Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kritik Sosial Media dalam Perspektif Jurnalisme Komunitas (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank) T1 362007063 BAB IV

(1)

47

BAB IV

GAMBARAN WACANA RUBRIK INTRO INDONESIA

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana wacana dan perspektif kritik sosial yang muncul dalam Rubrik Intro Indonesia, maka peneliti merumuskan terlebih dahulu wacana Rubrik Intro Indonesia menggunakan

elemen-elemen analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) Teun A Van Dijk yaitu

elemen Struktur Makro. Kemudian menyusun kembali alur wacana dengan menggunakan elemen Superstruktur, dan terakhir mendeskripsikan penegasan-penegasan kritik sosial lewat kalimat-kalimat pada rubrik dengan menggunakan elemen Struktur Mikro. Berdasakan hasil lampiran teks 1-5, maka dapat diuraikan sebagai berikut;

1.1Struktur Makro

Struktur makro meliputi elemen tematik atau topik dalam sebuah teks. Berdasarkan prinsip Van Dijk, topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang peristiwa sehingga peristiwa tersebut dimunculkan. Gagasan Van Dijk ini didasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat


(2)

48

dari topik yang dimunculkan dalam teks berita dan semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam berita.

Rubrik Intro Indonesia yang dipilih masing-masing memiliki maksud dan tujuan yang sama, walaupun dari edisi yang berbeda dalam mengkritisi berbagai permasalahan. Hasil intepretasi wartawan dalam memandang masalah-masalah ini menghasilkan kritikan-kritikan terhadap peristiwa-peristiwa politik, ekonomi, sosial, hukum serta wawasan kebangsaan yang terjadi di dalam bangsa Indonesia. Maka, dari teks ini muncul wacana-wacana yang ingin disampaikan wartawan dalam kritik sosialnya sebagai berikut:

1. Wacana menyampaikan informasi atau pengetahuan pada khalayak bahwa masalah-masalah di dalam bangsa Indonesia ini merupakan hasil dari kegagalan pemerintah menjalankan pemerintahan

Adanya rasa kesal, marah juga malu bila melihat rakyat Indonesia sampai saat ini tetap hidup dalam keterpurukan. Sikap ini membentuk upaya melepaskan diri dari kungkungan masalah bangsa yang selama ini tidak habis-habisnya mengrogoti hidup rakyat. Dengan membuka pikiran khalayak agar menyadari bahwa banyaknya masalah bangsa ini adalah hasil kerja dari jajaran pejabat-pejabat negara yang gagal, malas, dan tidak peduli dalam mengatasi segala polemik di Indonesia.

Pemerintah tidak menyadari akibat dari tindakannya dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan sebagai wakil rakyat, sehingga memunculkan satu kesan bahwa pemerintah bekerja asal-asalan dan hanya menjadikan posisinya sebagai status sosial


(3)

49

dan menyandang sebuah kekuasaan. Melihat kesan yang muncul tersebut membentuk sebuah wacana dengan maksud menyampaikan suatu informasi atau pengetahuan tentang semua kegagalan pemerintah kepada khalayak guna memberi perhatian pada masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa. Ada begitu banyak masalah-masalah yang sedang dialami bangsa bahkan sampai sekarang masih bergejolak. Bila melihat konteks saat ini, tidak terlihat perubahan atau perbaikan dari permasalahan-permasalahan bangsa. Beberapa masalah bangsa tersebut adalah sebagai berikut:

a) Kasus Korupsi Merajalela Di Tubuh Pemerintahan.

Dalam informasi ini, khalayak harus menyadari bahwa korupsi sudah tidak terbendung terutama dalam kepemerintahan. Dari masalah ini, terbentuk sebuah wacana yang memperlihatkan bahwa korupsi terlihat wajar dilakukan oleh pejabat-pejabat negara. Salah satu contoh kasus korupsi yang memakan perhatian bangsa yaitu kasus Century. Kasus Bank Century diduga mengandung korupsi dalam jumlah yang amat besar untuk kepentingan politik pihak tertentu dan sampai sekarang masalah ini masih simpang siur. Seperti salah satu pernyataan Maswadi Rauf, Guru Besar Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia:

Skandal Bank Century berpusat pada dua hal, pertama, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah (dalam hal ini Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK) untuk mengucurkan uang sebesar Rp6,7 triliun sebagai dana talangan untuk bank yang sedang bermasalah. Perdebatannya adalah perlu tidaknya kebijakan itu dan besarnya uang yang dikeluarkan untuk kepentingan tersebut. Kedua, adanya dugaan bahwa sebagian dari dana tersebut mengalir kepada partai politik tertentu dan sebagian elite politik yang sekarang sedang berkuasa. Kasus Bank Century ini mengandung dugaan korupsi dalam jumlah yang amat besar untuk kepentingan politik pihak tertentu. Dugaan korupsi inilah yang


(4)

50

membuat kasus Bank Century menjadi sebuah skandal keuangan terbesar dalam

sejarah Indonesia1.

Bila melihat pernyataan ini, kasus Bank Century merupakan fakta korupsi yang perlu menjadi perhatian khalayak untuk mengawasi setiap gerak-gerik siapa pun yang terlibat di dalam kasus ini. Pemerintah tengah memanfaatkan sebuah keadaan dengan

maksud mendapatkan kesempatan emas dari Bank Century sebelum dinyatakan Bail

out. Kesempatan mendapatkan kucuran dana segar untuk mengendalikan kekuasaannya

di bangsa ini. Jika ditelusuri, ada sejumlah nama pembesar di negeri ini yang saling berhubungan seperti Boediono, Sri Mulyani dan bahkan Presiden SBY yang diduga memiliki kaitan dengan kasus korupsi Century. Oknum-oknum ini mempunyai posisi yang sangat tinggi dalam lembaga pemerintahan. Namun sepertinya pemerintah lamban, tidak tegas dan terkesan sedikit demi sedikit mengesampingkan masalah Century, karena bisa merusak nama oknum-oknum yang terlibat di dalamnya. Salah satunya terlihat dengan tingkah laku Presiden SBY yang tidak ingin dikaitkan dengan kasus korupsi Century di depan publik atau rakyat Indonesia.

Banyak media yang menyoroti, bagaimana Presiden SBY geram, marah dan ketakutan dikaitkan menikmati hasil korupsi. Sikap ini muncul di saat Presiden SBY kembali memerintah untuk periode 2009-2014. Ada kabar tidak menyenangkan dibalik kemenangan SBY dalam memperoleh suara rakyat. SBY diduga menerima aliran dana kampanye dari Bank Century untuk kepentingannya sendiri, partai dan golongannya.

1

http://aipi.wordpress.com/2010/01/22/perkembangan-pansus-bank-century/ pada jumat 16 juni 2012 pukul 13.27


(5)

51

Fakta bahwa anggota tim sukses SBY termasuk di dalamnya adalah anaknya Eddy Baskoro, menikmati aliran dana ini.

Pada akhirnya Presiden SBY terlihat tidak sanggup menghadapi fitnah terutama kepada anggota keluarganya. Dengan bersumpah, Presiden SBY yakin rakyat akan percaya padanya dan tidak akan percaya dengan segala tudingan yang di arahkan kepadanya. Seperti pernyataan dalam portal berita Tabloid Reformata:

Bantahan tersebut disampaikan Presiden dalam ujung pidatonya pada peringatan ke-64 Hari Guru Nasional. Presiden bahkan bersumpah atas nama Tuhan untuk membantah berita yang tersebar di media massa tersebut. Saat itu, Presiden juga menyampaikan ancaman bahwa ia akan mengambil langkah hukum apabila berita yang menyebutkan dirinya atau keluarganya menerima dana Bank Century tidak juga dihentikan. Hal ini memperburuk keadaan dan

mematikan citra atau karakter SBY sebagai orang berpengaruh di Indonesia2.

Perilaku pemerintah yang terkesan menutup-nutupi kasus korupsi

memperlihatkan adanya satu upaya untuk melindungi nama, seseorang atau pihak-pihak yang memiliki pengaruh atau andil yang sangat besar dalam pemerintahan Indonesia. Apabila kasus ini dikuak ke publik dan terbukti ada nama-nama dibalik kasus korupsi, berarti pemerintah sedang menelanjangi dirinya sendiri dihadapan rakyat. Namun hal ini terlihat mustahil, melihat kenyataan hingga saat ini pemerintah tidak akan pernah akan mengakui keterkaitan atau kesalahan sendiri pada kasus hukum seperti kasus korupsi.

Tidak hanya berhenti pada kasus Century, masih ada kasus-kasus korupsi lainnya yang perlu menjadi perhatian pada konteks saat ini seperti kasus Nassarudin, korupsi anggaran Wisma Atlet di Palembang yang mengkait-kaitkan Angelina Sondakh,

2

http://tabloid-reformata/03346-presiden-bantah-terima-dana-bank-century.html pada jumat 16 juni 2012 pukul 13.15


(6)

52

kasus berhentinya pembangunan Hambalang, kasus korupsi pengadaan Al’Quran, dan masih banyak lagi. Informasi inilah yang seharusnya menyadarkan khalayak untuk mengerti maksud wartawan yang berusaha melakukan tindakan membuka, mengingatkan, dan menekankan pada khalayak bahwa pemerintah saat ini penuh ketidakjujuran, manipulasi, dan kegagalan menyelesaikan masalah korupsi yang tiap kali terungkap di depan mata khalayak.

b) Rakyat Indonesia Dalam Kemiskinan

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia jelas memiliki jumlah penduduk yang sangat besar pula. Namun seiring dengan perkembangan, pemerintah tidak berhasil mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini terbukti dengan kemiskinan yang melanda hampir sebagian besar rakyat Indonesia yang dapat terlihat dengan perkembangan di sebagian daerah atau wilayah di Indonesia, banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah untuk bekerja.

Dalam informasi ini khalayak harus menyadari bahwa keadaan bangsa saat ini sungguh memprihatinkan dan menyedihkan. Informasi ini memperlihatkan bahwa pemerintah tidak peduli pada rakyat apalagi rakyat miskin yang hidup dengan meminta-minta belas kasihan. Pemerintah sekilas hanya melakukan perencanaan-perencanaan, tanpa memikirkan apakah rencana tersebut menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat miskin. Seperti pernyataan dari Ekonom dari INDEF, Imam Sugema:

“Kalau pemerintah yang akan datang tetap menerapkan sistem ekonomi yang liberal seperti saat ini, bisa dipastikan masa depan perekonomian Indonesia


(7)

53

akan semakin suram dan angka kemiskinan akan terus bertambah, sekalipun

program BLT dan PNPM tetap dilanjutkan3.

Dengan melihat fakta di atas, pemerintah membuat banyak fakir miskin harus bergantung pada beberapa lembar uang dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang telah dilakukan pemerintah beberapa tahun lalu. Namun sayangnya, program ini dianggap tidak berhasil, tapi membuat masyarakat menjadi manja. Pemerintah tidak menyadari bahwa program-program yang telah dilaksanakan untuk rakyat belum tentu mengubah kehidupan rakyat miskin.

Selain kemiskinan, sampai saat ini rakyat pun harus dihadapkan dengan masalah kebutuhan pokok yang sehari-hari harus dicukupi di tengah harga-harga kebutuhan yang terus melonjak naik. Hal ini terlihat dari ketidak sungguhan pemerintah dalam menjaga harga di pasaran. Pemerintah dengan seenaknya membuat satu peraturan dalam memainkan harga-harga tanpa mempedulikan apakah rakyat bisa makan hari ini.

