Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi. 13 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum oleh Van Kant, yang mengatakan bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia agar kepentingan-kepentingan itu tidak diganggu. Bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. 14 Dengan demikian kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian, yang pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian 13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986, hlm.122. 14 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal. 44 Universitas Sumatera Utara 16 tidak menimbulkan keragu-raguan multi-tafsir dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma. Contoh kontestasi norma tampak dari pemberlakuan ketentuan Pasal 9 Ayat 3 Keputusan Menperindag Nomor 705MPPKEP112003 yang mengatur bahwa: “Kemasan suatu merek AMDK pakai ulang hanya boleh diisi ulang oleh perusahaan pemilik merek yang bersangkutan.” Namun selanjutnya menurut ketentuan Pasal 7 Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651MPP102004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi Ulang dan Perdagangannya, tidak dijumpai adanya larangan penggunaan galon air minum merek terdaftar, terutama apabila penggunaan galon air minum merek terdaftar tersebut dilakukan oleh pelanggan sendiri dengan membawa galon merek terdaftar untuk diisi ulang di depot air minum isi ulang. Ketidak konsistenan aturan mengenai penggunaan galon merek terdaftar tersebut menimbulkan praktek terjadinya pelanggaran merek baik oleh pelaku usaha depot air minum isi ulang maupun pelanggan depot air minum isi ulang. Konflik norma tersebut terjadi karena baik ketentuan Menperindag Nomor 705MPPKEP112003 maupun ketentuan Menperindag Nomor 651MPP102004 sama-sama masih berlaku, hanya perbedaan pemberlakuannya pada ketentuan Menperindag Nomor 705MPPKEP112003 diperuntukkan bagi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan AMDK sedangkan Menperindag Nomor 651MPP102004 diperuntukkan bagi Pelaku Usaha Depot Air Minum Isi Ulang. Universitas Sumatera Utara 17 Timbulnya konflik tersebut dilatarbelakangi oleh proses perkembangan menuju era industrialisasi serta adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka air diolah dengan berbagai macam cara dan bentuk dibuat sedemikian rupa untuk menarik konsumen, dengan harga yang relatif lebih murah untuk mendapatkan keuntungan, seperti pengisian air galon isi ulang. Dampak dari perkembangan sektor perdagangaan dewasa ini terhadap praktik bisnis di Indonesia antara lain tampak dari terjadinya persaingan yang tajam di antara sesama pelaku bisnis. Tajamnya persaingan tersebut bahkan ada yang sudah menjurus kepada timbulnya perbuatan curang. 15 Air minum isi ulang bisa diperoleh dari depot-depot air minum dengan harga sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek, maka tidak mengherankan jika banyak konsumen beralih pada layanan ini. Oleh karena itulah keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika kebutuhan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka Pemerintah mengeluarkan surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 651MPPKep102004 tentang Teknis Persyaratan Depot Air Minum serta adanya ketentuan bahwa Air minum yang dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Pentingnya perlindungan konsumen bertujuan 15 Meilala Andrianus, Praktik Bisnis Curang, cet ke-1, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm.74. Universitas Sumatera Utara 18 untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha bertanggung jawab. 16 Pertumbuhan industri ini di masa mendatang diperkirakan akan semakin besar seiring pertumbuhan penduduk yang semakin besar, ditambah lagi dengan ketersediaan air minum yang layak minum dalam arti berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. Karena itu wajar jika kian hari kian banyak perusahaan yang memasuki industri ini. Dengan semakin banyaknya perusahan yang masuk pada industri air minum dalam kemasan AMDK ini, maka persaingan ketat di kalangan produsen menjadi hal yang tak terhindarkan. Dalam dinamika pasar yang sangat kompetitif inilah peranan merek menjadi sangat penting. Kebutuhan untuk melindungi HKI dengan demikian juga tumbuh bersamaan dengan kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai komoditi dagang. Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari kemungkinan pemalsuan atau dari persaingan yang tidak wajar curang, juga berarti kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau jasa tadi. Hak Kekayaan Intelektual tersebut tidak terkecuali bagi merek. 17 Hukum bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi rakyat. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya boleh dilakukan, apa yang 16 Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Madar Maju, 2000, hlm.7. 