dihubungkan dengan skizofrenia. Simtom agresif dan permusuhan bisa bertumpang tindih dengan simtom positif tetapi secara spesifik menekankan pada masalah mengontrol impuls.
Simtom ini meliputi permusuhan yang jelas, seperti perlakuan yang kasar baik secara verbal atau fisik ataupun sampai melakukan penyerangan. Beberapa simtom juga termasuk seperti perilaku
melukai diri sendiri, bunuh diri, membakar rumah dengan sengaja atau merusakkan milik orang lain. Tipe lain dari ketidakmampuan mengontrol impuls seperti sexual acting out, juga termasuk
kedalam kategori simtom agresif dan permusuhan. Simtom depresif dan cemas sering dihubungkan dengan skizofrenia, tetapi adanya simtom ini bukan berarti memenuhi kriteria
diagnostik untuk komorbid dengan gangguan ansietas atau gangguan afektif.
12
2.2. Agitasi
Istilah agitasi secara umum menjelaskan aktivitas motor atau verbal yang berlebihan, dan perilaku agitasi ini berpotensi berbahaya.
13
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition DSM- IV dari American Psychiatric Association , agitasi didefinisikan sebagai aktivitas motorik yang
berlebih-lebihan dihubungkan dengan perasaan ketegangan dari dalam diri. Gangguan perilaku yang kompleks yang dikarakteristikkan dengan agitasi ini terdapat pada sejumlah gangguan
psikiatrik seperti skizofrenia, gangguan bipolar, demensia termasuk penyakit Alzheimer dan penyalahgunaan zat obat danatau alkohol.
2,3
Agitasi sangatlah sering dijumpai didalam pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai keluhan pasien-pasien dengan gangguan psikotik.
1
Agitasi memiliki manifestasi yang bermacam- macam. Umumnya komponen perilaku dari agitasi dapat dikenali sebagai agresif secara fisik
Universitas Sumatera Utara
atau verbal berkelahi, melempar, merebut, menghancurkan barang-barang, memaki dan berteriak dan juga nonagresif tidak dapat tenang, mondar-mandir, bertanya berulang-ulang,
bercakap-cakap dan inappropriate disrobing.
4
Dari data-data pasien yang mengunjungi pelayanan gawat-darurat psikiatri, agitasi merupakan gejala yang sering sekali dikeluhkan pada penderita dengan psikosis, gangguan
bipolar dan demensia. Di Amerika Serikat, penderita dengan agitasi yang datang ke pelayanan gawat darurat psikiatri meliputi 21 pasien-pasien skizofrenik, 13 pasien dengan gangguan
bipolar, dan 5 pasien dengan demensia.
4
Tabel 2.1. Definisi agitasi Kegelisahan motorik
Peningkatan respons terhadap rangsangan Iritabilitas
Aktifitas motor atau verbal yang tidak sesuai dan atau tak bertujuan
Penurunan tidur Gejala-gejalanya berfluktuasi sepanjang waktu
Sumber: Lindenmayer JP. The Pathophysiology of Agitation. J Clin Psychiatry 2006;61suppl 14:5-10.
14
Universitas Sumatera Utara
2.3. Agitasi Pada Pasien Skizofrenik
Agitasi dan perilaku yang kasar dapat terjadi di dalam setting klinis yang berbeda. Kejadian ini timbul dalam 10 dari emergensi psikiatri dan biasanya dihubungkan dengan psikosis atau
penyalahgunaan zat.
15
Pasien-pasien skizofrenik yang kasar mempunyai lebih banyak simtom positif dan perilaku aneh yang lebih menonjol dan mungkin bertindak sesuai dengan waham
mereka, terutama jika waham mereka menimbulkan distressing bagi mereka. Pasien yang mengalami halusinasi perintah untuk mencelakai orang lain juga sering menjadi kasar.
16
Gejala- gejala inti dari agitasi meliputi kegelisahan yang menonjol, permusuhan, perilaku agresif,
penyerangan, kekerasan atau perilaku perusakan fisik, memaki, sikap atau bicara yang mengancam.
17
Didalam sampel komunitas, sejumlah studi epidemiologi telah menunjukkan kekonsistenannya bahwa pasien skizofrenik memiliki risiko lebih tinggi terlibat dalam tindakan
kekerasan dibandingkan gangguan mental lain.