Hal ini semakin menarik dengan melihat bahwa pemerintah menyatakan bahwa dengan melakukan penurunan disalah satu jenis kebutuhan rakyat, dapat menurunkan beberapa harga jenis kebutuhan rakyat lainnya seperti BBM yang merupakan kebutuhan untuk mendistribusikan sembako ke seluruh Tanah Air. Harga BBM terus meningkat seiring dengan meningkatnya minyak dunia. Untuk memperlihatkan perhatiannya kepada rakyat, pemerintah melakukan penurunan harga BBM. Tidak tanggung-tanggung, BBM turun sampai berkali-kali pada tahun 2008-2009. Pemerintah

3


(8)

54

menganggap bahwa perhatiannya pada rakyat merupakan sebuah kabar gembira yang perlu rakyat perhatikan. Pernyataan dalam situs Sekertariat Negara (SETNEG):

Pada tanggal 12 Januari 2009, kembali terjadi peristiwa yang menggembirakan bagi masyarakat luas, yaitu ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keputusan Pemerintah di Istana Negara untuk

menurunkan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat, yaitu harga BBM,

harga listrik untuk industri besar pada beban puncak, tarif angkutan umum, harga daging sapi, minyak goreng, susu dan obat-obatan. Penurunan harga BBM kali ini adalah penurunan harga yang ketiga kalinya. Dua pengumuman terdahulu disampaikan pada tanggal 1 dan tanggal 15 Desember 2008.

Keputusan ini mulai berlaku 15 Januari 20094.

Pemerintah sepertinya sangat bangga dengan keputusan yang diyakininya tepat. Namun, keputusan ini bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Pernyataan ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya keterpurukan pemerintah terlihat dengan tidak berhasil mengendalikan kebutuhan pokok yang layak untuk rakyat. Nusantara News dalam beritanya menyatakan:

Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas

10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal

mensejahterakan rakyat.

Bila melihat konteks keadaan saat ini pun, ada beberapa kebutuhan pokok rakyat yang mengalami peningkatan. Tidak berbeda dengan yang pernah terjadi dulu. Rakyat tetap menjerit mengetahui bahan pokok seperti beras mulai naik. Harga beras naik rakyat tercekik, harga beras turun petani lesu. Serba salah, pemerintah tidak mempunyai

4


(9)

55

upaya dalam mengatasi permasalahan kebutuhan harian rakyat. Salah satu berita dalam Jawa Pos:

Harga beras di Rengasdengklok beberapa hari ini merambat naik. Kenaikan antara seribu hingga dua ribu rupiah per kilogram. Selama sepuluh

hari belakangan ini sudah tiga kali naik5.

Kegagalan pemerintah di lapangan dalam mengendalikan kebutuhan pokok membuat rakyat harus menyaksikan kenaikan beras tiap saat. Apa yang salah dengan pemerintah sehingga membiarkan rakyat menikmati nasi yang dimakannya setiap hari akan merangkak naik harganya di pasaran.

Informasi ini pun berimbas pada ketidakpedulian pemerintah pada kesehatan rakyat yang terlihat pada fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia tidak memadai. Rakyat mengalami sendiri bagaimana harus berjuang untuk mendapatkan satu fasilitas yang memadai untuk sebuah kesehatan. Rakyat harus bersusah payah untuk mendapatkan rumah sakit atau pengobatan yang terbaik. Namun informasi ini membentuk sebuah wacana yang membuktikan bahwa kesehatan hanya milik orang yang memiliki uang dan rumah sakit dengan fasilitas mewah bukan untuk rakyat miskin.

Khalayak harus menyadari selain kesengsaraan tersebut, ada sebuah fakta dibalik kepemimpinan pemerintah negeri ini. Selama kepemimpinnya, Presiden SBY sering melakukan perjalanan ke luar negeri dengan biaya yang tidak sedikit. Dana perjalanan khusus Presiden dihambur-hamburkan untuk keliling dunia dengan tujuan menjalin kerjasama. Alangkah baiknya, dana yang besar untuk perjalanan Presiden ke

5


(10)

56

luar negeri tersebut digunakan untuk dana kesehatan rakyat Indonesia. Koordinator Advokasi dan Investigasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA) Uchok Sky Khadafi menyatakan:

Menurutnya, sejak tahun 2005–2009, Presiden SBY melakukan kunjungan ke luar yang menelan anggaran Rp 813 miliar. Dalam rata-rata, setiap tahun Presiden SBY menghabiskan Rp 162 miliar. "Uang ini hanya dibelanjakan hanya untuk carter pesawat dengan penerbangan VVIP," ujar Uchok. Anggaran itu terus meningkat dan membebani APBN. Tahun 2010, Setneg mengalokasi anggaran kunjungan Presiden SBY ke luar negeri sebesar Rp 179 miliar dan anggaran 2011 meningkat menjadi Rp 181 miliar. Uchok memaparkan, mengaca dari anggaran perjalanan Presiden tahun 2010 sebesar Rp 179 miliar maka tiap bulan menghabiskan Rp 14,9 miliar.

Uchok membandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2010 untuk asuransi kesehatan masyarakat sebesar Rp 1 Triliun untuk 32,53 juta rakyat miskin. Dan rata-rata pertahun untuk asuransi rakyat miskin hanya Rp 152.704 untuk setiap tahun untuk satu orang rakyat miskin, dan kalau setiap bulan, orang miskin hanya menerima Rp 12.809 per orang. "Hal ini jelas sangat menyakiti

hati nurani rakyat miskin," ujar Uchok6.

Dengan adanya bukti ini memperlihatkan bahwa pemerintah tidak mempedulikan kesehatan rakyatnya, pemerintah lebih memilih jalan-jalan ke luar negeri dengan menghamburkan uang negara yang seharusnya untuk rakyat. Rakyat dibiarkan mengemis-ngemis kesehatan dengan menunggu hati pemerintah luluh kemudian mendapat pertolongan. Dengan adanya fakta ini memperkuat asumsi bahwa pemerintah hanya mementingkan kesenangannya sendiri dibandingkan dengan kesehatan rakyatnya, rakyat dibiarkan mencari-cari kesehatan yang harga mahal tersebut.

6


(11)

57

c) Pelanggaran HAM, Ketidakadilan dan Diskriminasi di Indonesia

Beberapa kasus yang tengah dihadapi rakyat Indonesia kemudian adalah problem-problem pelanggaran HAM. Tidak disadari bahwa permasalahan HAM di Indonesia yang tengah terjadi hilang tanpa ada penyelesaian. Permasalahan HAM di Indonesia ibaratnya sebuah gunung es yang terlihat hanya sedikit padahal kenyataannya di bawahnya bertumpuk masalah. Pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia hingga saat ini menunjukan lemahnya hukum di bangsa ini. Wacana ini memperlihatkan bahwa hukum di Indonesia bisa dibeli. Khalayak harus menyadari bahwa tidak perlu percaya dengan hukum yang dibeli dengan uang. Hukum dibalik uang tersebut menunjukan perilaku pemerintah yang penuh dengan kemunafikan pada rakyat. Salah satu artikel di situs Era Baca menyatakan:

Di Indonesia sendiri kasus seperti ini masih sering terjadi walaupun sudah ada lembaga yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya Pelanggaran HAM di Indonesia seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas Ham)

Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus HAM yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini. Namun pemerintah tetap berkomitmen untuk menyelesaikan

semua kasus Ham yang terjadi7.

Hanya komitmen yang keluar dari mulut pemerintah, tidak tahu apakah komitmen tersebut dilaksanakan. Komitmen yang diperlihatkan selalu berakhir pada komitmen melupakan dan membiarkan pelanggaran HAM terus terjadi. Tindakan

7


(12)

58

tersebut akan membuat banyak ketimpangan-ketimpangan. Pemerintah bisa semena-mena melakukan ketidakadilan dan diskriminasi kepada rakyat terutama dalam sebuah keputusan hukum.

Salah contoh kasus di mana media massa telah berkali-kali memberitakan ketimpangan di negeri ini yaitu ketidakadilan yang terjadi di dalam Rutan dan LP. Terbukti dengan temuan Satgas pemberantasan Mafia Hukum beberapa tahanan malah bersenang-senang di dalam LP dengan fasilitas mewah. Dalam salah satu berita di situs Berita Sore:

Satgas melakukan sidak di Rutan Pondok Bambu, mendapati beberapa tahanan seperti Artalita dan sejumlah pejabat memiliki fasilitas super mewah, tidak seperti fasilitas tahanan lainnya dan secara hukum pengadaan fasilitas

super mewah ini telah merusak sistem hukum Indonesia8.

Fakta ini pun diperkuat dengan video rekaman video HP buatan Syarifuddin S Pane, mantan narapidana kasus suap cek pelawat dalam Lingkar Berita:

Pemerintah kebakaran jenggot. Namun tidak menghapus bukti masih adanya diskriminasi di penjara. Dalam video berdurasi 20 menit buatan bulan Mei 2008 menunjukkan aktivitas di dalam Rutan Salemba Jakarta, berikut aktivitas judi para napi. Di dalamnya ada kamar-kamar yang mewah, warung nasi yang dikelola sipir penjara, juga praktek sewa-menyewa kamar untuk check-in narapidana. Berbagai pemberitaan media menyebutkan, para tahanan kasus "basah" harus membayar Rp 30 juta untuk menempati blok penjara yang dilengkapi fasilitas mewah. Kalau tidak membayar terpaksa mendapat sel dan pelayanan yang buruk dan kurang manusiawi. Di LP Salemba terdapat blok A sampai R dengan daya tampung maksimum 800 orang. Nyatanya, Salemba

kerap dipenuhi tahanan dan napi hingga 1500 orang9.

8

http://Putra Kaban-TahananRutanDanLPDiperlakukan Seperti‘Dagang Sapi’ _ Harian Berita Sore.htm/

9


(13)

59

Adanya pengistimewaan tahanan atau napi kelas kakap menunjukkan masih adanya aparat pemasyarakatan yang doyan suap, korupsi, dan diskriminatif terhadap warga binaan. Sesuai aturan pemasyarakatan, seharusnya seluruh warga binaan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Fakta ini pun memperlihatkan keburukan petugas-petugas lapas bahwa kinerja mereka penuh dengan kepentingan-kepentingan untuk memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri. Namun lemahnya pengawasan internal, tiadanya penegakan hukum yang tegas, dan ketidakseimbangan posisi ekonomi-politik napi terhadap petugas lapas akan terus menyebabkan terjadinya tindakan diskriminasi.

Dengan melihat wacana memberi pengetahuan kepada khalayak tentang kondisi yang dialami oleh bangsa Indonesia, pada akhirnya memunculkan satu rasa kepedulian. Kepedulian ini terlihat dengan melakukan satu pengungkapan peristiwa-peristiwa atau masalah-masalah yang jelas merugikan kehidupan rakyat Indonesia. Dengan melihat wacana yang terbentuk, khalayak harus mengetahui bahwa ada begitu banyak ketidakpedulian pemerintah yang terlihat dari masalah-masalah yang sampai detik ini tidak diselesaikan dengan tuntas, sehingga bangsa memerlukan perhatian lebih dari khalayak sebagai rakyat Indonesia.


(14)

60

1. Wacana Menyatakan Penegasan Sikap Pada Khalayak Bahwa Keterpurukan Bangsa Indonesia Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Merupakan Ketidak berhasilan Kebijakan Pemerintah

Setiap saat pemerintah harus mengambil sebuah keputusan dari berbagai kemungkinan pilihan untuk menjalankan kehidupan dalam manajerial pemerintahan. Kemungkinan-kemungkinan dalam pilihan harus dilakukan, bahkan memilih untuk tidak bertindak apapun sesungguhnya merupakan sebuah keputusan. Hal ini tergantung kepada pembuat keputusan yakni pemerintah. Keputusan pemerintah yang keluar seharusnya selalu menyangkut pada kebaikan masyarakat. Namun dewasa ini, kebijakan-kebijakan pemerintah kini tidak berpihak pada rakyat dan memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah sering berubah-ubah dan asal-asalan. Hal ini membuktikan kalau pemerintah salah dan gagal merumuskan, memutuskan dan menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.

