Farmakoterapi Pada Agitasi Perbandingan Aripiprazol Intramuskular Dan Haloperidol Intramuskular Dalam Penatalaksanaan Agitasi Pada Pasien Skizofrenik

reseptor 5HT2 juga akan meminimalkan gejala ekstrapiramidal. 14 Penting bahwa obat-obat antipsikotik generasi kedua mempunyai efek yang signifikan terhadap variasi dari sistem neurotransmiter, termasuk jalur dopaminergik dan serotonergik. 13 Simtom positif menjadi prioritas target utama untuk distabilkan pada pasien-pasien yang psikosis akut yang dihospitalisasi. Agitasi dan permusuhan, sering berkaitan dengan simtom positif, umumnya juga diidentifikasikan sebagai target prioritas untuk distabilkan pada pasien psikosis akut yang dihospitalisasi terutama pada hari pertama penatalaksanaan. Untuk alasan inilah dalam memilih regimen pengobatan dipertimbangkan yang memiliki efikasi terhadap simtom positif, agresi pada psikotik dan agitasi pada psikotik. 18

2.4. Farmakoterapi Pada Agitasi

Agitasi akut yang dihubungkan dengan psikosis merupakan suatu tantangan yang membutuhkan diagnosis dini, intervensi yang cepat dan efektif, dan pengobatan yang ditoleransi dengan baik. 19 Tujuan intervensi krisis pada pasien-pasien yang teragitasi adalah dengan menenangkan pasien tetapi tidak membuat mereka menjadi sedasi sehingga membuat mereka menjadi tidur. Sedasi yang berlebihan akan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan evaluasi psikiatrik dan memulai pengobatan yang sesuai. 13 Dengan menggunakan penjelasan dari patofisiologi yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan dari pengobatan adalah untuk menurunkan keadaan hyperarousal, menurunkan impulsivitas, memaksimalkan fungsi eksekutif, dan memaksimalkan kapasitas terhadap pengaturan emosional diri. Kebutuhan akan hal ini harus dilakukan dengan cepat, aman dan Universitas Sumatera Utara dengan efek merugikan yang minimal. Tujuan pokok adalah untuk menempatkan pasien ke fungsi pengaturan emosional yang optimal, bukan hanya untuk meredakanmenenangkan. 13 Sebelum dikenalnya antipsikotik, penanganan psikosis akut dilakukan dengan pengekangan restrain fisik. Dengan diperkenalkannya klorpromazin dan kemudian agen-agen antipsikotik tipikal lainnya, pengekangan fisik mengalami perubahan menjadi kimiawi. 8 Obat antipsikotik dapat dibagi kedalam dua kelompok utama, yaitu antipsikotik konvensional yang disebut juga first-generation antipsychotics FGA atau dopamine receptor antagonist, dan obat-obat kedua yang disebut second-generation antipsychotics SGA atau serotonin-dopamine antagonist SDA. 20,21 Istilah FGA dan SGA berdasarkan pada teori bahwa efek antipsikotik dari obat antagonis reseptor dopamin dihasilkan dari blokade reseptor dopamin tipe 2 D2, sedangkan SDA berbeda dimana efeknya dihubungkan dengan rasio dari antagonis D2 dan 5-hydroxytryptamime tipe 2A 5-HT2A. Antagonis reseptor dopamin selanjutnya dibagi lagi dengan yang berpotensi rendah, sedang, dan tinggi terhadap reseptor D2. Obat yang mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor D2 mempunyai tendensi menimbulkan efek samping ekstrapiramidal yang lebih besar pula. Sedangkan obat yang potensi rendah akan menimbulkan efek samping ekstrapiramidal yang lebih kecil tetapi sering pula menyebabkan hipotensi postural, sedasi dan efek antikolinergik. 20 Perkembangan dari obat antipsikotik atipikal sangat menyolok dalam memperbaiki pengobatan skizofrenia, meskipun antipsikotik atipikal mempunyai efek samping seperti somnolen, obesitas, hiperglikemia, hiperlipidemia, dan perpanjangan QTc. Ada penelitian langsung mengenai perkembangan dari agonis parsial dopamin dalam penemuannya untuk pengobatan optimal dari pasien skizofrenik. Agonis parsial dopamin diperkirakan mengimbangi Universitas Sumatera Utara counterbalance transmisi dopamin baik hiperdopaminergik maupun hipodopaminergik dan bekerja sebagai dopamine system stabilizer. 22 Meskipun semua antipsikotik tersedia dalam bentuk formulasi oral, hanya beberapa obat saja yang tersedia dalam bentuk injeksi. Klinisi sebaiknya memilih pemberian obat secara injeksi apabila pasien tersebut agitasi yang akan lebih menguntungkan jika obat mencapai kadar plasma dengan lebih cepat. Sebagai contoh, kebanyakan antipsikotik yang diberikan secara intramuskular mencapai kadar maksimum plasma dalam 30 sampai 60 menit, dengan efek klinis terlihat dalam 15 sampai 30 menit. 20,21