13
Pasien skizofrenik berisiko tinggi berperilaku kasar bila memiliki kecurigaan dan permusuhan, halusinasi yang parah, insight yang buruk
terhadap wahamnya, mengalami gangguan berpikir yang lebih menonjol dan kemampuan mengontrol impuls agresifnya yang buruk dibandingkan pasien yang tidak berperilaku kasar.
Secara keseluruhan, keadaan tersebut merupakan alasan bagi keluarga untuk merawat pasien skizofrenia.
4
Pada tahun
2004, American Psychiatric Association Committee on Practice Guidelines
menegaskan bahwa meskipun hanya sedikit dari pasien skizofrenik yang bertindak kasar, bukti- bukti menunjukkan bahwa pasien skizofrenik berhubungan dengan meningkatnya risiko
berperilaku agresif. Dalam studi retrospektif yang dilakukan di Eropa dengan mengevaluasi data
Universitas Sumatera Utara
seluruh pasien skizofrenik yang masuk ke rumah sakit di Munich disimpulkan bahwa 14 menunjukkan perilaku agresif sewaktu masuk ke rumah sakit. Dalam studi ini, perilaku agresif
paling banyak dijumpai pada pasien skizofrenik pria, pasien dengan subtipe skizofrenia yang disorganized dan pasien psikotik yang memperlihatkan gejala waham dan berpikir yang kacau.
Dalam studi yang lain, didapati bukti-bukti bahwa pasien yang kasar lebih banyak dijumpai pada skizofrenia terutama bila komorbid dengan penyalahgunaan zat.
4
Ada bukti yang menyarankan bahwa skizofrenia berhubungan dengan meningkatnya risiko perilaku yang agresif. Faktor risiko
menjadi agresif pada skizofrenia adalah pria, miskin, tidak punya pekerjaan atau keahlian, tidak berpendidikan atau tidak menikah dan mempunyai riwayat pernah ditahan atau riwayat
kekerasan sebelumnya.
16
Dasar neuroanatomi dan neurokimia agitasi masih belum banyak diketahui. Agitasi sering sebagai bagian dari suatu episode psikotik akut dan kebanyakan terkait dengan ranah
simtom positif. Sistem neurotransmiter yang mendasari dalam patofisiologi simtom psikotik termasuk dopaminergik, serotonergik, gamma amino butyrid acid GABA-ergic, dan
glutamatergik.
13,14
Obat-obat yang menurunkan dopaminergik atau adrenergik, atau meningkatkan serotonergik dan GABAergik akan melemahkan agitasi.
13
Psikosis akut mungkin dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu sindroma diskoneksi mesokortikal disebabkan karena hiperaktifitas dopaminergik di limbik dengan terputusnya
modulasi glutamatergik dari neurotransmisi dopaminergik dengan mereduksi inhibisi GABAergik dimana akan menurunkan aktifitas prefrontal kortikal, simtom positif dan negatif,
dan simtom kognitif. Oleh sebab itu, fokus dari antiagitasi adalah antagonis dopaminergik oleh antipsikotik dengan bermacam variasi profil binding reseptor dopamin-2 D2 dan 5HT2. Obat
yang secara spesifik mempunyai afinitas ikatan reseptor D2 dan afinitas yang tinggi pada
Universitas Sumatera Utara
reseptor 5HT2 juga akan meminimalkan gejala ekstrapiramidal.
14
Penting bahwa obat-obat antipsikotik generasi kedua mempunyai efek yang signifikan terhadap variasi dari sistem
neurotransmiter, termasuk jalur dopaminergik dan serotonergik.
13
Simtom positif menjadi prioritas target utama untuk distabilkan pada pasien-pasien yang psikosis akut yang dihospitalisasi. Agitasi dan permusuhan, sering berkaitan dengan simtom
positif, umumnya juga diidentifikasikan sebagai target prioritas untuk distabilkan pada pasien psikosis akut yang dihospitalisasi terutama pada hari pertama penatalaksanaan. Untuk alasan
inilah dalam memilih regimen pengobatan dipertimbangkan yang memiliki efikasi terhadap simtom positif, agresi pada psikotik dan agitasi pada psikotik.
18
2.4. Farmakoterapi Pada Agitasi