Tabel 10 Nilai konstanta dan beberapa rumusan untuk menentukan nilai radiative forcing Mhyre 1998
Jenis gas Persamaan radiative forcing
, ΔF Wm
−2
Konstanta CO
2
ΔF= α lnCC0 α=5.35
CH
4
ΔF= α√ε–√ε0–fM,N0–fM0,N 0 α=0.036
N
2
O ΔF= α√N–√N0–fM 0,N–fM0,N 0
α=0.12 CFC-11a
ΔF= αX–X0 α=0.25
CFC-12 ΔF= αX–X0
α=0.32
Keterangan : fε,N = 0.47 ln[1+2.01×10−5 εN0.75+5.31×10−15 εεN1.52]
C adalah CO
2
dalam ppm M adalah CH
4
dalam ppb N adalah N
2
O dalam ppb X adalah CFC dalam ppb
Misalnya untuk karbon dioksida dengan kelimpahan pada tahun 1975 CO
2
sebesar 278 ppm dan pada tahun 2005 adalah
sebesar 379 maka dengan menggunakan formula di bawah ini:
ΔF=5.35x ln CCo……..…….6 didapatkan nilai radiative forcing dengan
periode perubahan kelimpahan 1975-2005 adalah sebesar 1.66 W m
-2
dan kenaikan suhu bumi sebesar 0.72
o
C IPCC 2007. Dengan kenaikan konsentrasi CO
2
sebesar dua kali lipat dari konsentrasi masa revolusi
industry 556 ppm, maka nilai radiative forcing CO
2
sebesar 3.7 W m
-2
. Nilai tersebut
akan meningkatkan suhu sebesar 1.5
o
C dengan menggunakan persamaan 4 seperti di bawah ini:
dT = 1.5
o
Nilai di atas sebanding dengan perkiraan IPCC
2001 menunjukkan
bahwa peningkatan konsentrasi CO
2
dua kali lipat akan diikuti oleh peningkatan temperatur
udara rata-rata sebesar 1.5-4.5
o
C.
4.5 Analisis Kecenderungan Suhu dan Curah Hujan Jakarta Observatory 1965-
2010 Perubahan
iklim umumnya
diindikasikan dengan adanya pemanasan global atau kenaikan suhu global. Untuk
menganalisis perubahan iklim yang terjadi, diperlukan data series observasi iklim yang
panjang. Data series observasi iklim yang panjang sangat sulit didapat sehingga ini
menjadi kendala besar dalam analisis perubahan iklim.
4.5.1 Analisis Kecenderungan Suhu
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup
terlihat dari data time series di setiap periode. Gambar di bawah ini menunjukan
grafik data
suhu tahunan
Jakarta Observatory
dari tahun
1965-2010.
Gambar 7 Variasi suhu tahunan Jakarta Observatory 1965 -2010.
Gambar 8 Variasi suhu musim hujan dan kemarau Jakarta Observatory tahun 1965- 2010. Persamaan linier yang diihasilkan y =
0.033x +
27.26 juga
menunjukkan kecenderungan positif untuk nilai slope
positif sebesar 0.033. Nilai slope yang positif ini menandakan bahwa nilai suhu
memiliki kemiringan atau kecenderungan naik sebesar 0.033x, dengan x adalah waktu
dalam tahun. Gambar variasi suhu musim hujan dan kemarau di atas juga memiliki ke-
cenderungan positif yang menunjukkan dengan jelas terjadinya kenaikan suhu baik
pada musim hujan DJF ataupun musim kemarau JJA. Persamaan linier yang
dihasilkan adalah y = 0.036x + 27.38 untuk musim kemarau dan y = 0.029x + 26.55
untuk musim penghujan. Nilai slope positif menunjukkan
bahwa data
suhu ini
mengalami kecenderungan naik berbanding lurus dengan waktu.
