menurunnya  nilai   solar  constant .  Namun, margin  sekitar  bintik  matahari  lebih  terang
dan  lebih  panas  dari  rata-rata,  secara keseluruhan  bintik  matahari    meningkatkan
nilai  solar  constant.   Bintik  matahari minimum  yang  telah  diamati  terjadi sekitar
tahun  1645-1715. Hal  ini  bertepatan  dengan periode  pendinginan  yang  dikenal  sebagai
Little Ice Age  Lean dan Rind 1994.
Vulkanisme
Gunung  berapi,  baik  yang  masih  aktif maupun yang tidak, adalah sumber gas yang
berkelanjutan. Gunung
api juga
melemparkan hal berikut ke atmosfer: Uap air
Komponen  sulfur  kebanyakan  sulfur dioksida, SO
2
Karbon  dioksida  ,  35-65  dari  CO
2
diperlukan  untuk  menyeimbangkan kekurangan
dari sistem
lautan- atmosfir, dan
Klorin  36  juta  ton  dalam  setahun tanpa erupsi utama.
Gunung  Erebus,  di  Antartika,  dalam erupsi  yang  berkelanjutan  sejak  1972  telah
memancarkan lebih dari 1000 ton klorin per hari  370,000  dalam  setahun.  Hal  ini
menjadi kontributor utama dalam mereduksi ozon di atas Kutub Selatan Leurox 2005.
Selain  Klorin  komponen  di  atas  dapat terakumulasi  di  atmosfer  dan  menjadi
payung tebal yang menyebabkan panas bumi terperangkap  dibawahnya.  Selain  itu  radisi
matahari  akan  terhalang  oleh  payung tersebut  sehingga  permukaan  bumi  yang
ditutupi  oleh  komponen  vulkanik  tersebut akan  menerima  radiasi  matahari  yang  lebih
rendah. Pengaruh  dari  radiasi  tata  surya  telah
diukur  sejak  erupsi  dari  Krakatau  Sumatra, Indonesia  pada  1883.  Aerosol  dari  erupsi
ini  mengurangi  radiasi  tata  surya  secara langsung  20-30  dalam  beberapa  bulan.
Ledakan  Gunung  Agung  Bali,  Indonesia
pada  1963,  yang  kemudian  disebut  „erupsi abad  ini’  karena  kuantitas  abunya  yang
mencapai stratosfer,  membawa 24 reduksi pada radiasi langsung. Akan tetapi pengaruh
persebaran  pengganti  membawanya  turun sebesar hanya 6 dari total radiasi; butuh 13
tahun  untuk  debu  vulkanik  terdispersi Leurox 2005.
4.3  Skenario Budget
Energi untuk
Menduga  Perubahan  Rata-rata  Suhu Global.
Cuaca  di  bumi  sangat  dipengaruhi  oleh radiasi  matahari.  Radiasi  matahari  yang
mencapai bumi mencapai 342 Wm
-2
. Sekitar 30  dari  radiasi  tersebut  direfeleksikan
kembali ke angkasa luar karena adanya awan dan permukaan bumi. Permukaan bumi akan
menyerap radiasi matahari sebesar 168 Wm
- 2
,  sedangkan  atmosfer  menyerap  67  Wm
-2
Kiehl dan Trenberth 1997.
Radiasi matahari
yang diserap
permukaan  bumi  akan  dipancarkan  kembali oleh  bumi  sebagai  radiasi  gelombang
panjang. Sebesar
390 Wm
-2
yang dipancarkan
permukaan bumi
tidak semuanya dipancarkan secara langsung. Gas
rumah  kaca  menyebabkan  324  Wm
-2
energi yang  dipancarkan  kembali  dipantulkan  ke
permukaan  bumi  Kiehl  dan  Trenberth 1997.
Gambar  5  Mekanisme keseimbangan energi permukaan Kiehl dan Trenberth 1997.
342 Wm
-2
Atmosfer  mempunyai  beberapa  lapisan gas,  termasuk  gas  rumah  kaca  dan  awan
yang  akan  mengemisikan  kembali  sebagian radiasi
inframerah yang
diterima ke
permukaan bumi. Dengan adanya lapisan ini maka  panas  yang  ada  di  permukaan  bumi
akan  bertahan.  Untuk  jangka  panjang  akan terjadi  keseimbangan  antara  radiasi  yang
masuk  dan  yang  keluar  sehingga  suhu  di bumi  mencapai  nilai  tertentu  Sugiyono
2009.