Contoh kebijakan yang memperlihatkan kegagalan pemerintah yaitu kebijakan ekonomi dengan melakukan pinjaman atau utang ke luar negeri. Indonesia sebagai bangsa yang berkembang dengan jumlah kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang sangat besar, memaksa pemerintah untuk mencukupi semua kebutuhan rakyatnya. Namun, dengan berjalannya proses kehidupan di negeri ini, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak berhasil. Dengan adanya keputusan dalam melakukan peminjaman utang ke luar negeri, pemerintah telah membuka jalan bagi keterpurukan ekonomi bangsa, terutama keterpurukan keuangan. Utang negara yang menumpuk-numpuk dan


(15)

61

memperlihatkan ketidakberhasilan pemerintah dalam mengolahnya dan

mengembalikannya. Ditambah dengan ketidakberhasilan kebijakan tersebut pemerintah Indonesia dengan mudah ditunggangi oleh pemilik modal yaitu Bank Dunia dan IMF.

Kenyataan yang dilihat oleh rakyat Indonesia bahwa bangsa ini terus dihadapkan dengan jumlah utang negara yang membukit, membuat memaksa Indonesia untuk terus melakukan peminjaman. Tapi sayang, tuntutan berutang tersebut pun menuntut Indonesia tetap melakukan pembayaran pinjaman luar negerinya meskipun sumber keuangan negara terbatas.

Dengan keminiman ini pemerintah mengerahkan segala cara untuk mendapatkan utang ke luar negeri. Tetapi, justru tidak mengurangi utang yang dimiliki melainkan malah menambah bobot nilai dari utang tersebut. Perjalanan utang negara secara langsung tidak memperlihatkan dana tersebut bermuara atau digunakan untuk kepentingan seperti apa. Apakah untuk meningkatkan pembangunan, kesejahteraan di tanah air atau digunakan untuk menutup utang yang sebelumnya. Seperti pernyataan Ekonom Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy:

“Siapa pun yang akan menjadi presiden di masa depan harus ada

perubahan dalam menyelesaikan persoalan utang. Jika kebijakan ekonom masih setia pada Mafia Berkeley maka Indonesia terus dijajah melalui instrumen utang,” kata Ekonom Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy di Jakarta, Selasa (14/4). Data menujukkan, selama lima tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah nominal utang telah membengkak dari Rp 1.275 triliun pada 2004 menjadi Rp 1.667 triliun pada 11 Februari 2009.“Seorang pemimpin harus melakukan terobosan besar terhadap persoalan utang. Tanpa ada perubahan kebijakan maka tidak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin seperti itu,” tandasnya. Noorsy mengatakan, ekonom Mafia Berkeley


(16)

62

telah menjalankan strategi jitu guna menjerat bangsa ini melalui utang-utang baru10.

Fakta ini pun diperkuat oleh ekonom dari INDEF, Imam Sugema yang menyatakan:

Saat ini visi ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan Yudhoyono-Kalla masih sangat liberal, sehingga berdampak pada semakin bertambahnya angka kemiskinan. Karenanya, siapa pun yang terpilih pada Pilpres mendatang, lanjut Imam, harus membentuk tim ekonomi yang jelas dengan visi ekonomi

yang kuat dan tidak lagi berlandaskan pada sistem ekonomi liberal11.

Penegasan dari beberapa pendapat para pengamat atau ahli di atas, menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar membiarkan bangsa terpuruk dalam kebijakan yang meerugikan. Sepertinya tidak ada sikap tegas dari pemerintah untuk bangkit dari keterpurukan dalam memutuskan setiap kebijakan yang lebih baik untuk kepentingan bersama terutama rakyat.

Keinginan untuk memberi ketegasan kepada khalayak, agar merubah pola pikir bahwa kebijakan pemerintah saat ini tidak benar-benar mementingkan nasib bangsa yang akan berimbas kepada nasib rakyat apalagi mempertanggung jawabkan perbuatannya. Menyakini bahwa saat ini pemerintah memperlihatkan kualitas manajerial pemerintahan yang buruk.

10

http://Tanpa Perubahan, Utang RI makin Menumpuk _ Bayt al-Hikmah Institute.htm/

11


(17)

63

2. Wacana Menghimbau dan Mengajak Khalayak Tidak Menjadi Objek

pemerintah, sehingga Membentuk kesadaran untuk Bangkit Dari Dominasi Pemerintah yang Tidak Merakyat

Bukan rahasia umum lagi kalau rakyat selalu menjadi objek atau sasaran empuk dari pembangunan bangsa. Dalam wacana yang ingin disampaikan, mengajak khalayak sadar untuk segera bangkit dari dominasi pemerintah. Pada akhirnya berusaha membuat khalayak segera mengambil keputusan agar tidak kembali menjadi objek pemerintah.

Rakyat dan pemerintah tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Pemerintah memerlukan rakyat dan rakyat memerlukan pemerintah untuk mengatur kehidupan bangsa Indonesia. Namun seiring berjalannya proses pembangunan bangsa, pemerintah merasa berada di atas angin. Pemerintah mengganggap bahwa ia memiliki kekuasaan dan berkuasa atas rakyat dan bangsa ini. Seringkali menjadikan rakyat sebagai bahan percobaan kebrutalannya dalam pemerintahan. Salah satu contoh fakta dari pengadaan mobil baru menteri kabinet SBY-Boediono jilid II. Wacana penggantian mobil menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dengan tipe kendaraan yang lebih mewah ketimbang kabinet sebelumnya.

Pada kenyataannya, adanya permainan politik dalam menyelesaikan kasus-kasus yang merugikan rakyat Indonesia. Tetapi, pemerintah masih saja menuntut untuk mendapatkan fasilitas atau kenyamanan yang lebih lagi. Salah satu kemewahan yang adalah penggunaan mobil. Harga mobil Toyota Royal Saloon memiliki harga yang fantastis. Dan mobil ini tidak tangung-tanggungnya menjadi salah satu kendaraan yang


(18)

64

paling bergengsi di negara maju, dan tidak kalah saingnya dengan merek mobil terkenal yaitu BMW dan Mercedez Benz. Bahkan yang lebih hebatnya lagi mobil mewah milik pejabat negara ini langsung diimpor dari Jepang. Harga atau biaya ongkos kirim pun mahal apalagi pajaknya. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Abdullah Dahlan, mengatakan:

Pemberian mobil mewah bagi pejabat negara itu merupakan tindakan pemborosan anggaran negara. Patut diduga juga adanya dugaan korupsi dalam penganggaran dan pengadaannya serta melukai perasaan masyarakat yang melanggar ketentuan Menteri Keuangan“Dari aspek penyusunan anggaran kami menilai pengadaan ini bermasalah. Selain melukai perasaan masyarakat, juga melanggar ketentuan Menteri Keuangan,” katanya.

Menurutnya, pengadaan mobil ini juga tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No 64/PMK.02/2008 mengenai Standar Biaya Umum Anggaran 2009. Disebutkan, biaya tertinggi pengadaan mobil dinas pejabat

adalah Rp 400juta per unit.12.

Melihat pendapat di atas, tidak menjadi persoalan jika fasilitas mewah tersebut sebanding dengan kinerja dan pengabdian pemerintah kepada rakyat. Mungkin dengan adanya fasilitas yang menunjang pekerjaan mereka sebagai wakil rakyat, akan membuat mereka mempunyai semangat yang besar untuk memajukan Indonesia dan mensejahterakan rakyat. Namun, dalam kenyataan justru sebaliknya, pemerintah hidup dalam kemewahan sementara rakyat tetap miskin. Kinerja pemerintah tidak dapat diukur dari pemberian fasilitas mewah dan bergengsi. Pemerintah tetap saja melakukan kesalahan yang sama sampai saat ini. Tidak hanya itu, di mana permasalahan mengenai pembuktian kebenaran diantara pemerintah yang mempunyai kuasa atau kekayaan akan

12

http://rakyatmerdeka.co.id/BPK,-Periksalah-Segera-Anggaran-Mobil-Menteri.htm pada Jumat 16 Juni 2012 pukul 13.56


(19)

65

menutupi kebenaran dan keadilan yang seharusnya bisa membuktikan mereka bersalah bila terlibat sebuah kasus hukum. Khalayak harus memasang streotipe bahwa Fasilitas mewah para pejabat menunjukkan pemerintah tidak memiliki sikap rendah hati dan sikap kemanusiaan.

Khalayak harus sadar bahwa saat ini pemerintah tidak dapat diandalkan untuk mementingkan atau pro kepada rakyat. Khalayak harus bangkit membentuk satu kesatuan bersama-sama berupaya untuk mencapai kehidupan yang layak. Karena sampai saat ini pemerintah hanya mengurusi kehidupannya, memperkaya diri, keluarga, kelompok, maupun partainya. Pemerintah tidak mempunyai waktu mengurusi kehidupan rakyat kecil. Walaupun demikian, di sini rakyat mempunyai kekuatan yang besar untuk menggerakan pemerintah kepada tugas profesionalnya yang harus pro pada rakyat. Terutama dalam menjalankan tugas-tugas, pemerintah tidak sewenang-wenang dalam pemerintahan.

3. Wacana Bantahan Tidak Percaya Pada Alasan-Alasan Pemerintah Mengatas Namakan Rakyat, Khalayak Menyadari Bahwa Janji-Janji Pemerintah Sebelum Maupun Sesudah Memimpin Sama Sekali Tidak Mengubah Nasib Bangsa Indonesia

Pemerintah dikenal suka mengumbar janji-janji kepada rakyat terutama saat mendekati kampanye untuk mendapatkan pemimpin baru. Wacana yang berkembang di masyarakat ini memperlihatkan bahwa pemerintah suka berbohong atau menipu


(20)

66

rakyatnya sendiri. Dengan melakukan bantahan kepada pemerintah yang suka memberikan alasan-alasan bahwa tindakannya adalah untuk kepentingan rakyat adalah bohong. Padahal alasan-alasan tersebut tidak membuktikan untuk kepentingan rakyat.

Salah satu contoh Pilpres pada April 2009, merupakan pemilu kedua yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia. Rakyat terkesan hanya dijadikan alat untuk meraih kepentingan-kepentingan mereka. Ketika menjelang pemilihan mereka menebar senyum, foto-foto indah, dan janji-janji manis. Namun bila telah jadi mereka akan tega mentertawakan, memintari, dan bahkan menghilangkan nyawa anggota masyarakat dengan pelan-pelan melalui pemiskinan terhadap rakyat. Mereka pintar mengelabui rakyat dengan sampul-sampul bahasa yang ternyata berisi konten-konten korupsi. Apalagi kesibukan untuk moment Pemilu 2009 membuat pemimpin bangsa tidak terlalu menanggapi dengan serius permasalahan bangsa yang menimpa rakyat kecil. Mereka akan menciptakan jurang pemisah dengan rakyat, padahal pemerintah dipilih langsung oleh rakyat karena adanya kepercayaan.

Pemerintah tidak sadar bahwa pemilu kedua, rakyat tentu akan lebih selektif dalam memilih. Apalagi rakyat semakin kritis melihat kegagalan dari pemerintahan terdahulu. Ditambah dengan adanya fakta bahwa Pemilu 2009 banyak pemilih-pemilih baru seperti anak-anak muda yang menjadi target utama para kandidat Pilpres 2009 yang dianggap dapat dipengaruhi dalam memilih pemimpin bangsa. Tapi pemerintah salah, anak-anak muda lebih banyak menjadi golongan putih (GOLPUT). Ridwansyah Yusuf Achmad seorang aktivis menyatakan bahwa:


(21)

67

Data menunjukkan tingkat Golput (tidak mencoblos) pada berbagai pilkada sangatlah tinggi, di Ibukota Jakarta yang notabenenya adalah mereka

yang memiliki akses informasi ternyata sangat tinggi, mencapai 37%13.