2.4.1. Aripiprazol

Aripiprazol merupakan agen antipsikotik yang mempunyai cara kerja yang unik. Obat ini bekerja sebagai dopamine system stabilizer yang kelihatannya menjadi lebih signifikan dalam mengatasi simtom positif dan negatif pada skizofrenia. 23 Aripiprazol adalah turunan quinolinone 24-26 yang diperkenalkan dalam praktek klinis pada akhir tahun 2002. 24,26 Aripiprazol mempunyai aktifitas agonis parsial terhadap reseptor dopamin 2 D2 dan serotonin 1A 5HT1A, dan aktifitas antagonis yang poten pada reseptor 5HT2A. 25,27,28 Obat ini juga mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor D3; afinitas yang moderat terhadap reseptor D4, 5HT2C. 5HT7, adrenergik α , histamin 1 H1 dan afinitasnya tidak berarti negligible terhadap reseptor muskarinik. 25,29 Metabolit aktif aripiprazol yaitu dehydroaripiprazole juga mempunyai afinitas yang sama terhadap reseptor D2 dan tidak memperlihatkan profil farmakologik yang berbeda secara signifikan dengan senyawa induk. 25 Aripiprazol dimetabolisme oleh isoenzim CYP2D6 dan CYP3A4. 30 Universitas Sumatera Utara Sebagai agonis parsial terhadap D2, aripiprazol bekerja sebagai antagonis fungsional di area dimana level dopamin meninggi seperti di jalur mesolimbik tetapi tidak di area dimana level dopamin normal. Sehingga diperkirakan aripiprazol akan mengurangi simtom positif skizofrenia tanpa mengakibatkan gangguan pergerakan atau peningkatan prolaktin. Di daerah-daerah dimana konsentrasi dopamin rendah seperti jalur mesokortikal, aripiprazol bekerja sebagai agonis fungsional. 31 Dalam studi-studi preklinis menunjukkan bahwa aripiprazol mempunyai aktifitas antagonis D2 dibawah kondisi hiperdopaminergik dimana ini dihubungkan dengan kontrol gejala-gejala positif dan aktifitas agonis D2 dibawah kondisi hipodopaminergik dimana ini dihubungkan dengan perbaikan gejala-gejala negatif dan kognitif skizofrenia, dengan perubahan prolaktin dan efek samping ektrapiramidal yang minimal. 32 Aktifitas agonis parsial pada reseptor 5HT1A dihubungkan dengan sifat ansiolitik dan bisa dihubungkan dengan perbaikan gejala-gejala depresif, kognitif, dan negatif pada pasien skizofrenik. 31 Juga diperkirakan bahwa aktifitas antagonis pada reseptor 5HT2A dihubungkan dengan efek yang menguntungkan terhadap gejala negatif skizofrenia dan akan memperbaiki gejala-gejala depresif dan kognitif skizofrenia 31,32 dan mengontrol agitasi dan agresi dan cenderung rendah menyebabkan efek samping ekstrapiramidal. 32 Efek merugikan yang sering dilaporkan biasanya kepala terasa ringan, insomnia, akatisia, somnolen, tremor, pandangan kabur, mual, muntah, dispepsia, konstipasi, sakit kepala, dan asthenia. 30 Aripiprazol injeksi intramuskular digunakan untuk mengontrol agitasi pada pasien dewasa dengan skizofrenia atau bipolar mania yang disetujui Food and Drug Administration FDA tahun 2006. Aripiprazol injeksi tersedia dalam bentuk dosis tunggal, dengan vial siap pakai mengandung aripiprazol 9,75mg dalam 1,3mL 7,5mgmL, 25,33 larutan yang steril, jernih dan tidak berwarna. 33 Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak setelah pemberian Universitas Sumatera Utara sekitar 1 dan 3 jam. Waktu paruh aripiprazol dan dehidroaripiprazol adalah 75 dan 94 jam. 25,34,35 Penelitian yang dilakukan Trans-Johnson dkk pada tahun 2007 menunjukkan bahwa aripiprazol intramuskular 9,75mg secara signifikan menurunkan skor PANSS-EC dibandingkan plasebo pada menit 45 dan cenderung signifikan pada menit 30, sedangkan haloperidol intramuskular 7,5mg dibandingkan plasebo menurunkan skor PANSS-EC pada menit 105. Pada menit 30, kebanyakan pasien secara signifikan berespons terhadap aripiprazol intramuskular 9,75mg. Aripiprazol intramuskular 9,75mg secara signifikan memperbaiki agitasi tanpa over sedasi. 6 Aripiprazol intramuskular diberikan dengan dosis 9,75mg yang dapat diulang setiap 2 jam dan tidak melebihi 30mghari. Dosis yang rendah seperti 5,25mg dapat digunakan jika ada peringatan dari faktor-faktor klinis. 34 Dosis yang dianjurkan adalah 9,75mg. 33 Aripiprazol mungkin dikaitkan dengan hipotensi ortostatik, maka pemberiannya harus hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit jantung, penyakit serebrovaskuler atau kondisi-kondisi yang akan menyebabkan terjadinya hipotensi 34,35 , pasien diabetes mellitus dan hiperglikemia, 36,37 dan pasien dengan riwayat kejang. 35-37

2.4.2. Haloperidol

Haloperidol merupakan butyrophenone pertama dari antipsikotik mayor. 7 Kerja terapeutik obat- obat konvensional adalah memblok reseptor D2 khususnya di jalur mesolimbik. Hal ini menimbulkan efek berkurangnya hiperaktifitas dopamin pada jalur ini yang didalilkan sebagai penyebab simtom positif pada psikosis 12 , mengurangi penyerangan, perilaku yang meledak-ledak explosive, dan perilaku hiperaktifitas. 38 Universitas Sumatera Utara Pemberian secara intramuskular dalam dosis 2-5mg diperlukan untuk mengontrol dengan cepat pasien skizofrenik akut dengan gejala-gejala yang sedang-berat sampai sangat berat. tergantung respons pasien, dosis ulangan dapat juga diberikan dalam setiap jam walaupun dengan interval 4-8 jam sudah memuaskan. 7 Ketika diberikan secara intramuskular, haloperidol mempunyai onset of action dalam 30 sampai 60 menit, waktu paruh eliminasi mencapai 12 sampai 36 jam, dan efek durasinya mencapai waktu sampai 24 jam. 2 Efek samping ekstrapiramidal sering dilaporkan terjadi selama beberapa hari pertama pengobatan. Efek samping ekstrapiramidal secara umum dapat dibagi atas gejala-gejala mirip Parkinson, akatisia atau distonia. 7,38

2.5. Positive and Negative Syndrome Scale PANSS