17 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm.82. Universitas Sumatera Utara 19 tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah. 18 Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini merek memegang peranan yang sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi Indonesia, serta pengalaman melaksanakan administrasi merek, diperlukan penyempurnaan Undang-undang Merek yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 81 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 1997 Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31 selanjutnya disebut Undang-undang lama, dengan satu Undang-undang tentang Merek yang baru Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001. 19 Merek sebagai salah satu bagian dari Hak Kekayaan Intelektual intellectual property rights adalah memegang peranan penting dalam perdagangan. Merek tidak saja dianggap sebagai sebuah nama atau label sebuah barang, tetapi merek memiliki arti yang sangat mendalam yakni merek mempunyai suatu makna yang sangat besar, dengan merek sebuah barang dapat mempunyai nilai yang tinggi dan menunjukkan kualitas dari sebuah barang atau jasa. Suatu merek yang sudah mengglobal atau terkenal di dunia akan memiliki harga tawar dan posisi yang tinggi. 18 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1988, hlm.38. 19 Ahmadi Miru, Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm.2. Universitas Sumatera Utara 20 Merek merupakan indikator nilai value suatu produk. Nilai bagi konsumen adalah perolehan manfaat fungsional, dan emosional. Manfaat fungsional adalah manfaat langsung berkaitan dengan fungsi-fungsi yang diciptakan oleh suatu produk, sedangkan manfaat emosional adalah manfaat yang diperoleh berupa stimulasi terhadap emosi dan perasaannya. 20 Arti merek sendiri berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. 21 Merek berfungsi menunjukkan bahwa sumber yang sah dari suatu produk yaitu dari suatu unit usaha korporasi. Karena itu, merek juga berfungsi memberikan indikasi bahwa produk tersebut dibuat secara profesional. Akibatnya, dalam kaitan ini merek memperoleh fungsi kedua yaitu sebagai jaminan kualitas. 22 Perkembangan merek di Indonesia dimulai sejak jaman pemerintahan jajahan melalui Reglement Industrieele Eigendom 1912 23 peraturan Hak Milik Industri Kolonial 1912, peraturan ini diberlakukan untuk wilayah-wilayah Indonesia, Suriname, Curacao. Peraturan ini disusun dan mengikuti sistem Undang-Undang 20 Hermawan Kertajaya, Positioning, Deferensiasi dan Brand. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm.11. 21 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op.Cit., hlm.50. 22 Meilala Andrianus, Op.Cit., hlm.90. 23 Insan Budi Maulana a, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia dari Masa Ke Masa, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.7. Universitas Sumatera Utara 21 Merek Belanda, dan menerapkan sistem konkordansi 24 yaitu ketentuan perundang- undangan yang dibuat, disahkan oleh dan berasal dari negara penjajah yang juga diterapkan pada negara jajahannya. Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, peraturan Hak Milik Industri Kolonial 1912 tersebut dinyatakan terus berlaku hingga ketentuan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan. Pada tahun 1992, Undang- Undang Merek diperbaharui dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang mulai diberlakukan sejak Tanggal 1 April 1993. Undang- Undang Merek Tahun 1961 dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan, 25 sehingga Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 dinyatakan tidak berlaku lagi, tetapi semua peraturan pelaksanaan yang dibuat berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 yang telah ada pada tanggal 1 April 1993 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992. 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651MPPKep102004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya pada Pasal 7 ayat 3 mengatur bahwa depot air minum hanya diperbolehkan menyediakan wadah tidak bermerek atau wadah polos. Pengenaan sanksi atas pelanggaran ketentuan tersebut tertuang pada Pasal 12 ayat 3 yang 24 Sudargo Gautama a, Hukum Merek Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hlm.14. 25 Gatot Suparmono, Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 19 tahun 1992, Jakarta: Djambatan, 1996, hlm.6. 26 C.S.T. Kansil, Hak Milik Intelektual Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta, Jakarta: Sinar Grafika, 1997, hlm.145. Universitas Sumatera Utara 22 sanksinya juga mengacu pada Pasal 90 atau Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651MPPKep102004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya diatur mengenai penggunaan wadah untuk air minum isi ulang. Pasal 7 ayat 4 dan 5 yang mengatakan bahwa Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa oleh konsumen dan dilarang mengisi wadah yang tidak layak pakai dan harus melakukan pembilasan dan atau pencucian dan atau sanitasi wadah dan dilakukan dengan cara yang benar.

2. Konsepsi