Dengan data tersebut, dapat mewakili bukti-bukti bahwa rakyat malas mengikuti Pemilu karena pemerintah tidak pernah berubah secara nyata di depan rakyat Indonesia. Pemerintah yang tidak lagi peduli membuat rakyat malas-malas mendengar kegiatan pemerintahan seperti Pemilu. Sikap pemerintah yang tidak peduli membuat kegagalan dalam pemerintahan. Selama SBY menjadi pemimpin bangsa Indonesia, Presiden SBY gagal oleh pendapat para pengamat politik. Dilihat dari gaya berpidato dan komunikasi berpolitik Presiden SBY. Presiden lebih sering curhat dan terkesan terdzalimi mendapat kritik dari sejumlah masyarakat. Hal ini semakin diperburuk bahwa dalam kepemimpinannya SBY gagal saat dihadapkan pada permasalahan internasional seperti TKI, Pulau Ambalat dan koruptor. Bahkan, masalah dalam negeri seperti kasus Lumpur Lapindo yang tidak kunjung selesai bahkan lebih merugikan rakyat. Semua masalah-masalah yang terjadi selama kepemimpinan Presiden SBY telah menjadi titik perhatian masyarakat untuk melihat bagaimana tindakan nyata pemerintah terutama Presiden SBY dalam pemerintahan.

Pembawaan SBY yang terkesan lamban, pendiam, murung, sayu, sedih, muram, raut wajahnya sehingga orang iba kepadanya. Di sini, dapat terlihat bahwa Presiden SBY tidak dapat menempatkan diri dan mengambil sikap yang tegas untuk kesejahteraan negara ini. Presiden tidak mampu menempatkan hati dan perasaannya

13


(22)

68

untuk menjadi sebuah sikap yang penuh kelembutan dalam menjawab semua kebutuhan rakyat. Peneliti LSI (Lembaga Survei Indonesia) Burhanudin Muhtadi menilai:

Pernyataan bernada melankolis yang kerap dilakukan Presiden SBY, di forum non formal maupun formal, salah satunya pada saat Rapat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di Cipanas, (02/02), justru kontraproduktif dengan apa yang menjadi keinginan masyarakat selama ini.“Secara komunikasi politik ini kurang baik. Seorang presiden yang terlalu banyak curhat sesuatu yang bukan substantif akan menjadi kontraproduktif. Masyarakat bisa menganggap SBY lebay,” katanya.

Menurutnya, keluhan SBY terkait demonstrasi beberapa hari lalu itu, sebenarnya tak lain merupakan bagian dari politik melankolis yang coba dilakukan untuk lagi-lagi mengail simpati publik. Dalam politik memang sikap seperti itu tidak sah-sah saja dilakukan.“Namun yang mesti diperhatikan, adalah dampak negatif jika terlalu sering dilontarkan. Masyarakat kita sudah banyak belajar, publik akan semakin kebal dengan pola-pola mencuri hati seperti ini,”

papar Burhan14.

Senada dengan Burhan, Kordinator Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti, menilai bahwa:

Apa yang dilakukan SBY sebetulnya sudah merugikan masyarakat. Karena, perlahan-lahan curhatan tersebut akan semakin menambah beban

masyarakat saja15.

Ada yang menganggap bahwa sangatlah tidak wajar jika pemimpin yang memimpin sebuah negara yang begitu besar memiliki sifat-sifat tersebut karena adanya ketakutan. Penyelesaian permasalahan yang terjadi justru membawa kebobrokan bagi

14

ht t p:/ / Diary Curhat SBY Polit ik M elankolis Berdam pak Sist em ik.htm/

15


(23)

69

negara itu sendiri. “Sikap Berani” dituntut untuk dimiliki oleh seorang Presiden. Di mana berani untuk mengatakan “tidak” kepada yang salah dan “ya” kepada yang benar, berani untuk mengambil sikap ketika jajaranya melakukan tindakan pelanggaran dan berani untuk membela rakyatnya.

Ketika rakyat melihat sebuah peristiwa dalam bangsa, rakyat pada akhirnya mempertanyakan kinerja dari pemerintah. Dan pada akhirnya, muncul keragu-raguan atau kurang percaya masyarakat terhadap pemerintah. Apalagi dalam membangkitkan lagi rasa hormat dan rasa percaya yang hilang di mata masyarakat mengenai kinerja atau citranya. Dengan melihat beberapa fakta tentang kinerja pemerintah atau Presiden memperlihatkan bahwa pemerintah hanya mengumbar janji kepada rakyat namun tidak ada perubahan nasib bangsa Indonesia dari setiap janji-janji ataupun kinerja pemerintah selama ini.

4. Wacana Membuktikan Harapan Rakyat Melihat Masa Depan Bangsa

Indonesia Lebih Baik, Gagal Tercapai Karena Pemerintah Tidak Sungguh-Sungguh Menjalankan Tugasnya

Pemerintah dapat mempengaruhi rakyat hanya dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya, sehingga rakyat bisa diberi iming-iming kehidupan yang lebih baik, kesejahteraan, lapangan pekerjaan yang luas, pendidikan terjamin dan lain sebagainya. Iming-iming atau harapan seperti inilah merupakan cita-cita rakyat Indonesia. Siapa yang tidak mau bila mendapatkan kebutuhan dan fasilitas yang baik tentu tidak ada


(24)

70

yang menolak. Harapan-harapan yang menjadi cita-cita rakyat ini terbukti tidak dilakukan secara maksimal oleh pemerintah terlihat dari taraf hidup rakyat Indonesia yang tidak berubah menjadi lebih baik.

Wacana yang berkembang dalam masyarakat inilah yang pada akhirnya membuat khalayak harus menepis cita-cita atau harapan yang didam-idamkan ternyata sama sekali tidak terwujud. Ketidakberhasilan ini karena perbuatan pemerintah yang hanya merealisasikan cita-citanya yaitu kesejahteraan dan kekayaan bagi dirinya sendiri. Dalam pemberitaan Front Perjuangan Rakyat:

Lihat saja apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Meski pemerintah SBY-JK berulangkali meyakinkan publik tentang kecilnya dampak akibat krisis keuangan dan ekonomi dunia, namun fakta di lapangan justru sebaliknya. Hantaman krisis ekonomi begitu kuat dirasakan oleh kaum buruh yang berdasarkan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri dipaksa merelakan perampasan upah yang menjadi haknya. Demikian pula bagi kaum tani yang akan menghadapi gelombang perampasan tanah dan represifitas politik SBY-JK demi lancarnya pembangunan infrastruktur besar yang konon ditujukan untuk menarik investasi asing.

Tidak cukup dengan itu, Pemerintah SBY-JK juga berniat untuk mengeruk sebesar-besarnya pendapatan dari pajak perorangan yang pada APBN 2009 ditargetkan mencapat sebesar Rp 364,4 triliun atau melebihi realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 yang mencapai Rp 325,7 triliun serta melipatgandakan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dengan target pengiriman 1 juta orang per-tahun mulai tahun 2009 untuk menggelembungkan penerimaan devisa dari remitan (uang kiriman) buruh migran Indonesia yang ditargetkan mencapai Rp 125 triliun atau hampir dua kali-lipat penerimaan

remitan tahun 2008 ini16.

Fakta ini memperlihatkan banyak rakyat yang malah harus mengorbankan mimpinya untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Rakyat tidak mampu menghadapi setiap paksaan-paksaan pemerintah hanya untuk mencapai target yang tidak mewujudkan perkembangan bangsa. Pemerintah lebih mementingkan atau menghadiri

16


(25)

71

pertemuan G-20 untuk membahas rencana ekonomi global yang menghentikan realisasi harapan rakyat Indonesia untuk mewujudkan kualitas kehidupan ekonomi yang lebih baik. Dengan dukungan pemerintah dalam pertemuan ini pemerintah membuka kesempatan luar negeri untuk mematikan industri lokal rakyat, kualitas barang yang buruk, membuat harga-harga tidak berimbang, dan sebagainya.

Pemerintah tidak sungguh-sungguh mewujudkan harapan rakyat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Di mana pemerintah hanya mengikuti negara-negara maju, namun pemerintah tidak melihat kenyataan atau realitas yang terjadi di bangsa ini. Pemerintah hanya memikirkan bagaimana negara bisa mendapatkan devisa sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan apakah ada dampak yang nyata dan menguntungkan untuk rakyat Indonesia. Dengan adanya wacana ini pada akhirnya menginginkan khalayak untuk mewujudkan cita-cita dan harapan sendiri yang tidak akan kunjung direalisasikan oleh pemerintah, sehingga membentuk satu sikap tegas pada pemerintah.

1.2Superstruktur

Alur cerita atau wacana dalam Jurnalisme Komunitas sama halnya dengan yang disampaikan oleh pemikiran Stanton (Nurgiyantoro, 1995:113). Wacana dalam Jurnalisme Komunitas mempunyai skema atau alur dalam penyampaian pada khalayak. Alur ini menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam wacana disusun dan diurutkan (dikonstruksikan) sehingga membentuk satu pengertian. Tiap peristiwa bangsa yang terjadi dihubungkan karena adanya sebab dan akibat. Hal ini terlihat pada keterangan,


(26)

72

petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya pada peristiwa politik, sosial, ekonomi, hukum di Indonesia.

Diawali dengan pemaparan semua permasalahan bangsa. Jurnalisme komunitas sebagai penutur atau penyampai wacana menyimpan segudang asumsi dalam pikirannya. Asumsi mengenai permasalahan bangsa, asumsi mengenai oknum-oknum yang terlibat dalam permasalahan-permasalahan bangsa, asumsi mengenai dirinya sebagai rakyat Indonesia dan asumsi mengenai pengalaman-pengalaman orang-orang yang ada di sekitarnya. Asumsi atau dugaan ini akhirnya mengantarkan pada bagaimana mengungkapakan wacana tentang kegagalan pemerintah yang terbukti dengan keterpurukan bangsa Indonesia selama ini.

Asumsi mengenai permasalahan bangsa Indonesia yang begitu kompleks dipaparkan lebih mendalam, karena dianggap bahwa permasalahan bangsa yang terjadi begitu banyak dan sedikit yang berhasil diselesaikan. Masalah-masalah seperti korupsi, diskriminasi, ketidakadilan, kemiskinan, kesehatan, kepercayaan, sampai kinerja pemerintah, ingin disampaikan agar khalayak mengetahui bahwa wacana yang terbentuk mempunyai bukti-bukti yang akurat.

Permasalahan-permasalahan tidak pernah selesai karena memperlihatkan keterkaitan satu dengan yang lain. Seperti masalah politik berkaitan dengan masalah hukum atau ekonomi, masalah sosial berkaitan dengan masalah ekonomi, atau masalah hukum berkaitan dengan masalah kebangsaan lainnya. Dengan adanya hubungan-hubungan ini, diyakini bahwa negara tidak akan berhasil dengan segera lepas dari semua masalah. Hal ini sejalan dengan asumsi mengenai ada oknum-oknum atau


(27)

73

pejabat negara yang terlibat membuat masalah bangsa, sehingga tidak pernah tercapainya sebuah kebebasan bangsa dari segala aspek-aspek kehidupan yang bermasalah.

Pejabat-pejabat dijajaran pemerintahan Presiden SBY jilid I dan II memperlihatkan tingkah laku yang buruk. Mereka bekerja hanya sebatas bekerja sebagai pejabat, namun kualitas pekerjaan tidak terbukti. Hal inilah yang pada akhirnya memperkuat wacana yang menyatakan masalah bangsa merupakan kesalahan pemerintah dalam mengatur pemerintahan. Di mana, bukti-bukti yang mengarah kepada tindakan pemerintah yang menyalahgunakan kepercayaan rakyat untuk mengatur bangsa. Seharusnya, pekerjaan para pemerintah menggarahkan bangsa kepada kesejahteraan dan kesetaraan dengan negara-negara maju lainnya. Pemerintah malah melakukan kesalahan fatal yang disaksikan, dirasakan, dan dialami langsung oleh rakyat Indonesia. Dari pembuktian ini pemerintah selalu mempunyai alasan-alasan baik logis maupun tidak logis pada masalah yang ditimbulkannya.

Pemerintah berhasil bebas dari tuduhan-tuduhan yang seharusnya memenjarakan mereka baik secara sosial maupun secara fisik, Di sini ditampilkan bagaimana pemerintah itu licik. Pernyataan Stefanus Gusman salah seorang aktivis pemuda:

Presiden SBY menyatakan bahwa kepindahan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Bank Dunia adalah atas dasar permintaan Bank Dunia. Namun, di sebuah media nasional diungkapkan bahwa kepindahan Sri Mulyani sesungguhnya merupakan paksaan dari Presiden. Seorang pejabat Kementerian

Keuangan mengatakan, Sri Mulyani tidak pernah berniat mengundurkan diri17.

17


(28)

74

Dari pernyataan ini, para akitivis menemukan kebohongan-kebohongan di tubuh pemerintahan Presiden SBY. Asumsi-asumsi ini diperjelas dengan menyebutkan nama-nama pejabat yang memerintah saat ini yang menghindar dari jerat hukum. Masih banyak lagi oknum-oknum yang secara jelas ingin diperlihatkan kebobrokannya seperti Presiden SBY yang suka melancong, para menteri-menteri kabinet SBY-Boediono yang menikmati fasilitas mewah, pejabat legislatif, yudikatif, dan eksekutif tidak mampu memperlihatkan rasa keadilan pada masyarakat, atau pejabat-pejabat di penjara hidup dalam kebebasan dan kemewahan. Walaupun tidak langsung mengarah pada nama-nama pejabat, penyebutan seperti itu sudah mewakili pejabat mana yang tengah membuat masalah di Indonesia.

Tindakan-tindakan yang tidak patut untuk label seorang pejabat membuat kepercayaan rakyat mulai tidak menghargai sebuah kepemimpinan. Alur wacana ini memunculkan asumsi mengenai pemerintah memiliki tingkah laku yang semakin menyimpang dan membuat rakyat Indonesia sebagai korban. Khalayak sebagai rakyat Indonesia dibentuk sebagai korban dari kebusukan pemerintah. Rakyat adalah objek yang sangat mudah dibohongi, disakiti, atau diinjak-injak. Rakyat hanya bisa menerima apa yang dilakukan pemerintah terhadap dirinya.

Namun, dibalik pembentukan citra rakyat atau khalayak tersebut, secara sama-samar asumsi rakyat sebenarnya sebagai penguasa bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Pemerintah hanya bagian kecil dalam bangsa, rakyatlah bagian yang sangat besar di negeri ini. Rakyat mempunyai kekuatan untuk membuat pemerintah yang tidak benar menjadi tidak punya kekuasaan. Hati rakyat atau khalayak dipengaruhi


(29)

75

untuk tidak percaya pada omongan kosong, tingkah laku atau kinerja pemerintah yang selalu mengatas namakan rakyat untuk mencapai tujuan-tujuan liciknya. Tujuan asumsi rakyat di sini menekankan bagaimana khalayak atau rakyat percaya dengan pemimpin yang telah dipilih saat Pemilu.

Saat Pemilu, rakyat adalah incaran politikus yang berniat terpilih menjadi

pemerintah. seperti kasus money politik dianggap merupakan kebodohan rakyat karena

mau saja menerima atau disuap beberapa lembar uang. Hal ini karena kurangnya peran pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang berkenaan dengan politik kepada masyarakat, sehingga pengetahuan masyarakat akan politik sangatlah minim. Selain itu desakan ekonomi yang menghimpit membuat masyarakat dengan mudah menerima

sejumlah uang, Padahal kasus tersebut merupakan money politic yang tentu saja

melanggar hukum. Para pemberi money politic akan dikenakan pasal penyuapan dan

ironisnya para penerima dana tersebut yang sebagian besar adalah rakyat miskin yang tidak tahu apa-apa mengenai hal ini, dapat dikenakan pasal pencucian uang. Dan di kasus ini lagi-lagi rakyat miskin hanya menjadi korban dari proses komunikasi politik.

Dalam konteks ini, rakyat adalah para anggota komunitas. Anggota-anggota komunitas diajak untuk menantang, membantah, menyanggah, menuduh, atau menanyai segala bentuk pembelaan pemerintah yang tidak mengakui keterkaitannya dengan masalah seperti korupsi atau diskriminasi, sama halnya seperti yang dinyatakan oleh Bell Hooks. Anggota komunitas harus membuka pikirannya bahwa permasalahan bangsa juga masalahnya dan membuat pemerintah jangan lepas tangan begitu saja, membiarkan masalah korupsi terus menerpa bangsa.


(30)

76

Terakhir, menghubungkan asumsi-asumsi sebelumnya dengan asumsi mengenai pengalaman-pengalaman para pengamat, ahli, dan masyarakat dalam sebuah diskusi. Agar tidak dianggap bahwa wacana kegagalan pemerintah tersebut terkesan mengada-ada. Maka dipaparkan pendapat atau komentar orang-orang yang tidak suka pemerintah mulai melenceng, ahli-ahli yang dapat membuktikan tindakan-tindakan pemerintah dan argumentasi-argumentasi rakyat sehingga semakin memperjelas wacana ini. Seperti kegagalan kebijakan pemerintah di bangsa, ahli memiliki data yang akurat berkat penelitian dan pengamatannya pada keuangan bangsa yang tidak transparansi, bahkan memunculkan masalah lain yang kemudian ditanggapi oleh berbagai lapisan masyarat dari masyarakat berpendidikan atau tidak. Dengan maksud memperlihatkan, bahwa beragam orang-orang sedang mengamati pemerintah baik yang mengerti dari berbagai segi dan hanya yang polos-polos saja memberi pendapat. Dalam berita Tribun News, hasil survey yang dilakukan Charca Politica memperlihatkan:

Dalam hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa lebih dari 50% responden mengaku tidak puas dengan kinerja pemerintahan. Rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah disebabkan oleh beberapa sebab. Hasil survey Charta Politica menunjukan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dapat dijelaskan dari dua hal, yaitu jebloknya kinerja pemerintah dalam bidang ekonomi dan hukum, serta persepsi

publik yang negatif terhadap kinerja menteri yang berasal dari parpol18.

Dengan adanya pengakuan atau pun bukti-bukti, membuat wacana yang terbentuk mempunyai kekuatan untuk membuat pemerintah dalam situasi terpojok ketakutan, bahwa saat ini berbagai lapisan rakyat Indonesia mulai mengontrol tindak

18


(31)

77

tanduk pemerintah duduk di kursi empuk pemerintahan. Alur wacana ini bertujuan untuk membentuk satu ajakan atau solusi bagi khalayak jurnalisme komunitas untuk tidak terus bergantung dengan pemerintah yang tidak lagi dapat diharapkan. Pemerintah memperlihatkan kecenderungan-kecederungan negatif yang pada akhirnya membuat streotipe-stereotipe negatif bagi pemerintah sendiri.

Hal ini pun terlihat dengan penggunaan bahasa yang dipakai dalam jurnalisme komunitas yang lebih sederhana karena menggunakan bahasa komunitas yaitu bahasa sehari-hari. Wacana akan semakin kokoh di tanamkan pada khalayak karena bahasa yang digunakan dalam jurnalisme komunitas sangat bersahaja dan mudah dimengerti khalayaknya.

4.3Struktur Mikro

Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandung. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Wartawan berdiri sebagai perwakilan rakyat dalam menyampaikan maksud dan tujuannya kepada pemerintah atau Presiden. Di mana segala permasalahan yang terjadi pada masyarakat sebagai sesuatu yang menyusahkan, merugikan dan mempermalukan rakyat Indonesia melalui permainan bahasa, kalimat, atau kata.

Di sini, ideologi yang bekerja membuat pembaca tidak sadar untuk mempertanyakan situasi yang diciptakan oleh wartawan, karena kesadaran khalayak tentang realitas sosial ditentukan oleh apa yang dialami oleh masyarakat dengan cara


(32)

78

menciptakan dukungan khalayak. Dengan kata lain, menempatkan khalayak mengikuti ideologi yang disampaikan melalui kata, kalimat, pemis dan retorisnya yang mengajak untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat. Maka yang muncul dalam permainan kata, kalimat atau bahasa adalah Ideologi Nasionalisme. Berikut ini diuraikan penekanan atau penonjolan yang terlihat dalam kritik sosial jurnalisme komunitas yaitu pada Rubrik Intro Indonesia dalam menyampaikan wacana-wacana kepada khalayak melalui kata, kalimat, premis atau retoris yang mengandung ideologi-ideologi Nasionalisme sebagai berikut:

Kalimat:

“Dalam prespektif politik, apa jadinya negara ini tanpa rakyat? Seperti ‘hiu tanpa taring’…?”

Konteks dalam metafora ini memperlihatkan khalayak dari beberapa segi pengertian, di mana adanya hubungan antara pemerintah dan rakyat yang tidak dapat terpisahkan. Di awali dengan menegaskan bahwa berdasarkan perspektif politik, sebuah pertanyaan, ada hubungan yang sangat erat antar negara dan rakyat atau hubungan antara pemerintah Indonesia dengan rakyatnya. Hubungan tersebut adalah hubungan saling membutuhkan antara kedua belah pihak yang sama-sama memerlukan dukungan untuk mencapai kepentingan bersama. Dengan menggunakan perpektif ini, kalimat metafora ingin memberi tahu dan menegaskan, saat ini yang terlihat adalah hubungan pemerintah dengan rakyat renggang. Di mana pemerintah cenderung mementingkan diri sendiri.


(33)

79

Wisnu Adang Jaya dalam pernyataannya di Kompasiana:

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperingatkan kepada para pejabat publik, mulai dari pusat sampai ke daerah daerah agar tidak mempergunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi. Peringatan yang disampaikan oleh KPK itu mengatakan, pemanfaatan fasilitas negara oleh pejabat publik untuk keperluan pribadi bisa dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.

Rakyat telah lama mengalami penderitaan, sementara para pejabatnya menari nari dalam eforia kemegahan di atas penderitaan rakyatnya. Mengutip sair lagu Djalaut Hutabarat seniman kota kerang ” Pisang raja setandan jangan makan seorang, pilirkan kawan berjiran ada yang makan tak makan, terkadang makan makan, terkadang terus tak makan “ Duh rakyat nasibmu memang

malang”19

Kecenderungan pemerintah mementingan dirinya, pada akhirnya akan membuat rakyat tidak simpati pada mereka. Selaras dengan penggunaan peribahasa untuk memperkuat perspektif politik, yang menyatakan hubungan antara pemerintah dan rakyat seperti “hiu tanpa taring”. Hiu sebagai binatang yang buas tidak akan menakutkan bila tidak punya taring. Peribahasa tersebut untuk memaknai bahwa wacana yang berkembang saat ini membentuk, bahwa pemerintah kehilangan taringnya yang seharusnya didukung oleh rakyat dalam mengolah bangsa. Terlihat dari wacana yang ingin disampaikan membuktikan bahwa pemerintah menutup mata dengan kehidupan rakyat Indonesia yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan dan keterpurukan. Bila tidak ditanggulangi hubungan ini akan mengarahkan bangsa dalam satu situasi yang akan menciptakan batasan yang lebih jauh dengan rakyat.

