26 dikembangkan serta untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya
pengalaman baru. Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomadasi.
Teori belajar yang ada selama ini masih banyak yang menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar yang demikian kurang
bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Ausubel seperti yang dikutip Budiningsih 2005:51 mengatakan bahwa, ”proses belajar terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru”.
Bruner seperti yang dikutip oleh Budiningsih 2005:41 berpendapat bahwa,
”Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya”.
Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
d. Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata
lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Asri Budiningsih 2005:20 menyatakan
27 bahwa dalam hal ini yang terpenting adalah masukan input yang berupa
stimulus, keluaran output yang berupa respon, dan penguatan reinforcement yang berupa apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Konsep teori behaviorisme yang paling mendasar yaitu penetapan tujuan
khusus pembelajaran. Diharapkan bahwa tujuan tersebut dapat mengubah sikap siswa yang dapat diukur. Materi yang padat seharusnya dapat dibagi
menjadi materi-materi yang sederhana. Implikasi dari teori behaviorisme pada penelitian ini adalah penetapan standar kompetensi, kompetensi dasar serta
indikator ketercapaian yang akan dicapai. Pada akhir pembelajaran, pencapaian kompetensi yang diukur dengan ketercapaian indikator diberikan
melalui evaluasi. Teori behaviorisme yang diuraikan diatas, tidak memperhatikan cara
berfikir siswa dan kompetensi siswa yang telah dicapai sebelumnya. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
juga tidak diperhitungkan menurut teori behaviorisme, oleh karena itu teori kognitif diperlukan untuk melengkapi teori yang mendasari pembelajaran
bahasa inggris ini. Dari keempat teori diatas teori yang sebagian besar diterapkan pada
pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama Negeri se Kabupaten Sukoharjo hanya menerapkan teori kognitivisme. Penerapan teori
kognitivisme lebih mementingkan proses pembelajaran dari pada hasil pembelajarannya. Penerapan teori belajar kognitivisme jika tidak dilengkapi
28 dengan penerapan teori belajar lainnya, tidak akan memberikan hasil yang
optimal pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.
4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran