60
1. Wacana Menyatakan Penegasan Sikap Pada Khalayak Bahwa Keterpurukan
Bangsa Indonesia Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Merupakan Ketidak berhasilan Kebijakan Pemerintah
Setiap saat pemerintah harus mengambil sebuah keputusan dari berbagai kemungkinan pilihan untuk menjalankan kehidupan dalam manajerial pemerintahan.
Kemungkinan-kemungkinan dalam pilihan harus dilakukan, bahkan memilih untuk tidak bertindak apapun sesungguhnya merupakan sebuah keputusan. Hal ini tergantung
kepada pembuat keputusan yakni pemerintah. Keputusan pemerintah yang keluar seharusnya selalu menyangkut pada kebaikan masyarakat. Namun dewasa ini,
kebijakan-kebijakan pemerintah kini tidak berpihak pada rakyat dan memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah sering berubah-ubah dan asal-asalan. Hal ini membuktikan
kalau pemerintah salah dan gagal merumuskan, memutuskan dan menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
Contoh kebijakan yang memperlihatkan kegagalan pemerintah yaitu kebijakan ekonomi dengan melakukan pinjaman atau utang ke luar negeri. Indonesia sebagai
bangsa yang berkembang dengan jumlah kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang sangat besar, memaksa pemerintah untuk mencukupi semua kebutuhan rakyatnya. Namun,
dengan berjalannya proses kehidupan di negeri ini, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak berhasil. Dengan adanya keputusan dalam melakukan peminjaman utang ke
luar negeri, pemerintah telah membuka jalan bagi keterpurukan ekonomi bangsa, terutama keterpurukan keuangan. Utang negara yang menumpuk-numpuk dan
61
memperlihatkan ketidakberhasilan
pemerintah dalam
mengolahnya dan
mengembalikannya. Ditambah dengan ketidakberhasilan kebijakan tersebut pemerintah Indonesia dengan mudah ditunggangi oleh pemilik modal yaitu Bank Dunia dan IMF.
Kenyataan yang dilihat oleh rakyat Indonesia bahwa bangsa ini terus dihadapkan dengan jumlah utang negara yang membukit, membuat memaksa Indonesia untuk terus
melakukan peminjaman. Tapi sayang, tuntutan berutang tersebut pun menuntut Indonesia tetap melakukan pembayaran pinjaman luar negerinya meskipun sumber
keuangan negara terbatas. Dengan keminiman ini pemerintah mengerahkan segala cara untuk mendapatkan
utang ke luar negeri. Tetapi, justru tidak mengurangi utang yang dimiliki melainkan malah menambah bobot nilai dari utang tersebut. Perjalanan utang negara secara
langsung tidak memperlihatkan dana tersebut bermuara atau digunakan untuk kepentingan seperti apa. Apakah untuk meningkatkan pembangunan, kesejahteraan di
tanah air atau digunakan untuk menutup utang yang sebelumnya. Seperti pernyataan Ekonom Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy:
“Siapa pun yang akan menjadi presiden di masa depan harus ada perubahan dalam menyelesaikan persoalan utang. Jika kebijakan ekonom masih
setia pada Mafia Berkeley maka Indonesia terus dijajah melalui instrumen utang,” kata Ekonom Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy di Jakarta,
Selasa 144. Data menujukkan, selama lima tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah nominal utang telah membengkak dari Rp
1.275 triliun pada 2004 menjadi Rp 1.667 triliun pada 11 Februari 2009.“Seorang pemimpin harus melakukan terobosan besar terhadap persoalan
utang. Tanpa ada perubahan kebijakan maka tidak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin seperti itu,” tandasnya. Noorsy mengatakan, ekonom Mafia Berkeley
62
telah menjalankan strategi jitu guna menjerat bangsa ini melalui utang-utang baru
10
. Fakta ini pun diperkuat oleh ekonom dari INDEF, Imam Sugema yang menyatakan:
Saat ini visi ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan Yudhoyono- Kalla masih sangat liberal, sehingga berdampak pada semakin bertambahnya
angka kemiskinan. Karenanya, siapa pun yang terpilih pada Pilpres mendatang, lanjut Imam, harus membentuk tim ekonomi yang jelas dengan visi ekonomi
yang kuat dan tidak lagi berlandaskan pada sistem ekonomi liberal
11
. Penegasan dari beberapa pendapat para pengamat atau ahli di atas, menunjukkan
bahwa pemerintah benar-benar membiarkan bangsa terpuruk dalam kebijakan yang meerugikan. Sepertinya tidak ada sikap tegas dari pemerintah untuk bangkit dari
keterpurukan dalam memutuskan setiap kebijakan yang lebih baik untuk kepentingan bersama terutama rakyat.
Keinginan untuk memberi ketegasan kepada khalayak, agar merubah pola pikir bahwa kebijakan pemerintah saat ini tidak benar-benar mementingkan nasib bangsa
yang akan berimbas kepada nasib rakyat apalagi mempertanggung jawabkan perbuatannya. Menyakini bahwa saat ini pemerintah memperlihatkan kualitas
manajerial pemerintahan yang buruk.
10
http:Tanpa Perubahan, Utang RI makin Menumpuk _ Bayt al-Hikmah Institute.htm
11
ibid.
63
2. Wacana Menghimbau dan Mengajak Khalayak Tidak Menjadi Objek