19

http://kompasiana/MobilDinasDigunakanUntuk Selingkuh,KPK Semoga Bukan Gertak Sambal/Wisnu AJ/htm pada 6 September 2012 pukul 15.31


(34)

80

Kalimat:

“Pro-kontra diantara para pemimpin, masih selalu membinggungkan rakyat!”

Konteks dalam kalimat ini adalah pemerintah mempertontonkan sikap buruk di depan rakyat. Kalimat tegas dengan diakhiri penggunaan tanda seru (!), untuk menegaskan bahwa pemerintah tidak punya kesatuan yang membuat rakyat tidak dapat mengerti dengan tingkah laku yang tidak sepaham. Kalimat ini memperlihatkan bahwa kritik sosial tertuju pada pemerintah, sehingga mencoba menuduh pemerintah dalam mengambil keputusan atau kebijakan membuat rakyat binggung untuk menjalankannya. Permasalahan-permasalahan yang muncul dari segala kebijakan dianggap sebagai solusi yang terbaik, namun malah menimbulkan masalah baru. Hal ini merupakan tanda bahwa di dalam pembentukan atau pembuatan sebuah kebijakan sering terjadi silang pendapat antar sesama pejabat-pejabat bangsa, sehingga tidak mampu merumuskan kebijakan dengan baik. Satu kesatuan dalam tubuh pemerintahan sangat penting karena jabatan yang ada dipundak mereka merupakan sebuah tanggung jawab yang tidak main-main. Rektor Universitas Paramadina Anies R Baswedan, menyatakan:

Tak hanya itu, komunikasi di antara para pemimpin bangsa juga tak terjalin, bahkan pemimpin cenderung melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji saat rapat kerja seperti adu argumentasi yang berakhir pada adu jotos atau

saling menjelek-jelekan satu dengan yang lain20.

20

ht t p:/ / ant ara-new s/ anies-indonesia-alami-krisis-kepem im pinan.htm / pada 6 sept em ber 2012 pukul 09.30


(35)

81

Namun, hal ini tidak ditanggapi serius oleh pemerintah. Adu jotos dan perang

mulut dalam sidang dianggap lumrah padahal memperlihatkan attitude kepemimpinan

yang buruk dan tidak terpuji. Khalayak harus menyadari sikap-sikap ini. Sikap yang tidak mampu mengubah kehidupan yang terbaik bagi rakyat. Kualitas pemerintah semakin hancur karena tidak ada perubahan mendasar dalam memilih dan menempatkan seseorang dalam kursi pemerintahan. Pro kontra yang tidak jelas dan tidak mendasar atau hanya argumentasi kosong dalam rapat-rapat atau sidang memposisikan pemerintah pada level terendah dalam benak rakyat.

Kalimat:

“Apa yang kita tanam hari ini, itu yang akan kita tuai kemudian. Siapa yang kita pilih hari ini, itu yang akan memimpin kita kemudian”.

Konteks dalam kalimat ini adalah khalayak mempunyai hak yang harus digunakan dengan cerdas saat momentum Pemilu. Tidak terlepas juga mengkritisi diri sendiri atau khalayak sebagai rakyat Indonesia. Kalimat yang digunakan dengan memberi penekanan atau penonjolan kalimat kritik seperti sebuah pepatah. Kalimat ini mengartikan bahwa apa yang diputuskan oleh khalayak atau rakyat saat memilih pemimpin bangsa Indonesia akan menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyat. Jangan mudah terpengaruh dengan elit-elit politik yang menebar kebaikan-kebaikan lewat media, karena apa yang dipilih oleh rakyat menentukan masa depan bangsa. Apalagi memilih secara asal-asalan atau dipengaruhi orang, maka pemimpin dengan kualitas buruk akan terpilih kembali. Kualitas kepemimpinan yang


(36)

82

buruk akan membawa bangsa dalam mimpi buruk hingga 5 tahun mendatang. Dan dalam tahun-tahun itulah rakyat akan hidup dalam kesengsaraan tidak hentinya.

Di saat rakyat mendengarkan janji-janji kampanye peserta Pemilu dan mereka terpilih menjabati kursi-kursi empuk tersebut, maka rakyat pasti akan disuguhkan kesenangan-kesenangan palsu. Hal ini pun harus disadari oleh khalayak, agar elit-elite politik bersungguh-sungguh mencalonkan dirinya sebagai wakil rakyat. Wacana yang berkembang saat ini memunjukkan kepada rakyat bahwa janji manis elit politik tidak dibawa sampai mereka terpilih. Seperti salah satu berita dalam Suara Karya Online:

Pemerintah diharapkan tidak mengumbar janji akan meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja jika tidak bisa merealisasikannya segera. Apalagi selama ini terbukti seluruh wacana pemerintah yang tergolong "angin surga" selalu tidak berjalan baik.

Pemerintah yang terpilih akan membumbui janji-janji kampanyenya dengan indah dan rakyat hanya menunggu-nunggu kapan semua janji akan dilaksanakan. Tapi, janji-janji indah tersebut hanya lepas lewat mulut dan hilang lewat udara di sekitarnya seperti kenyataan-kenyataan yang sering terjadi.

Kalimat:

“Mau jadi apa negara ini jika pemimpinnya melankolis?”

Konteks dalam kalimat ini adalah Presiden Indonesia menunjukan bukan sikap atau gaya kepemimpinan yang tepat menjalankan pemerintahan. Kalimat ini sedang menuduh Presiden Indonesia yaitu Presiden SBY. Menggunakan kata “melankolis” memperlihatkan bahwa sosok SBY saat ini seperti pemimpin yang tidak tegas dan tidak


(37)

83

berani. Menjadi seorang Presiden bukan hal yang mudah karena segala pusat kekuasaan berada dalam tangannya. Presiden SBY tidak menyadari perilaku melankolisnya selama kepemimpinannya dalam periode I dan II. Hal ini akan berimbas pada rakyat. Rakyat mempercayai bangsa ini pada Presiden, tapi Presiden tidak mempunyai kepercayaan atas tanggung jawab yang diembannya. Maka timbulah kalimat tanya ini. Sepertinya tidak ada kepercayaan rakyat bahwa sifat melankolis presiden akan membawa bangsa sesuai yang dicita-citakan selama ini. Pengamat politik Cartha Politika, Yunarto Wijaya menyatakan:

Seharusnya di periode terakhir ini, SBY harus bisa meninggalkan gaya komunikasi melankolis. “Dulu saat awal 2004, memang SBY mendapat keuntungan dari underdog effect. Di mana dia saat itu seolah-olah terzalimi olah penguasa. Beda dengan saat ini, ini periode kedua, Toh, dia pun tidak akan bisa maju untuk periode berikutnya. Sehingga pencitraan sudah tidak lagi terlalu penting.” kata Yunarto. Menurutnya, seharusnya Presiden SBY bisa lebih all out dan lebih tegas lagi serta tak terjebak dalam underdog effect. Yunarto pun menyoroti output komunikasi SBY yang normatif atau mengambang. Hal ini

akan menimbulkan multitafsir dan ketidakjelasan21.

Tanggapan dari pengamat politik pun menegaskan bahwa tidak ada gunanya Presiden SBY memimpin seperti itu. Kepemimpinan melankolis akan memperlihatkan hal-hal yang tidak jelas dan tentu akan mempermalukan rakyat dihadapan pemimpin-pemimpin bangsa lainnya yang berhasil menjadi pemimpin-pemimpin yang berani. SBY harus menjadi dirinya sendiri dan memperlihatkan sikap seorang pemimpin bangsa yang tepat dan benar serta menghantarkan bangsa kepada kemajuan dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya.

21


(38)

84

Kalimat:

“Betapa konyolnya bangsa ini, jika dipimpin oleh presiden yang dikit-dikit ngadu, dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit minta dikasihani, dikit-dikit merasa dikritik, dikit-dikit merasa dikeroyok”.

Konteks kalimat ini adalah Presiden SBY pemimpin yang sering melakukan tindakan-tindakan lemah di pemerintahannya. Kalimat memaparkan detil-detil sifat yang kemudian muncul dari seorang presiden SBY selama menjabat sebagai pemimpin bangsa ini. Di awali dengan ungkapan dengan rasa penyesalan “betapa konyol” kata ini memperlihatkan, tidak ada keuntungan yang didapati oleh bangsa bila pemimpin bangsa dalam konteks ini SBY yang menunjukan kelemahannya dalam memimpin bangsa Indonesia.

Kemudian dilanjutkan dengan detil-detil kekonyolan SBY seperti kata “dikit-dikit ngadu”, ““dikit-dikit-“dikit-dikit ngeluh”, ““dikit-dikit-“dikit-dikit minta dikasihani”, ““dikit-dikit-“dikit-dikit merasa dikritik”, dan “dikit-dikit merasa dikeroyok” yang semakin memperjelas bahwa sikap-sikap tersebut memang sering dilakukan Presiden SBY sebagai pemimpin. Pada akhirnya mensugestikan khalayak bahwa tidak pantasnya SBY menjadi presiden dan memimpin bangsa yang besar ini. Hanya karena tidak mampu menghadapi suatu permasalahan SBY sudah terkesan menyerah dan ketakutan. Hasil survey Litbang Monitoring Indonesia juga menunjukkan:

Seratus hari kerja pemerintahan, Presiden ternyata telah melakukan delapan kali curhat, mulai Kamis, 29 Oktober 2009, SBY curhat mengenai


(39)

85

media yang sering sinis kepadanya. Hal itu bahkan disampaikan di depan 1.400

peserta National Summit di Hotel Bidakara22.

Pengamat politik LIPI Siti Zuhro pun memperkuat hasil survey Litbang, menyatakan:

Pernyataan Presiden SBY sebenarnya lebih mirip curhat yang bisa membuat publik justru merasa bingung. “Pernyataan yang terlalu sering menunjukkan rasa sensitif yang berlebih. Komunikatif itu bukan curhat, jadi

kurang tepat dari perspektif komunikasi,” paparnya kepada Monitor Indonesia.

Seharusnya, sebagai pemegang otoritas tertinggi untuk mengeksekusi program di negara ini, Presiden menyampaikan informasi tentang kebijakan pemerintah. Bukan justru membeberkan perasaannya. “Ini kan hubungan sebagai sebagai

pemimpin dan yang dipimpin23.

Sederhana saja, dengan mempertegas gaya kepemimpinan adalah tuntutan yang dianggap dapat dijalankan SBY di periode keduanya dan membentuk satu harapan untuk mewujudkan pemimpin bangsa yang berbeda dengan pemimpin bangsa. Sehingga, wacana yang berkembang di masyarakat tentang sikap SBY sebagai Presiden yang tidak berani terutama tidak berani berbeda pendapat. Dalam kepemerintahan sikap tersebut dapat ditepis dengan mewujudkan sikap yang bukan melankolis lagi.

22

http://monitoringindonesia/ DiaryCurhatSBYPolitikMelankolisBerdampak Sistemik.htm/ pada 2 september 2012 pukul 12.30

23


(40)

86

Kalimat:

“Para Menteri cukup senang dengan mobil baru ini”.

