Pembangunan istana dan penggalian parit dilakukan untuk mencegah pihak lawan bergerak mendekat. Oleh karena itu, hal ini bukanlah mengenai
merobohkan lawan. Jangan terburu-buru. Alih-alih, ambil posisi berdiri yang kokoh, jangan biarkan dirimu diserang lawan.
Terdapat lima hal penting dalam mempertahankan posisi berdiri yang merupakan sikap mental untuk bertahan ilustrasi dapat dilihat pada lampiran.
Lima hal tersebut adalah sebagai berikut: • Satu hunusan, dua belahan
• Menghunus lewat kuku, mengiris lewat baja • Setengah terbuka, setengah berhadapan
• Memutar ke kanan, berbalik ke kiri • Panjang dan pendek, satu dan sama
b. Sembilan Perkara
Hal ini disebut sebagai sembilan praktik yang disusun ulang dan diadaptasi oleh Kamiizumi Ise no kami Hidetsuna bagi Shinkage-ryu. Dia
secara khusus menyeleksi kesembilan hal ini dari praktik yang dia kuasai ilustrasi dapat dilihat pada lampiran, dan sembilan hal tersebut adalah:
• Kemenangan pasti • Arah angin
• Pedang berbentuk silang • Rekonsiliasi
• Jalan pintas
Universitas Sumatera Utara
• Desakan halus • Desakan luas
• Pagar lapis delapan • Awan berarak
c. Seleksi Tengu
Pada bulan Februari 1601, Sekishusai memberikan gulungan naskah bergambar yang merupakan tata cara penggunaan pedang kepada temannya,
aktor Noh, Konparu Shichiro Ujikatsu. Teknik-tekniknya diberi ilustrasi tengu yang merupakan karakter separuh manusia separuh binatang buas mistik yang
berhidung panjang dan bersayap yang dianggap sebagai guru ahli pedang ilustrasi dapat dilihat pada lampiran. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai
berikut: • Roda bunga
• Tubuh terbuka • Menunggu secara tepat
• Memimpin • Pedang tak terkontrol
• Pembukaan • Celah
• Kecepatan
Universitas Sumatera Utara
Sebagai tambahan, terdapat enam teknik yaitu: • Hunusan bersamaan
• Hunusan tak terkontrol • Prinsip rahasia
• Pedang yang tidak cocok • Pedang pembawa kehidupan
• Pedang misteri
Memimpin pasukan yang besar dan meraih kemenangan dalam pertempuran tidaklah berbeda dengan mempertunjukkan seni bela diri dalam
pertarungan yang menggunakan pedang. Kau memenangkan pertempuran dengan pasukan besar karena pemahaman mengenai cara menjatuhkan
seseorang dalam pertarungan pedang lawan pedang; dan kau harus menang dalam pertarungan bela diri yang menggunakan pedang dengan pemahaman
pertempuran dalam pasukan yang besar. Dalam hal pedang, kemenangan dan kekalahan berada dalam pikiran.
Tangan dan kakimu juga digerakkan oleh pikiran.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERANAN PEDANG DALAM KEHIDUPAN
SHINKAGE-RYU
3.1 Pedang Yang Berurusan Dengan Kematian
Konon di zaman dahulu kala “senjata adalah alat dari niat jahat, dan bukanlah alat pria sejati. Dia menggunakannya hanya saat sudah terpaksa.
Dia mendahulukan ketenangan dan ketidakpedulian, dan tidak mengagungkan kemenangan.”
Ada alasan dalam membunuh sesuatu, yaitu kepenuhan. Seseorang mungkin mengalami nasib baik dan melakukan kejahatan, tetapi kau
membunuhnya saat kejahatan itu sedang dalam keadaan penuh. Ada saat-saat ketika puluhan ribu orang menderita karena kejahatan satu orang. Oleh karena
itu, dalam menumpas kejahatan seseorang kau harus memberi kehidupan kepada puluhan ribu orang. Dengan cara itulah, pedang yang membunuh satu
orang benar-benar menjadi pedang yang memberikan kehidupan bagi orang lain.
Tidaklah tepat untuk berpikir bahwa seni bela diri adalah semata mengenai merobohkan lawan. Seni bela diri bukanlah mengenai merobohkan
lawan, tetapi menumpas kejahatan. Seni bela diri adalah mengenai strategi menumpas kejahatan dalam diri seseorang dan memberi kehidupan kepada
puluhan ribu orang.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pedang Pemberi Kehidupan