BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Pada situasi yang disebutkan belakangan, ahli pedang harus mampu mengatasi lawan tanpa membunuhnya, atau mungkin harus membunuh ahli
pedang yang jahat untuk menyelamatkan memberi kehidupan kepada berjuta orang lain.
Pada tahun-tahun awal pemerintahan Edo 1603 – 1868 zaman perkembangan seni bela diri, muncul tiga catatan singkat mengenai ilmu
pedang yang membawa pengaruh dalam kehidupan. Catatan pertama adalah The Mysterious of Unmoving Wisdom
Fudochi Shinmyoroku, ditulis oleh pendeta Zen Takuan Soho sekitar tahun 1632. Pada intinya, ini merupakan catatan filosofis yang melihat ahli pedang
dari perspektif Zen Buddha, terutama menekankan hasrat untuk menjaga pikiran tetap bebas dari kelekatan dan keterikatan. Dalam istilah pertarungan,
hal ini berarti mencegah pikiran berhenti atau “menetap”, bagaimana postur tubuh, teknik pedang lawan, atau apa pun yang akan membuat pikiran kita
tidak bergerak bebas. Catatan kedua adalah The Book of Five Rings Gorin no sho karya
Miyamoto Musashi yang ditulis antara tahun 1643 dan 1645. Tidak seperti catatan filosofis Takuan, catatan Musashi menggunakan pendekatan praktis
mengenai ilmu pedang, memberitahu pembaca sejumlah taktik, seperti cara
Universitas Sumatera Utara
menggerakkan kaki, dimana harus berdiri saat ada matahari atau sumber cahaya lainnya, dan cara menagkis atau cara menerjang maju. Pada intinya
menurut Musashi bukanlah untuk mati terkena senjata lawan, atau berkutat dengan teknik yang bergaya tetapi tidak efektif, melainkan untuk menang.
Walaupun begitu, kerangka pikir seni bela diri yang mendasarinya yaitu membuat pikiran tetap bebas, tidak pernah membiarkannya berhenti, bahkan
setelah lawan terlihat kalah. Pikiran ini secara filosofis dan artistik disimbolkan oleh inkarnasi Buddha, Fudo Myo-o Raja Kecemerlangan yang Tak
Bergerak, yang digambarkan dengan memegang pedang satu tangan. Catatan terakhir mengenai ilmu pedang adalah Heiho Kadensho atau
Pedang Pemberi Kehidupan The life-Giving Sword; kadang disebut sebagai The Book of Clan Traditions on the Martial Arts yang ditulis oleh Yagyu
Munenori pada tahun 1632. Karya Takuan menekankan pendekatan Zen pada ilmu pedang dan karya Musashi menekankan pendekatan praktisnya. Munenori
sendiri berusaha berada diantara keduanya, menyajikan latar belakang filosofis untuk praktik maupun praktik penggunaan pedang itu sendiri.
Munenori memberikan penekanan serupa mengenai menjaga pikiran tetap bebas dari penyakit yang diakibatkan terlalu banyak memusingkan teknik
atau bahkan gagasan untuk menang. Praktik penggunaan pedang tersebut diwarisi Munenori dari ayahnya
Sekishusai dan guru ayahnya Kamiizumi Ise no Kami Hidetsuna. Munenori membawa teknik Tanpa Pedang yang terkenal menuju kesempurnaan dan
meneruskannya kepada murid-muridnya di sekolah bela diri Yagyu Shinkage-
Universitas Sumatera Utara
ryu. Salah satu muridnya yang paling antusias adalah shogun ketiga Tokugawa Lemitsu, pria yang tidak suka menghabiskan waktu tanpa melakukan hal-hal
yang tak memberikan hasil praktis. Heiho Kadensho Pedang Pemberi Kehidupan merupakan pendorong
bagi teknik yang sudah dipelajari, sekaligus instruksi mengenai praktik tingkat lanjut, sumber meditatif untuk menghalau halangan psikologis yang dihadapi
para murid, dan dasar filosofis untuk menggunakan pedang sebagai alat kehidupan.
Dengan demikian pedang mempunyai berbagai peranan di dalam kehidupan yang dapat memberikan suatu inspirasi bagi pengguna pedang
tersebut. Sehingga penulis tertarik untuk membahasnya dan memilih “Peranan Pedang Dalam Kehidupan Shinkage-ryu” menjadi judul kertas karya ini.
1.2 Tujuan Penulisan