Konteks kalimat ini adalah menteri-menteri kabinet SBY-Boediono Menerima mobil mewah. Fakta tentang mobil baru para menteri yang tengah berkembang dalam masyarakat telah membentuk satu wacana yang menginformasikan kepada khalayak bahwa pemerintah sedang bersenang-senang dengan fasilitas baru yang dinikmatinya. Pejabat-pejabat memperlihatkan kegembiraannya tersebut dengan menuturkannya kepada banyak media. Dengan alasan menunjang pelayanan mereka kepada rakyat. Namun dari kalimat di atas, kebahagiaan yang dirasakan para menteri diwakilkan dengan kata “cukup” yang berarti masih ada ketidakpuasan yang tersirat. Mobil mewah dengan harga selangit akan menaikan gengsi mereka sebagai pejabat. Namun dengan kalimat ini pun akan membentuk wacana lain, di mana mereka akan menuntut fasilitas-faslitas mewah lainnya sehingga rasa puas benar-benar terpenuhi. Berita dalam Rakyat Merdeka menuliskan:

Pembelian mobil baru untuk anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II itu bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.02/2008 tanggal 29 April 2008 mengenai Standar Biaya Umum Anggaran 2009, Lampiran 32.1, yang menyebutkan standar biaya tertinggi pengadaan dinas pejabat adalah Rp 400 juta per unit.

Apalagi para menteri serta pejabat negara yang menerima mobil baru itu juga masih mengeluhkan kondisi mobilnya. Misalnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, mobil Mercedes Benz-nya lebih enak dibandingkan dengan mobil barunya.”Enakan Mercy saya. Ini (Crown) baru hari ini saya pakai,” katanya.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa pun berpendapat, mobil barunya lebih sempit dibandingkan dengan mobilnya yang lama, Toyota Camry.


(41)

87

“Mobilnya lebih kecil dari yang dulu, dalamnya kita lihat tuh lebih sempit,” kata

Hatta saat ditemui di kantornya24.

Pengadaan mobil mewah bagi menteri-menteri ini pun memperlihatkan satu ketimpangan. Di mana sebagian besar pejabat adalah orang yang berada atau mampu seperti orang yang tidak berkecukupan dengan meminta-minta fasilitas dan tidak tanggung-tanggung yang diinginkan adalah yang mewah dan mahal. Khalayak harus membantah setiap alasan-alasan ini. Menteri yang seharusnya memperlihatkan kinerja yang baik dan benar baru bisa mendapatkan satu penghargaan yaitu penghargaan dari rakyat. Bukan sebaliknya, di mana belum terlihat kinerjanya sudah menuntut fasilitas-fasilitas yang sebenarnya membebani negara dengan anggaran yang tidak sedikit. Salah satu berita di media online Indosiar menunjukkan:

Fasilitas mewah bagi pejabat tinggi negara sering menjadi sorotan panjang. Sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto, para menteri dan pejabat tinggi lainnya menikmati fasilitas mewah tersebut, mulai dari rumah dan mobil mewah hingga fasilitas hotel mewah. Namun saat ini fasilitas tersebut dipertanyakan.

Untuk menunjang pelayanan terhadap publik, para pejabat publik mendapat fasilitas dari negara antara lain rumah dinas, mobil dinas dan tunjangan-tunjangan lain. Pada tahun ini Ketua MPR dan DPR serta para pejabat tinggi negara diberikan Volvo seri baru dengan harga sekitar 500 sampai 800 juta rupiah25.

Ada baiknya jika ketentuan-ketentuan sebagai pejabat di negara ini dirumuskan kembali, dengan maksud memperlihatkan kinerja yang nyata kepada bangsa dan rakyat

24

http://RMonline/ BPK,-Periksalah-Segera-Anggaran-Mobil-Menteri.htm/ pada 3 september 2012 pukul 16.12

25

http://indosiar/ fasilitas-mewah-untuk-pejabat-dipertanyakan_28975.html/ pada 6 september 2012 pukul 16.00


(42)

88

terlebih dahulu. Fasilitas mewah seperti ini pun jelas merusak citra pejabat, di mana rakyat merasakan bahwa terbukti pemerintah hanya memikirkan kebaikan dirinya sendiri. Pekerjaan sebagai wakil rakyat di nomor duakan.

Kalimat:

“Ini membuktikan bahwa pejabat tinggi di negeri ini, belum lagi bisa rendah hati”.

Konteks kalimat ini adalah menteri-menteri tidak mempunyai sikap rendah hati kepada rakyat. Sudah terlanjur untuk memperbaiki kembali citra para menteri-menteri atau pejabat di negeri ini. Rakyat sudah memasang pemikiran-pemikiran yang buruk kepada pemerintah. bagaimana tidak pemerintah tidak dapat menunjukan sikap yang baik dan merakyat. Kata “membuktikan” dalam kalimat ini berarti memaknai bahwa pejabat tinggi dalam konteks ini Presiden dan para menterinya terbukti tidak mempunyai satu sikap yang peduli kepada rakyat kecil. Penegasan ini pada akhirnya membangun satu wacana dalam masyarakat bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli rakyat menderita dengan tingkahnya.

Kalimat “belum lagi bisa rendah hati” pada akhirnya memperkuat wacana yang disampaikan kepada khalayak. Kalimat ini menyatakan bahwa selama ini pemerintah tidak pernah belajar dari kesalahan terdahulu, bahwa mereka belum menunjukan kerendahan hatinya kepada rakyat Indonesia. Ini berarti ada berbagai aspek-aspek kehidupan di mana para pemerintah sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak


(43)

89

rendah hati selama mereka menguasai bangsa ini. Wayan Sudirta, Ketua Kaukus Anti-Korupsi dalam salah satu berita di Rakyat Merdeka mengatakan:

“Dalam situasi sulit seperti sekarang seharusnya para pemimpin memiliki sensitivitas. ‘Kan mereka sering bilang bahwa perekonomian kita berat, pertumbuhan sulit, jumlah rakyat miskin masih 10,8 persen, pengangguran banyak, apa mereka lupa itu? Kok maunya yang enak saja sih,” kata I Wayan. Senator asal Bali itu meminta para pejabat tinggi negara menahan diri, tidak aji mumpung, dan sebaiknya menunjukkan kepedulian pada penderitaan rakyat. Kalau kondisi keuangan negara sudah bagus, tidak apa-apa ada pemberian mobil mewah. Tetapi kalau dilakukan sekarang, sangat ironis dan paradoks.

“Lihat dong kehidupan rakyat, mereka masih sengsara, masak pejabatnya dapat mobil mewah. Berarti, pemerintah sengaja menciptakan ketidakadilan,

membiarkan terjadinya gap yang makin lebar. Pejabat hidupnya mewah

sementara rakyat miskin tidak ketulungan,” tegas dia26.

Sepertinya pemerintah belum siap menerima segala tanggung jawab memenuhi kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan banyaknya kritikan yang datang dengan sikap mereka sepertinya belum tentu bisa menyadarkan pemerintah yang terlanjur tenggelam dengan segala kemewahan. Khalayak harus mengontrol tindakan-tindakan pemerintah yang semakin tidak karuan ini, dengan meminta pertanggung jawaban atas segala kinerjanya di pemerintahan.

Kalimat:

“Mereka asik dengan fasilitas yang diperoleh dari uang negara, yang notabene adalah uang rakyat”.

Konteks kalimat ini adalah pemerintah menggunakan uang rakyat untuk membeli mobil mewah. Dana yang digunakan untuk membeli semua mobil mewah para

26

http://RMonline/ BPK,-Periksalah-Segera-Anggaran-Mobil-Menteri.htm/ pada 3 september 2012 pukul 16.12


(44)

90

menteri tidaklah sedikit. Kalimat ini semakin diperkuat dengan adanya kalimat “diperoleh dari uang negara” yang berarti memaknai bahwa fasilitas yang dinikmati oleh para pejabat tinggi negara adalah hasil dari uang negara atau uang rakyat. Diyakini dana tersebut diambil dari dana APBN 2009 yang adalah uang rakyat. Wacana yang berkembang di masyarakat menyatakan bahwa uang rakyat adalah untuk rakyat bukan untuk kepentingan pemerintah sendiri. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Abdullah Dahlan, mengatakan:

Anggaran pembelian mobil baru menteri masuk dalam APBN 2009. Yakni, anggaran mendesak Depkeu dengan kuasa penggunanya Setneg. Jumlah mobil yang dibeli 79 unit, dengan harga per unitnya Rp 810 juta. Namun, biaya mobil baru dalam APBN 2009 disepakati per unit Rp 810 juta. Apabila itu di-kalikan dengan jumlah pejabat yang berhak, 79 orang, maka nilainya mencapai Rp 31,6 miliar.

Sedangkan harga mobil merek Toyota Crown Royal Saloon menurut keterangan pemerintah mencapai Rp 800 juta per unit sehingga total anggarannya menjadi Rp 63,9 miliar. Jika dihitung terjadi selisih 100 persen lebih. “Kalau asumsi sesuai anggaran maka nilai pemborosan mencapai Rp 32,3 miliar dengan harga mobil Rp 800 juta tersebut. Belum lagi kalau nilainya mencapai Rp 1,32 miliar per unit pemborosan mencapai Rp 71,1 miliar,” kata

Abdullah27.

Mahalnya harga sebuah mobil menteri tentu sangat menyakiti hati rakyat terutama rakyat yang hidup di dalam garis kemiskinan yang tiap hari hidup dalam kekurangan. Mendapati bahwa kenyataan uang yang seharusnya untuk keberlangsungan hidup mereka disalahgunakan oleh pemerintah. Kalimat ini menunjukan adanya diskriminasi yang didapati atau dirasakan oleh rakyat. Wacana yang berkembang dalam masyarakat membuktikan satu fakta bahwa rakyat menikmati fasilitas memprihatikan, dengan tidur dalam ruangan yang kecil dan berdesa-desakan. Sekarang saatnya untuk

27


(45)

91

bertindak tegas menghadapi pemerintah yang kian hari kian melenceng dari harapan rakyat sebagai perwakilan dari rakyat bukan dengan demo yang arnakis tetapi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih pintar dan membuat malu pemerintah.

Kalimat:

“Ketika ada gejolak di tanah air, sang pemimpin malah “melancong” kemana-mana sampai jauh ke luar negeri”.

Konteks kalimat ini adalah tanah air penuh dengan berbagai masalah, Presiden SBY jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan menjalin kerjasama. Negara Indonesia tidak lepas dari masalah-masalah bangsa yakni permasalahan politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. SBY tidak sadar dengan tingkah lakunya yang senang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menjalin kerjasama bilateral, hanya menjalinsaja dan tidak menghasilkan sebuah hasil.

Kata “melancong” yang dapat diartikan berjalan-jalan, liburan, dan bersenang-senang. SBY telah terbukti selama kepemimpinannya senang melakukan perjalanan ke luar negeri. Namun perjalanan luar negeri ini dilakukan tidak tepat yaitu di saat keadaan bangsa yang digambarkan tengah dalam banyak masalah. Beberapa saat kemaren pun, banyak media yang mengabarkan SBY berada di Rusia. Tidak tanggung-tanggung membawa sekompi anak buahnya. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak anggaran yang dipakai untuk perjalanan jauh mereka sampai ke Rusia dan belum lagi kebutuhan-kebutuhan di luar perjalanan bilateral tersebut.


(46)

92

Salah satu berita dalam Antara News memberitakan:

Presiden didampingi Ibu negara Ani Yudhoyono beserta rombongan

setibanya di Bandara Vladivostok langsung menuju kompleks Far Eastern Federal University Vladivostok yang akan menjadi tempat penyelenggaraan KTT APEC 2012.

Ikut dalam rombongan Presiden Yudhoyono antara lain Menteri Luar

Negeri Marty Natalegawa, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tandjung, Ketua HIPMI Raja

Sapta Oktohari, anggota DPR RI Roy Suryo dan Kepala BKPM Chatib Basri28.

