Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metode Penulisan Pengertian Shinkage-ryu

ryu. Salah satu muridnya yang paling antusias adalah shogun ketiga Tokugawa Lemitsu, pria yang tidak suka menghabiskan waktu tanpa melakukan hal-hal yang tak memberikan hasil praktis. Heiho Kadensho Pedang Pemberi Kehidupan merupakan pendorong bagi teknik yang sudah dipelajari, sekaligus instruksi mengenai praktik tingkat lanjut, sumber meditatif untuk menghalau halangan psikologis yang dihadapi para murid, dan dasar filosofis untuk menggunakan pedang sebagai alat kehidupan. Dengan demikian pedang mempunyai berbagai peranan di dalam kehidupan yang dapat memberikan suatu inspirasi bagi pengguna pedang tersebut. Sehingga penulis tertarik untuk membahasnya dan memilih “Peranan Pedang Dalam Kehidupan Shinkage-ryu” menjadi judul kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui teknik penggunaan pedang 2. Untuk mengetahui peranan pedang 3. Untuk memenuhi kewajiban penulisan kertas karya bagi setiap mahasiswa pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU. Universitas Sumatera Utara

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan kertas karya ini penulis hanya akan membahas tentang pengertian shrinkage-ryu, sejarah shrinkage-ryu, teknik penggunaan pedang dalam shinkageryu dan peranan pedang dalam kehidupan shrinkage-ryu.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data atau informasi sebagai referensi yang berhubungan dengan topic permasalahan yang akan dibahas kemudian dirangkum untuk dideskripsikan ke dalam tiap bab dalam kertas karya ini. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SHINKAGE-RYU SENI BELA DIRI ILMU PEDANG

2.1 Pengertian Shinkage-ryu

Shinkage- ryū yang berarti perguruan bayangan baru, adalah sebuah perguruan tradisional seni beladiri Jepang, didirikan oleh Kamiizumi Ise-no- Kami Nobutsuna 1508–1578 di pertengahan abad ke enam belas. Shinkage- ryū adalah perguruan yang mengutamakan seni berpedang, dan merupakan sebuah sintesis dari pemikiran Nobutsuna terhadap perguruan-perguruan seperti Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū, Nen-ryū, and Kage-ryū Aizu. Tujuan Shinkage Ryu Heiho didirikan adalah sebagai pemahaman yang mendalam dari sumber utama prinsip-prinsip bela diri Jepang melalui belajar, dan ekspresi kebenaran perguruan ini. Shinkage Ryu Heiho bermaksud untuk menerangi prinsip-prinsip pikiran dan jiwa melalui prinsip-prinsip pedang, dan memungkinkan kita untuk mencapai apa yang kita harus capai dalam hidup kita, memanfaatkan potensi alami yang melekat bagi semua orang. Shinkage Ryu Heiho merupakan pembangunan karakter yang komprehensif melalui keterlibatan lengkap dengan semua hal yaitu keluarga, negara dan dunia, melalui pemahaman pribadi seseorang dari heiho, yang menyediakan kyorei-fumai Shuri. Kyorei-fumai Shuri adalah esensi dari Shinkage Ryu Heiho. Kyorei-fumai tak terlihat tetapi mencerminkan segala Universitas Sumatera Utara sesuatu seperti cermin. Shuri adalah filosofi yang melekat dalam Shinkage Ryu Heiho. Pada tahun 1559, seorang pendekar pedang bernama Kamizumi Ise no kami Hidetsuna melakukan perjalanan dengan dua murid terdekatnya yaitu putranya dan keponakan laki-lakinya Hidetane dan Hikita Kagekane yang kemudian melintasi daerah pedesaan sekililing ibu kota tua Nara. Pada saat itu Kamizumi dipandang sebagi salah seorang pendekar pedang paling cakap yang pelatihnya adalah MatsumotoMasanobu meninggal tahun 1543 berasal dari tradisi ahli pedang Kashima dan walaupun terlibat dalam lebih dari dua puluh pertempuran, sepertinya tidak pernah terlibat dalam duel satu lawan satu. Dari Matsumoto, Kamiizumi mempelajari ichi no tachi atau hitotsu tachi, teknik mengagumkan untuk memasuki wilayah seorang musuh, memancing serangan alih-alih melakukan serangan pendahuluan, dan memasuki jarak serang sekaligus melancarkan serangan. Kamiizumi juga belajar dibawah bimbingan Aisu Ikosai 1452 – 1538, seorang pendekar pedang pengelana yang konon bergabung dengan kawanan bajak laut di sepanjang pantai Korea dan China. Ikosai merupakan pendekar pedang yang benar-benar mengembangkan kage-ryu, gaya yang lebih sedikit mengandalkan teknik mekanis dibandingkan mengamati gerakan pikiran musuh dan meresponnya sebelum diwujudkan dalam bentuk tindakan. Kamiizumi mengembangkan apa yang telah dipelajarinya dari berbagai pelatih ke dalam apa yang disebut sebagai Shinkage-ryu. Sebagai murid Zen, dia juga mengembangkan “pikiran harian”-nya sampai ke tingkatan tertentu Universitas Sumatera Utara dan berpembawaan sangat tenang sehingga wajahnya tidak mengungkapkan apa pun yang dia pikirkan atau rasakan. Bahkan pendekar pedang terbaik pada masa itu tidak mampu menilai keahliannya saat berhadapan dengannya untuk pertama kali. Kamiizumi telah belajar dari Ikosai dan Matsumoto mengenai pentingnya memberikan penekanan pada pikiran seperti halnya teknik, menggunakan pikirannya sendiri untuk menyusup ke dalam pikiran musuh, dan bersikap sangat disiplin sehingga tidak menyingkapkan keadaan pikiran atau gerakan selanjutnya. Pada tahun 1559, Kamiizumi diperkenalkan pada pendeta Buddha bernama In’ei di Kuil Hozoin di Nara. In’ei mahir menggunakan sejumlah senjata, tetapi memiliki keahlian khusus dalam menggunakan tombak dan secara radikal memperbaiki teknik bertarung dengan senjata ini. Dia juga merupakan teman pendekar terkemuka Yagyu Sekhisushai, Muneyosgi. In’ei mengatur pertandingan antara kedua pendekar pedang itu di halaman kuil yang sama dengan tempat Miyamoto Musashi akan mengalahkan murid In’ei sekitar empat pulh tahun kemudian. Muneyoshi menggemgam bokken atau pedang kayu. Lawannya pada pertandingan pertama, keponakan laki-laki Kamiizumi, Hikita Kagekane, menggunakan senjata semacam pedang yang belum pernah dilihat oleh Sekishusai sebelumnya yaitu fukuro shinai, sebentuk lain sikap bela rasa Kamiizumi. Universitas Sumatera Utara Salah satu ciri khas Shinkage-ryu adalah penggunaan fukuro shinai dalam berlatih. Ini adalah potongan bambu yang dilapisi penutup kulit, yang kemudian dikembangkan menjadi apa yang telah disebut hikihada ‘kulit katak’ shinai. Dengan menggunakan fukuro shinai, orang dapat saling menyerang seperti layaknya bertarung menggunakan pedang sungguhan.

2.2 Shinkage-ryu Seni Bela Diri Ilmu Pedang