Salah satu ciri khas Shinkage-ryu adalah penggunaan fukuro shinai dalam berlatih. Ini adalah potongan bambu yang dilapisi penutup kulit, yang
kemudian dikembangkan menjadi apa yang telah disebut hikihada ‘kulit katak’ shinai. Dengan menggunakan fukuro shinai, orang dapat saling
menyerang seperti layaknya bertarung menggunakan pedang sungguhan.
2.2 Shinkage-ryu Seni Bela Diri Ilmu Pedang
Seni bela diri merupakan bagian dari kesejarahan dan kebudayaan suatu negara. Indonesia misalnya, memiliki seni bela diri yang terkenal yakni pencak
silat. Pencak silat tersebut tak hanya digunakan untuk menjaga keselamatan diri dari serangan musuh, namun juga telah masuk dalam ranah hiburan dimana
sering dipentaskan dalam berbagai acara penting semisal nikahan, sunatan dan lainnya.
Begitu juga dengan Jepang yang tentunya memiliki seni bela diri yang telah memiliki sejarahnya sendiri. Pada mulanya, seni beladiri Jepang berasal
dari tatkala kelas non-pejuang yang diusir dengan menggunakan senjata. Keterampilan seni beladiri Jepang ini kemudian dikembangkan menjadi
kesenian modern yang hingga masih tetap dilestarikan. Jepang memiliki seni beladiri yang sangat beragam sehingga banyak melahirkan berbagai sekolah
beladiri. Salah satu sekolah bela diri Jepang yang tertua adalah Yagyu Shinkage-
Ryu. Sekolah ini merupakan seni bela diri ilmu pedang. Sekolah ini disebut juga Yagyu Shinkage Ryu Heihou. Digunakan kata heihou strategi bukan
Universitas Sumatera Utara
kenjutsu teknik pedang karena sekolah tidak hanya mengajarkan teknik untuk membunuh melainkan cara untuk melihat dan mengetahui situasi apapun,
bahkan cara memerintah seluruh negeri. Untuk menggunakan pedang, sekolah ini menekankan menggunakan tubuh lengkap dan alami, sehingga dapat
menarik keluar dan menerapkan semua potensi kekuatan individu. Sampai pada abad ke-16 di Jepang, teknik bela diri lebih memperhatikan
keefektifannya di medan pertempuran. Pada waktu sang pendiri Shinkage- ryū,
Kamiizumi Nobutsuna, superioritas sebuah perguruan ditentukan melalui duel. Postur dasar amat berbeda; sangat rendah, agar melindungi tubuh. Ide memenangi
dengan dengan segala cara tertanam pada ajaran tiap perguruan-perguruan yang ada saat itu. Filsafat dasar dan konsep-konsep strategis termasuk pedang yang
membunuh hanya sekali issatsu no tachi dan pedang yang memotong hanya sekali ichi no tachi.
Namun, dengan kedatangan senjata api dan elemen lain dari peperangan modern, teknik kasat mata tradisional ini menjadi tidak berarti. Sebagai hasil dari
penggunaan teknologi baru tersebut, Kamiizumi didorong untuk membuat sejumlah perubahan. Dia mengubah sedikit postur dasar dengan dengan
mengangkat tubuh sedikit, dia mengubah kebiasaan memegang pedang, dan dia memperpendek panjang dari bilah pedang. Mungkin yang lebih penting, dia juga
menemukan metode baru untuk mengajar supaya cara belajar dan berlatih pedang menjadi lebih mudah. Sampai pada Kamiizumi, para pakar pedang berlatih ilmu
mereka baik dengan pedang kayu yang sangat keras bokken atau dengan sebilah pedang baja tumpul. Dengan caranya, para ahli pedang harus berhenti menyerang
Universitas Sumatera Utara
sebelum waktunya jika mereka tidak ingin mencelakai diri mereka sendiri atau murid-murid atau rekan berlatih mereka. Kamiizumi menciptakan sebuah pedang
untuk berlatih dibuat sepanjang sebuah bambu, dibelah menjadi dua sampai 16 bagian diujungnya dan dilapisi kulit yang dipernis. Dia menamai hasil temuannya
sebagai hikihada shinai. Kamiizumi, merasakan perubahan-perubahan dalam cara-cara berperang,
memikirkan ulang metode beladirinya dan memulai untuk menyuarakan pemanfaatan pelindung ringan saat berlatih. Alur peperangan sedang diubah, dan
menjadi hal yang penting dalam peperangan untuk bergerak lebih cepat daripada sebelumnya, Nobutsuna menyempurnakan sebuah gaya pedang yang lebih
bebas dalam pergerakannya, lebih jarang, lebih terkendali, lebih disesuaikan dengan perkelahian dan untuk duel daripada bidang pertempuran skala besar.
2.3 Teknik Penggunaan Pedang Dalam Shinkage-ryu Dalam Shinkage-ryu teknik-teknik penggunaan pedang adalah sebagai
berikut: a.
Tiga Pembelajaran
Awal mulanya adalah posisi berdiri dengan pedang, yang disebut dengan roda, karena kau menggerakkan senjatamu dalam pola melingkar.
Bayangkan posisi berdiri yang menunjukkan satu sisi tubuhmu. Dengan membiarkan lawan menyerang pundak kirimu, kalahkan dia dengan memutar
pedang sesuai dengan arah serangannya. Kau harus menjaga posisi berdiri tetap rendah. Selalu pastikan posisi berdirimu menjagamu dari serangan lawan.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan istana dan penggalian parit dilakukan untuk mencegah pihak lawan bergerak mendekat. Oleh karena itu, hal ini bukanlah mengenai
merobohkan lawan. Jangan terburu-buru. Alih-alih, ambil posisi berdiri yang kokoh, jangan biarkan dirimu diserang lawan.
Terdapat lima hal penting dalam mempertahankan posisi berdiri yang merupakan sikap mental untuk bertahan ilustrasi dapat dilihat pada lampiran.
Lima hal tersebut adalah sebagai berikut: • Satu hunusan, dua belahan
• Menghunus lewat kuku, mengiris lewat baja • Setengah terbuka, setengah berhadapan
• Memutar ke kanan, berbalik ke kiri • Panjang dan pendek, satu dan sama
b. Sembilan Perkara