Arya 2010 yang menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah yang dimiliki oleh sebuah bank.
b. Pengaruh Nilai Tukar terhadap NPF
Dari hasil analisis regresi dengan metode OLS ditemukan bahwa koefisien regresi variabel Nilai Tukar adalah -6,53E-05dengan
probabilitas sebesar 0,6270. Karena nilai probabilitas lebih dari taraf signifikansi 0,62700,05, maka dapat diartikan bahwa dalam jangka
panjang, Nilai Tukartidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap NPF.Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode ECM
ditemukan bahwa koefisien regresi variabel Nilai Tukaradalah sebesar 6,99E-05 dengan probabilitas 0,7540. Karena nilai probabilitas lebih
dari taraf signifikansi 0,75400,05, maka dapat diartikan bahwa dalam jangka pendek variabel Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF. Pembiayaan berbasis syariah masih didominasi akad murabahah
jual beli dibandingkan akad bagi hasil, seperti mudharabah dan musyakarah.Per Juni 2015, OJK mencatat, pembiayaan BUS dan UUS
untuk akad mudharabah sebesar Rp 14,9 triliun, musyarakah Rp 54 triliun, dan murabahah Rp 117,8 triliun. Total pembiayaan BUS dan
UUS sebesar Rp 203,894 tiliun. Berikut prosentasenya dalam bentuk pie chart.
Grafik 4.7 Prosentase Pembiayaan BUS dan UUS per Juni 2015
Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK Pada saat awal mendirikan usahanya, bank syariah bisa memulai
menawarkan akad pembiayaan murabahah. Hal ini disebabkan nasabah perbankan memiliki kecenderungan risiko masing-masing. Nantinya
untuk nasabah yang memiliki perilaku baik, bisa ditawarkan akad pembiayaan mudharabah. Guru Besar IPB KH Didin Hafidhuddin juga
membenarkan penggunaan akad mudharabah masih sedikit. Padahal, pembiayaan murabahah dan mudharabah sama-sama halal atau sesuai
syariah http:dev.republika.co.id. Bertolak belakangnya hasil yangdiperoleh di dalam pengujian
hipotesiskedua terjadi karena perubahan kurs tidakbegitu dirasakan oleh nasabah, keadaantersebut terjadi karena perubahan kurs yangrelatif
terjadi dalam jangka pendek,sehingga situasi tersebut tidak begitumengganggu angsuran pembayaran pembiayaan yang dilakukan
nasabah. Perubahan kurs yang terjadi hanya mempengaruhi besaran harga produk yang hendak dibeli oleh nasabah diawal transaksi saja.
Karena harga barang yang dibeli ditentukan berdasarkan harga barang tersebut dipasarannya sesuai dengan nilai tukar dan inflasi yang
berlaku pada saat itu. Untuk angsuran tiap bulannya telah disepakati tanpa mempertimbangkan perubahan kurs dikemudian hari. Begitu juga
dengan akad lainnya yang bersifat bagi hasil, baik mudharabah maupun musyarakah. Nilai tukar tidak mengganggu bisnis yang dijalankan
nasabah, oleh sebab itu perubahan kurs rupiah tidak mempengaruhi kemampuan nasabah untuk membayar tagihan pembiayaannya.
Bisnis yang dilakukan dengan dana pinjaman dari bank syariah harus terbebas dari unsur Maisir memperoleh sesuatu dengan sangat
mudah tanpa kerja keras, Gharar keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak lain dan Riba. Dana tersebut juga
harus digunakan pada bisnis yang tidak mengandung unsur spekulasi yang tinggi, bisnis harus pada sektor riil. Dengan adanya ketentuan
tersebut perubahan yang terjadi pada nilai tukar dapat diantisipasi oleh nasabah.
Fenomena tersebut mendorong rasio kredit bermasalah yang diukur dengan Non Performing Finance tidak mengalami perubahan
berarti akibat adanya perubahan kurs. Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis kedua sejalan dengan penelitian Handoko
2011 dan Muthia Roza Linda 2015 yang menemukan bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah yang dimiliki
oleh sebuah bank.
2. Pengaruh Secara Parsial Kondisi Spesifik Bank