Latar Belakang Masalah Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Go Public di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana Abdullah, 2005:17. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang berasal dari selisih bunga tabungan yang diberikan pada nasabah penabung dengan bunga yang diperoleh dari nasabah debitor dan merupakan sumber utama pendapatan bank. Universitas Sumatera Utara Lukman Dendawijaya 2005:49 mengemukakan bahwa “dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80-90 dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70-80 dari kegiatan usaha bank”. Menurut Dahlan Siamat 2005:349 “salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit”. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank dalam menyalurkan kreditnya dipengaruhi baik oleh faktor eksternal bank seperti peraturan moneter yang berlaku, persaingan, situasi sosial politik, karakteristik usaha nasabah, suku bunga dan sebagainya, maupun dipengaruhi faktor internal bank seperti kemampuan bank dalam menghimpun dana, financial position capital adequacy ratio, aktiva tertimbang menurut resiko, batas maksimum pemberian kredit, kualitas aktiva produktifnya dan faktor produksi yang tersedia di bank Teguh Pudjo Muljono, 1996:210. Menurut Warjiyo 2005:435 “perilaku penawaran atau penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal capital adequacy ratio dan jumlah kredit bermasalah non performing loan”. Muliaman Hadad Universitas Sumatera Utara 2004:22 menambahkan selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam rasio return on assets juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit. Krisis ekonomi tahun 1997 yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menurun sehingga perbankan kesulitan dalam menghimpun dana dari masyarakat, yang menyebabkan masyarakat takut kalau dana yang telah dititipkan tidak dapat dikembalikan. Menurut Harmanta dan Ekananda 2005:71: Dari sisi perbankan, krisis tersebut mengakibatkan melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga dan berdampak menurunnya lending capacity perbankan, sehingga mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Selain itu, kondisi perbankan itu sendiri seperti masih tingginya kredit macet yang dialami perbankan dan timbulnya masalah penurunan permodalan berakibat pada turunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Beberapa tahun terakhir setelah krisis, kinerja sektor perbankan menunjukkan trend yang terus membaik, tercermin dari pulihnya kepercayaan terhadap perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan dana pihak ketiga. Selain itu, program rekapitalisasi perbankan telah memulihkan permodalan bank, berkurangnya non performing loan dan meningkatnya profitabilitas bank. Menurut Warjiyo 2005:435 “fungsi intermediasi perbankan terus mengalami perbaikan seiring dengan pulihnya kepercayaan masyarakat, permodalan dan kualitas asset, tetapi penyaluran kredit masih tergolong lambat di Indonesia”. Berdasarkan laporan perkembangan perbankan dari bank Indonesia hingga akhir 2007 dikatakan bahwa “kinerja indusri perbankan terus membaik dengan peran intermediasi yang semakin meningkat dan telah meningkatkan profitabilitas perbankan, meskipun Universitas Sumatera Utara perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank yang tercermin dalam loan to deposit ratio belum mencapai 80 sesuai yang ditetapkan Bank Indonesia”. Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit Warjiyo, 2005:432. Dengan demikian dana pihak ketiga akan mendukung volume penyaluran kredit perbankan. Permodalan bank yang cukup atau banyak sangat penting karena modal bank dimaksudkan untuk memperlancar operasional sebuah bank Siamat, 2005:287. Berdasarkan peraturan dari Bank Indonesia, setiap bank wajib memenuhi kecukupan modal 8. Tingkat kecukupan modal pada perbankan diwakilkan dengan rasio capital adequacy ratio CAR. CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko, yang dibiayai dari modal sendiri. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan meningkatkan volume kredit perbankan Warjiyo, 2005:435. Profitabilitas merupakan tingkat kemampuan bank dalam meningkatkan labanya. Tingkat profitabilitas dapat diukur menggunakan rasio return on asset ROA, yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. Menurut Muliaman Hadad 2004:22: Universitas Sumatera Utara Return on asset adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan. Kredit bermasalah non performing loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan seperti penyimpangan yang dilakukan debitur maupun faktor ketidaksengajaan atau faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk. Kredit bermasalah dapat diukur dari kolektibilitasnya, merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. Kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk menyalurkan kredit karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar Meydianawathi 2006:138. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi. Penelitian terdahulu antara lain adalah Meydianawathi 2006 meneliti pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio dan non performing loan terhadap penyaluran kredit periode 2002- 2005 pada bank umum di Indonesia. Mahrinasari 2003 meneliti pengaruh cash ratio dan return on asset terhadap penyaluran kredit periode februari 2000-juli 2002 pada Bank Perkreditan Rakyat Lampung. Kemudian Harmanta dan Ekananda 2005 menyimpulkan penyaluran kredit merupakan formula dari dana pihak ketiga, kapasitas kredit, suku bunga sertifikat bank indonesia, suku bunga kredit rata-rata bank umum, kredit bermasalah dan variabel dummy periode 1997- 2003 pada bank umum di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membahas seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan terhadap volume kredit perbankan dengan objek penelitian bank- bank yang go publik di Indonesia pada periode 2005-2007 dalam skripsi dengan judul Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Yang Bank Go Public di Indonesia.

B. Perumusan Masalah