Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode .1 Studi Pustaka

Tabel 1 Data iklim Jakarta http: worldweather. wmo.int Bulan Suhu rata-rata o C Curah Hujan Bulanan mm Rata-rata Hari Hujan hari Suhu Minimun Suhu Maximum Jan 24.2 29.9 384.7 26 Feb 24.3 30.3 309.8 20 Mar 25.2 31.5 100.3 15 Apr 25.1 32.5 257.8 18 May 25.4 32.5 133.4 13 Jun 24.8 31.4 83.1 17 Jul 25.1 32.3 30.8 5 Aug 24.9 32.0 34.2 24 Sep 25.5 33.0 29.0 6 Oct 25.5 32.7 33.1 9 Nov 24.9 31.3 175.0 22 Dec 24.9 32.0 84.0 12 Tabel di atas merupakan tabel rata-rata suhu dan curah hujan bulanan DKI Jakarta yang diunduh dari web resmi WMO World Meteorological Organisation. Nilai suhu merupakan nilai rata-rata observasi suhu bulanan tahun 1994-1999. Nilai curah hujan dan jumlah hari hujan merupakan nilai rata- rata observasi bulanan tahun 1930-1960. Jakarta memiliki enam stasiun cuaca yang terletak di ketinggian, lintang dan bujur yang berbeda. Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki dua stasiun yang masing-masing terletak pada 6.15 o LS, 106.7 o BT dan 6.11 o LS, 106.65 o BT dengan ketinggan 8 mdpl. Bandara Halim Perdana Kusuma memiliki satu stasiun klimatologi yang terletak pada 6.25 o LS dan 106.9 o BT, dengan ketinggian 30 mdpl. Pelabuhan Tanjung Priuk memiliki sebuah stasiun yang terletak pada 6.1 o LS dan 106.86 o BT dengan ketinggian 2 mdpl. Dua stasiun lainya berada di tengah kota Jakarta yaitu Stasiun Klimatologi Kemayoran 6.15 o LU, 106.86 o BT dan Stasiun Klimatologi Jakarta Observatory 6.18 o LS, 106.83 o BT dengan ketinggian yang sama pada masing-masing stasiun yaitu 8 mdpl.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Studi pustaka ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada studi pustaka ini adalah seperangkat komputer dengan perangkat lunak Microsoft Office 2007. Bahan yang digunakan antara lain: data iklim bulanan suhu dan curah hujan stasiun Jakarta Observatory tahun 1965-2010, serta buku, jurnal, dan artikel yang menjadi sumber studi pustaka. 3.3 Metode 3.3.1 Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan menentukan tema alur pemikiran bahasan yang akan dikaji, kemudian mengumpulkan literatur baik berupa buku maupun jurnal- jurnal yang berkaitan. Setelah dibuat garis besar tiap literatur kajian dan dirasa cukup untuk dikaji, maka jurnal dan buku yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasi sesuai subtema kajian yaitu : a. paleoklimatologi, b. perubahan iklim global, dan c. analisis kecenderungan data series waktu iklim. Semua jurnal dan buku terklasifikasi sesuai dengan subtema di atas, kemudian pada masing-masing subtema dilakukan lagi klasifikasi untuk mempermudah penulisan. ditahan di atas permukaan bumi. Secara alami gas rumah kaca membuat suhu permukaan bumi berada pada titik layak huni bagi mahkluk hidup. Selain itu gas rumah kaca dalam konsentrasi tertentu juga secara alami menjaga kestabilan iklim Gas rumah kaca juga diartikan sebagai gas yang terdapat di atmosfer yang dapat menyerap dan mengemisikan radiasi bersama dengan inframerah. Proses tersebut yang merupakan penyebab mendasar efek rumah kaca Prather dan Ehhalt 2001 IPCC menyimpulkan bahwa kebanyakan peningkatan suhu global rata-rata sejak pertengahan abad ke 20 disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca secara antropogenik. Berdasarkan Protokol Kyoto, yang diklasifikasikan sebagai Gas Rumah Kaca adalah: metan CH 4 , nitrat oksida N 2 O, hidroflorokarbon HFCs, perflorokarbon PFCs, sulfurheksaflouride SF 6 , serta gas- gas yang terdapat pada Protokol Montreal yang telah disempurnakan yaitu: kloroflorokarbon CFCs, hidrikloro- florokarbon HCFCs, dan juga halon. Pada penyempurnaan Protokol Montreal, gas-gas yang dibahas secara fokus adalah perubahan ozon O 3 yang terdapat pada wilayah troposfer. Uap air H 2 O yang terdapat pada wilayah stratosfer juga perlu dibahas, tetapi H 2 O yang terdapat pada lapisan troposfer yang merupakan bagian dari siklus hidrologi dan diperhitungkan dalam model iklim yang tidak didiskusikan. Gas lain yang termasuk gas rumah kaca yang reaktif terhadap gas lainnya yaitu karbon monoksida CO, hidrogen H 2 , dan volatile organic compound VOC IPCC 2001. Gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer berasal dari dua sumber yaitu sumber alami dan sumber antropogenik. Dalam studi beberapa penelitian inti es gas kelas dua yang merupakan gas sintetik diantaranya : HFCs, PFCs, SF6, CFCs, dan halons tidak ada diatmosfer sebelum abad 20, hal ini mengindikasikan bahwa gas tersebut muncul secara antropogenik setelah abad 20 Butler et al. 1999. Sedangkan gas CH 4 , NOx, CO 2 , O 3 , dan beberapa gas lainnya sudah ada sacara alami di atmosfer dan konsentrasinya semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri. Karbon dioksida meningkat di atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil minyak, gas alam, dan batu bara, sampah padat, pohon-pohon, dan produk-produk kayu, dan merupakan hasil dari reaksi kimia lainnya seperti industri semen. Karbon dioksida juga dapat lepas dari atmosfer atau mengalami sequestrasi pada saat diserap oleh tumbuhan sebagai bagian dari siklus karbon biologis. Metana CH 4 . Metana diemisikan selama produksi dan pengangkutan batubara, gas dan minyak alam. Emisi metana juga merupakan hasil dari peternakan dan kegiatan pertanian lainnya dan oleh pembusukan sampah organik di pembuangan sampah padat skala besar kota. Nitrat oksida N 2 O. Nitrat oksida diemisikan selama berlangsung aktivitas pertanian dan industri, serta selama kombusi bahan bakar dan sampah padat. Flourinated gas, Hidroflorokarbon, perflorokarbon dan sulfur heksaflorida adalah gas-gas rumah kaca yang sangat kuat yang sintetis, diemisikan dari sejumlah proses-proses industri. Kelompok gas ini digunakan untuk subtitusi ozone-depleting substances seperti CFCs, HCFCs, dan halons. Gas-gas ini secara tipikal diemisikan dalam kuantitas yang lebih kecil, tetapi karena gas-gas tersebut merupakan gas-gas rumah kaca yang kuat, maka disebut sebagai High Global Warming Potential Gases LAPAN 2009.

2.5 Karakteristik Iklim Jakarta