Kenaikan suhu ini juga ditunjukkan oleh tabel di bawah. Suhu dari periode I ke
periode II mengalami peningkatan 0.54
o
C, suhu dari periode II ke periode III
mengalami peningkatan 0.24
o
C, dan untuk periode II ke periode IV kota Jakarta
mengalami peningkatan
suhu sebesar
0.38
o
C. Kenaikan suhu tertinggi pada periode I 1965-1974 menuju periode II
1975-1984. y = 0.033x + 27.26
25.50 26.00
26.50 27.00
27.50 28.00
28.50 29.00
29.50
1965 1967
1969 1971
1973 1975
1977 1979
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
2009
Su hu
o C
Tahun
Suhu Tahunan Linear Suhu Tahunan
y = 0.029x + 26.55 y = 0.036x + 27.38
24.00 25.00
26.00 27.00
28.00 29.00
30.00
1965 1967
1969 1971
1973 1975
1977 1979
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
2009
Suhu
o
C
Tahun
Rata- rata suhu MH Rata- rata Suhu MK
Linear Rata- rata suhu MH
Tabel 11 Rata-rata suhu permukaan Jakarta per dekade
Periode Range Tahun
T Rata-rataTahun
o
C ΔT
C I
1965-1974 27.36
II 1975-1984
27.90 0.54
III 1985-1994
28.14 0.24
IV 1995-2010
28.53 0.38
Dari tabel diatas terlihat kenaikan suhu yang bervariasi di setiap periode. Kenaikan
suhu terbaesar terjadi antara perode I dan periode II yaitu sebesar 0.54
o
C. Sedangakan kenaikan suhu terkecil terjadi antara periode
II dan periode III yaitu sebesar 0.24
o
C. 4.5.2 Analisis Kecenderungan Curah
Hujan Analisis curah hujan yang dilakukan
menghasilkan hasil yang bertolak belakang dengan hasil analisis temperatur. Pada
analisis ini
curah hujan
mengalami kecenderungan turun seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini. Gambar 9 menunjukkan kecenderungan
negatif untuk curah hujan tahunan dengan persamaan linier y = -17.68x + 1992. Slope
sebesar -17.68 cenderung turun dengan x adalah waktu dalam tahun.
Gambar 9 Variasi curah hujan tahunan Jakarta Observatory 1965-2010. y = -13.93x + 1947.
500 1000
1500 2000
2500 3000
1965 1967
1969 1971
1973 1975
1977 1979
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
2009
Ch m
m
Tahun
CH Tahunan Linear CH Tahunan
Gambar 10 Variasi curah hujan musim hujan dan musim kemarau Jakarta Observatory 1965- 2010.
Tabel 12 Rata-rata tinggi curah hujan Jakarta Observatory periode 10 tahunan Periode
Range Tahun CH Rata-rataTahun
mm ΔCH
I 1965-1974
1907 II
1975-1984 1888
-19 III
1985-1994 1377
-511 IV
1995-2010 1300
-77 Gambar curah hujan musiman Gambar
10 juga menunjukan hal yang sama yaitu kecenderungan
negatif. Mengalami
penurunan dengan persamaan linier untuk musim hujan curah hujan Desember,
Januari, dan Februari adalah y = -8.81x + 1007 dan untuk musim kemarau curah
hujan Juni, Juli, Agustus adalah y = - 0.104x+ 155.5.
Dari Tabel 12 terlihat penurunan yang terjadi di setiap periode penurunan ini terjadi
paling tinggi ketika periode II menuju periode III. Hasil analisis ini juga didukung
oleh hasil penelitian Avia 2005 dengan data curah hujan Jakarta tahun 1901-2002.
Hasil
analisisnya menyatakan
bahwa periode 1931-1960 dan 1991-2002 terlihat
mengalami penurunan rata-rata jumlah curah hujan tahunan. Data iklim yang digunakan
untuk analisis ini berada pada range tahun tersebut.
y = -8.813x + 1007. y = -0.104x + 155.5
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
1965 1967
1969 1971
1973 1975
1977 1979
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
2009
CH m
m
Tahun
CH MH CH MK
Linear CH MH Linear CH MK
V. PENUTUP