Tanpa atmosfer dan gas rumah kaca yang terdapat  di  dalamnya  maka  bumi  secara
teoritis  akan  memiliki  suhu  permukaan sebesar  -18
C  Oke  1978.  Hal  ini  dapat dihitung  menggunakan  model  sederhana
budget  energi  permukaan  persamaan  1 yaitu:
S1- α = 4
T
4
1367Wm
-2
1-0.3 = 4.1.5,7x10
-8
Wm
-2
.T
4
T ≈255K T≈ -18
o
C Suhu  yang  dihasilkan  sebesar  -18
o
C untuk  keadaan  tanpa  atmosfer  dengan  nilai
solar  constant  1367Wm
-2
,  emisivitas  1, dan  albedo  normal  0.3.  Nilai  suhu
permukaan  bumi  yang  dihasilkan  adalah nilai  suhu  ketika  bumi  tidak  memiliki
atmosfer.  Bumi,  selain  memiliki  atmosfer juga
memiliki inti
radioaktif yang
menghasilkan  panas  sebesar  87  Wm
-2
Hutton 2010. Lautan merupakan 70 bagian dari bumi
yang  menyumbangkan  begitu  banyak  H
2
O dan  beberapa  gas  lain  dari  sirkulasi  yang
terjadi  baik  di  atas  maupun  di  dalamanya. Gas-gas  tersebut  secara  alami  menghalangi
sebagian  panas  keluar  dari  bumi.  Hal tersebut  menyebabkan  suhu  observasi  bumi
lebih  hangat  33
o
C  dari  suhu  yang  di  dapat dari  persamaan  di  atas.  Suhu  rata-rata
permukaan  bumi  yang  terukur  adalah  15
o
C Leurox 2005.
Salah  satu  penyebab  natural  perubahan iklim  adalah  aktivitas  tatasurya.  Hal  ini
dapat  menyebabkan  perubahan  nilai  solar constant.  Peningkatan  nilai  solar  constant
sebesar  1  akan  menyebabkan  kenaikan suhu  sebesar  0.6
C  Leurox  2005.  Hasil perhitungan  di  bawah  ini  Persamaan  4
menunjukan nilai perubahan suhu yang sama dengan pernyataan di atas.
S1- α = 4
T
4
ln S+ln 1-
α  = ln 4+ ln  +ln
+ 4ln T Asumsi   konstan dan  konstan
……….4
o
Nilai  tersebut  sesuai  dengan  nilai
ΔT
1
skenario  1  pada  Tabel    6.  Sedangkan  nilai ΔT
2
merupakan nilai perubahan suhu ketika nilai  T  adalah  288K  atau  15
o
C  sesuai  rata- rata  suhu  observasi  saat  ini.  Nilai  T  pada
persamaan diatas membedakan ΔT
1
sebagai perubahan  suhu  dimana  suhu  dasarnya
merupakan suhu
bumi tanpa
adanya atmosfer.  Sedangkan
ΔT
2
merupakan perubahan suhu ketika
suhu dasarnya adalah suhu  bumi  dengan  diselimuti  atmosfer  dan
variable lain berubah sesuai skenario seperti pada Tabel 6.
Albedo  memilki  pengaruh  yang  cukup besar  dalam  perubahan  suhu  global,  seperti
yang  terlihat  pada  Skenario  2  Tabel  6. Berdasarkan data rekaman Clouds and Earth
Radiant  Energy  System  CERES  albedo global  yang  tercatat  padatahun  2000-2004
mengelami  penurunan  sebesar  0.9  dan mengakibatkan  suhu  naik  sebesar  0.25
o
C tanpa  atmosfer  dan  0.27
o
C  dengan atmosfer.
Menurut Leurox 1995, letusan Gunung Agung  1963  di  Bali  Skenario  3  yang
mengakibatkan  albedo  naik  sebesar  6  dan suhu  mengalami  penurunan  sebesar  1.65
o
C tanpa  atmosfer  dan  1.85
o
C  dengan atmosfer  .  Kenaikan  albedo  sebesar  6
adalah    hasil  penyebaran  abu  vulkanik setelah mengalami erupsi dan menyebar.
Selain itu albedo bumi memiliki korelasi yang  positif  dengan  kekeruhan  atmosfer.
