendrik Kraemer, membedakan antara “iman Kristen” dan “agama”, bagi mereka agama merupakan usaha manusia untuk mengenal Tuhan, sedangkan iman merupakan respon manusia akan pemberian iman yang dihasilkan dari usaha Tuhan menjangkau manusia lewat Yesus Kristus. Bagaimanapun bagi Barth dan Kraemer menginginkan mereka mengatakan iman mereka sebagai orang Kristen berada di bawah perlindungan Amandemen pertama. Tetapi negara harus berhati-hati untuk mendefenisikan agama dalam cara untuk menciptakan peluang bagi mereka yang menyebut diri mereka religius akan mendapatkan keuntungan dari hak istimewa dari agama. 13

1.4. Pemisahan Yang Tidak Bersahabat