Selain kepergian ini, ada kepergian pejabat lainnya yang sungguh menarik perhatian rakyat. Di mana hanya untuk mempertahankan lambang Palang Merah harus jauh-jauh ke luar negeri dengan mengajak sekompi anggota DPR. Dan semakin memperburuk citra mereka, seorang WNI menangkap mereka dengan kamera foto tengah berwisata di negara tersebut. Berita dalam Inilah.com menuliskan bahwa:

Badan Legislatif (Baleg) DPR kembali melakukan perjalanan ke luar

negeri. Kali ini, ke Denmark dan Turki dengan tujuannya mencari lambang palang merah yang akan digunakan Indonesia. Perjalanan yang dikemas dalam studi banding itu dinilai Koordinator Investigasi dan advokasi FITRA Uchok Sky Khadafi, terlalu mengada-ngada dan tidak masuk akal. "Masa mau menentukan lambang palang merah saja, harus berkunjung ke dua negara tersebut," kata Uchok29

Fakta-fakta ini memperkuat dugaan selama ini bahwa pemerintah bersenang-senang dengan melakukan berbagai perjalanan ke luar negeri dan meninggalkan bangsa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Dengan adanya kalimat

28

ht t p:/ / ant aranew s/ presiden-tiba-di-vladivost ok.htm

29


(1)

94 mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Pemerintah bahkan tidak takut harus berdiri dibalik jeruji besi akibat perbuatannya ini. Salah satu berita kompas menuliskan:

Budiarto ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI tahung anggaran 2007. Dari hasil penyidikan, kata Johan, ditemukan bahwa tersangka telah menyalahgunakan wewenang untuk melakukan pengaturan terhadap pelaksanaan pengadaan sehingga PT Kimia Farma ditetapkan sebagai pemenang. "Akibat perbuatan tersangka, negara diduga mengalami kerugian mencapai lebih dari Rp 9,4 miliar," kata Johan.

Dalam kasus ini, tersangka disangkakan melanggar pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam dengan UU no 20 tahun 2001 juncto pasal 55 ayat 1 KUHP30.

Pemerintah tidak jera-jera pada perilaku buruknya ini sehingga membuat rasa candu untuk kembali melakukan korupsi dan menularkannya kepada pejabat-pejabat lainnya yang tergiur keuntungan milyaran bahkan triliyunan rupiah setiap kali korupsi. Khalayak harus mengetahui bahwa dengan memerintahnya SBY untuk kedua kalinya tidak membawa perubahan sedikitpun bagi bangsa Indonesia, namun membuat bangsa jatuh dalam lobang keterpurukan yang paling dalam.

30


(2)

95

Kalimat:

“Setidaknya, sistem dalam institusi tersebut memberi ruang bagi para oknum untuk menilep uang rakyat yang dikelolah oleh negara”.

Konteks kalimat ini adalah sistem yang dibuat oleh pemerintah untuk mengelolah keuangan negara mudah dibobol dan memberikan peluang bagi pejabat-pejabat rakus. Kata “setidaknya” dalam kalimat ini telah menetapkan bahwa sesungguhnya sistem dalam institusi lembaga pemerintahan di Indonesia tidak dapat dipercayai lagi. Pemerintahan sering melakukan hal-hal yang manipulatif yang sering memberikan kesempatan pada pejabat-pejabat nakal untuk menikmati uang rakyat. Selaras dengan adanya kata “menilep” dalam kalimat yang menunjukkan bahwa pejabat sering memakan dengan sembunyi-sembunyi uang yang seharusnya untuk kepentingan rakyat Indonesia. Aktivis pemuda, Stefanus Gusma mengatakan:

Terkait pemberantasan korupsi. Presiden berkali-kali berjanji akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi di Indonesia. "Namun, riset ICW, dari pernyataan SBY yang mendukung korupsi, hanya 24 persen yang terlaksana," katanya31.

Pernyataan tersebut dipertegas bahwa kasus korupsi menilep uang rakyat pun menyerbu kubu kepolisian, yang seharusnya sebagai penegak hukum yang bersih dan menjadi panutan rakyat. Koordinator Kontras, Haris Azhar mengatakan:

Sampai saat ini masalah rekening gendut tidak ada kejelasan, sampai 7 Agustus 2010, ini ditutup," katanya32.

31

ht t p:/ / kom pas-nilah.9.Kebohongan.Baru.Pemerint ah.ht m/ pada 6 september 2012 pukul 15.00

32


(3)

96 Tidak ada yang bersih di lembaga pemerintahan sampai saat ini. Sedikit-sedikit kasus memakan uang rakyat atau korupsi bermunculan dan tidak dapat menunggu kapan semua selesai. Lembaga yang harusnya dapat dipercayai, sekarang tidak mampu mengembalikan kepercayaan rakyat untuk memberikan kejelasan atas peristiwa-peristiwa yang menyakiti hati rakyat. Korupsi wajar dilakukan oleh pejabat, sehingga khalayak tidak mempercayai sistem kepemerintahan yang dikelolah oleh pemerintah-pemerintah yang kotor dan tidak mementingkan kepentingan rakyat Indonesia.

4.4 Perspektif Kritik Sosial MediaJurnalisme Komunitas

Media massa merupakan perpanjangan alat indera manusia. Dengan menggunakan media massa, pada akhirnya khalayak atau publik dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang siapapun yang diinginkan. Seperti pernyataan Mc Luhan (Ardial, 2010:161), bagi komunitas mengetahui situasi atau masalah-masalah bangsa sangatlah luas dan komplek. Dengan kemampuannya untuk menyampaikan setiap berita-berita yang perlu diketahui komunitas membuat media komunitas dapat membangun opini, pengetahuan, dan solusi bagi khalayaknya.

Jurnalisme komunitas menjadi media informasi sekunder yang ikut berperan dalam penyampaian informasi kepada publik. Mengangkat permasalahan-permasalahan yang lebih luas yakni masalah politik, ekonomi, sosial, hukum bahkan wawasan kebangsaan yang bermasalah di Indonesia. Berbeda dengan media konvensional yang sering kita nikmati saat ini, hanya sedikit dari media konvensional yang menyajikan informasi yang benar-benar mementingkan kepentingan rakyat. Biasanya informasi


(4)

97 dalam media konvensional seperti televisi hanya terbatas dalam program acara berita. Informasinya pun hanya sebatas memberi tahu publik apa yang terjadi pada bangsa dan lebih sering membentuk rasa binggung serta rasa cemas. Berbeda halnya dengan jurnalisme komunitas yang melakukan kontrol terhadap lembaga pemerintahan.

Identik melakukan kritik terhadap pemerintah lewat tulisan-tulisannya pada setiap rubrik, terutama Rubrik Intro Indonesia yang mengkritisi permasalahan bangsa. Selaras dengan paradigma Hathaway (2001: 384), kritik dalam jurnalisme komunitas dalam salah satu rubriknya yaitu Rubrik Intro Indonesia memberi tahu mengenai berbagai aspek kehidupan bangsa yang berjalan baik dan tidak bisa berjalan baik sehingga memotivasi publik untuk peka pada masalah bangsa.

Perspektif ini melakukan apapun yang dilihat, dirasakan dan dialaminya baik yang terjadi di sekitar mereka sebagai sesuatu yang memang benar terjadi. Hal ini sejalan dengan motto dari jurnalisme komunitas yaitu Koran Slank “polos dan apa adanya”. Motto yang semula sebagai sebuah slogan, namun pada akhirnya kritik sosial dalam Koran Slank menunjukkan kepentingannya dalam pemberitaan dengan membela rakyat, yang selama ini ditindas, diabaikan dan dijadikan objek penderita oleh pemerintah.

Pemerintah atau Presiden merupakan pemimpin yang ada di dalam sebuah negara, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berjalan di dalam bangsa. Tanggung jawab ini semakin berat karena mereka dipilih sendiri oleh rakyat. Namun, berjalannya rakyat menyaksikan dan mengalami sendiri apa saja yang terjadi dan tindakan pemerintah atau Presiden dalam mengatasi semua permasalah yang terjadi


(5)

98 pada bangsa. Pemerintah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya, dan mengabaikan kepentingan rakyat. Pemerintah terus memperkaya diri mereka dengan semua fasilitas-fasilitas mewah yang dimiliki, dan lebih parahnya lagi tindakan korupsi yang semakin marak terjadi di negara ini yang dilakukan oleh para pejabat negara ini. Presiden, orang yang dianggap paling bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap persoalan di negara ini. Bagaimana tidak, rakyat mulai kehilangan rasa percaya dan hormat kepada pemimpin negara ini. Padahal sudah seharusnya seorang pemimpin negara lebih mementingkan kepentingan rakyatnya.

Tidak hanya Presiden yang bermasalah, tetapi para jajaran pemerintahannya juga ikut bermasalah. Bisa dilihat dari berbagai macam kasus korupsi yang justru dilakukan oleh para pejabat negara. Anggota Dewan Perwakilan yang merupakan wakil rakyat, mereka dipilih oleh rakyat dan justru mengecewakan rakyat dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menghabiskan uang rakyat dengan fasilitas-fasilitas mewah yang mereka inginkan.

Jurnalisme komunitas yakni Koran Slank telah menjadi media dialog antar anggotanya yang tidak dapat dianggap sepele seperti paradigma Hyot (Takard & Severin, 2009: 290), sehingga menumbuhkan kesadaran kritis terhadap permasalahan yang ada dan mencari solusi-solusi mandiri. Solusi untuk segera menentukan sikap, tindakan dan cara berpikir menuju keadaan bangsa yang lebih baik, bagi khalayak yang notabene adalah rakyat Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya informasi (“peka informasi”), minat diskusi untuk memahami masalah, mengekspresikan gagasan atau pikiran maupun pengalaman melalui paparan informasi.


(6)

99 Apalagi khalayak akan percaya pada informasi dalam jurnalisme komunitas karena wartawan berdiri pada posisi rakyat.

Di mana rakyat harus bisa bersikap kritis, jeli dan pintar untuk menghadapi dan melihat sebuah permasalahan yang terjadi. Rakyat juga harus bisa menciptakan kehidupan yang harmonis antara dirinya dengan sesama, sehingga tidak ada lagi kekacauan yang diakibatkan oleh ulah pemerintah. Koran Slank ingin mengatakan bahwa rakyat harus bisa menciptakan suasana damai yang disebut sebagai “suasana

peace dan luv” untuk bisa mendamaikan negeri ini. Rakyat harus bisa menjadi orang

yang berpikiran dewasa, di mana tidak mudah dibodohi oleh pemerintah yang hanya mementingkan pribadi mereka sendiri. Kritik yang terdapat dalam jurnalisme komunitas memberikan aspirasi kepada khalayak bahwa pemerintah harus bisa lebih baik dalam kinerja mereka, jangan hanya mengumbar janji-janji manis yang tidak pernah terealisasikan dengan benar dan membuat khalayak sebagai rakyat Indonesia menjadi lebih pintar dalam menanggapi berbagai persoalan yang terjadi di negara ini.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Simbolik Dalam Komunitas Vespa Kasoos T1 362009014 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kritik Sosial Media dalam Perspektif Jurnalisme Komunitas (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kritik Sosial Media dalam Perspektif Jurnalisme Komunitas (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank) T1 362007063 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kritik Sosial Media dalam Perspektif Jurnalisme Komunitas (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank) T1 362007063 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kritik Sosial Media dalam Perspektif Jurnalisme Komunitas (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank) T1 362007063 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kritik Sosial Media dalam Perspektif Jurnalisme Komunitas (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank)

0 0 20

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB IV

0 0 14

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB IV

0 0 5

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komodifikasi Tubuh Perempuan dalam Media Sosial: Studi Kasus Aksi Vulgar di Media Sosial Bigo Live T1 BAB IV

0 6 26

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menguak Identitas Lesbian di Salatiga dalam Perspektif Erving Goffman T1 BAB IV

0 0 4