Berdasarkan  penelitian  Budiwati  2003 nilai  kekeruhan  atmosfer  yang  semakin
menurun  pada  tahun  1996  sampai  tahun 1998  menyebabkan  albedo  bumi  turun
sebesar  1.5.  Hal  ini  mengakibatkan  suhu permukaan  bumi  naik  sebesar  0.49
o
C.  Pada Skenario  4  Tabel  6  pendugaan  perubahan
suhu  tersebut  mendekati  hasil  penelitian Budiwati  dengan
ΔT
2
dengan  atmosfer yang  bernilai  0.46
o
C  dan ΔT
1
tanpa atmosfer
bernilai 0.41
o
C.
Tabel 6 Skenario pendugaan suhu permukaan  bumi Sekenario
Parameter ΔT
1
ΔT
2
Keterangan Skenario
Normal S
Asumsi semua variabel dianggap tetap. α
Skenario 1 S naik 1
0.64 0.72
Asumsi    solar  constant  naik  sebesar 1,  sedangkan  variable  lain  dianggap
tetap siklus bintik matahari. α
Skenario 2 S
0.25 0.27
Asumsi  albedo  turun  sebesar  0.9. Penyataan
ini merupakan
catatan penurunan  albedo  2000-2004  NASA
2011. α turun 0.9
Skenario 3 S
-1.65 -1.85
Asumsi  albedo  naik  sebesar  6, sedangkan  variable  lain  dianggap  tetap
akibat  meletusnya  Gunung  Agung Leurox 2005.
α naik 6
Skenario 4 S
0.41 0.46
Asumsi  albedo  permukaan  bumi  turun sebesar  1.5.  Mewakili  perubahan
tingkat  kekeruhan  atmosfer  pada  tahun 1996 sampai tahun 1998 Budiwati  et al
.2003.
. α turun 1.5
Skenario 5 S
0.64 0.72
Asumsi  emisivitas  turun  1  yang disebabkan perubahan penutupan lahan
vegetasi  menjadi  lahan  non  vegetasi, sehingga  emisivitas  bumi  terdiri  dari
lautan  70  dan  lahan  non  vegetasi 30.
α
Keterangan : ΔT
1
= perubahan suhu dengan T=255K tanpa atmosfer ΔT
2
= perubahan suhu dengan T=288K dengan atmosfer
Skenario 5
merupakan skenario
perubahan penutupan
lahan yang
berpangeruh secara
langsung terhadap
emisivitas  bumi.  Nilai  emisivitas  tiap penutupan  permukaan  bumi  berbeda  antara
lain  0.98  untuk  lautan  dan  air,  0.95  untuk penutupan
vegetasi, dan
0.92 untuk
penutupan lahan non vegetasi Weng 2001. Jika  diasumsikan  luasan  lautan  adalah  70
dari  luas  bumi  dan  penutupan  non  vegetasi adalah  20  dari  luas  permukaan  bumi,
sementara  luas  penutupan  vegetasi  adalah 10  dari  luas  permukaan  bumi  maka  rata-
rata emisivitas bumi adalah sebesar 0.965.
Skenario 5 mengasumsikan bahwa luasan penutupan  lahan  vegetasi  berubah  menjadi
lahan non vegetasi seluruhnya. Hal ini dapat dikarnakan  penebangan  serta  kebakaran
hutan  yang  tidak  bisa  ditanggulangi. Perubahan
penutupan lahan
tersebut menurunkan
rata-rata emisivitas
bumi sebesar 0.997 dan dibulatkan menjadi 1.
Penurunan  emivitas  tersebut  mengakibatkan terjadinya  kenaikan  suhu  sebesar  0.63
o
C tanpa  atmosfer  dan  0.72
o
C  dengan atmosfer.
Kenaikan  nilai  solar  constant  dapat diakibatkan  oleh  aktivitas  matahari  yang
meningkat,  misalnya  saat  jumlah  bintik matahari    mengalami  peningkatan,  atau
bahkan  dalam  keadaan  maximum  pada siklusnya  11  tahun  sekali.  Selain  itu
perbedaan  orbital  dalam  radiasi  juga berpengaruh  terhadap  nilai  solar  constant.
Nilai albedo erat kaitanya dengan penutupan awan  dan  daya  pantul  radiasi  suatu
penutupan lahan. Semakin besar radiasi yang dipantulkan  semakin  besar  nilai  albedo
begitu
pula sebaliknya.
Sedangkan emisivitas juga mengalami penurunan ketika
tutupan vegetasi semakin berkurang.
4.4    Perubahan  Suhu  Global  Akibat  Gas Rumah Kaca