Rasional KEBIJAKAN PENGELOLAAN LAHAN SAWAH BERBASIS ZONA AGROEKOLOGI
195 konservasi tanah adalah penempatan sebidang tanah pada cara penggunaan yang
sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Lal 1995
mengemukakan bahwa pengelolaan lahan pada dasarnya adalah menerapkan cara- cara pemeliharaan lahan per unit area melalui upaya peningkatan kualitas tanah
dan perbaikan karakteristik lingkungan sehingga lahan selalu berada pada keadaan produktivitas tinggi. Untuk mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan, Stewart
et al. 1991 menjelaskan sistem pertanian berkelanjutan akan terjadi apabila proses konservasi lebih besar daripada proses degradasi lahan. Sehingga,
produktivitas tanah pada setiap waktu merupakan hasil interaksi antara proses degradasi dan proses konservasi. Interaksi proses degradasi dan proses konservasi
lahan disajikan pada Gambar 73. Adiningsih et al. 2004 berpendapat bahwa pengelolaan lahan sawah
untuk mencapai produktivitas secara berkelanjutan meliputi penyiapan lahan sawah, pengelolaan air, pengelolaan harapupuk, serta pengelolaan usaha tani
berbasis pada sawah secara efisien. Penyiapan lahan sawah irigasi seperti yang banyak dijumpai di Jawa dilakukan melalui proses pelumpuran untuk mengurangi
perkolasi dan kapasitas menyangga air.
Untuk pengelolaan air, Subagyono et al. 2004 menjelaskan bahwa efisiensi pemanfaatan air dapat dilakukan melalui irigasi macak-macak dan irigasi
Erosi tanah Hara terbawa run off
Penggenangan Desertifikasi
Asidifikasi Pemadatan
Pengkerakan Hilangnya bahan organik tanah
Salinisasi Pencucian hara
Akumulasi bahan beracun
Proses Degradasi Tanah
Pengolahan tanah konservasi Rotasi tanaman
Perbaikan drainase Pengelolaan residu tanaman
Konservasi air Terasering
Penanaman sesuai kontur Pemupukan anorganik
Pemupukan organik Perbaikan siklus hara
Dan lain-lain
Proses Konservasi Tanah
Produktivitas tanah
Gambar 73. Hubungan antara proses degradasi dan proses konservasi tanah Stewart et al., 1991
196 berselang intermitten. Dalam irigasi macak-macak, lahan sawah tidak digenangi
tetapi cukup hanya dijenuhi untuk mendapatkan hasil padi yang tidak berbeda dengan lahan yang digenangi 5 cm, sedangkan pada irigasi berselang,
penggenangan air dilakukan pada selang waktu-waktu tertentu. Menurut Irianto dan Rejekningrum 2008, penerapan teknik irigasi berselang dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan air lebih dari 50. Efisiensi pemanfaatan air melalui teknik ini penting, mengingat ada kecenderungan periode hujan semakin singkat dengan
musim kemarau semakin lama. Untuk mendukung penyediaan air di lahan sawah yang umumnya terletak di lereng bawah, Arsyad 2008 menjelaskan metode
konservasi air dengan penanaman vegetasi permanen dengan pohon-pohon hutan penghutanan pada tanah dengan kemampuan lahan kelas VI, VII, dan VIII yang
berlereng 30. Penghutanan pada lahan di lereng atas tersebut akan mengurangi air hujan menjadi aliran permukaan dan meningkatkan air hujan
masuk kedalam tanah menjadi air bawah tanah yang dapat mengurangi ancaman banjir dan menjamin persediaan air pada musim kemarau. Selain itu, konservasi
air juga dapat dilakukan dengan pembuatan penampungan air dalam bentuk waduk, yang berfungsi menghambat air agar tidak segera hilang ke laut dan dapat
digunakan untuk berbagai keperluan manusia, termasuk untuk pengairan lahan sawah.
Untuk memperbaiki tingkat produksi tanaman dan mempertahankan produktivitas tanah sawah, Setyorini et al. 2004 menyarankan pengelolaan hara
tanaman dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang berdasarkan uji tanah yang dipadukan dengan pupuk organik dan hayati. Pemupukan berimbang
adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk mencapai status semua hara essensial seimbang sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan
produksi dan mutu hasil, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah, serta menghindari pencemaran lingkungan.