Perubahan Iklim Global Gas Rumah Kaca

jarak terjauhnya terjadi pada tanggal 5 Juli aphelion. Perbedaan variasi jarak antara bumi dan matahari menyebabkan terjadinya perbedaan kerapatan fluks matahari Wm -2 Handoko 1995. Pada jarak rata-rata antara matahari dan bumi selama satu tahun, radiasi surya yang datang tegak lurus di permukaan bumi disebut dengan solar constant. Solar constant bernilai 1367 Wm -2 NASA 2011. c. Albedo Albedo adalah perbandingan jumlah radiasi yang dipantulkan dan jumlah radiasi yang diterima permukaan bumi Avia et al. 2000. Nilai albedo dipengaruhi langsung oleh variasi penutupan lahan di permukaan bumi. Nilai albedo tertinggi berada pada lahan dengan nilai penutupan vegetasi rendah pada musim kering dan vegetasi padat pada musim basah Subarna et al. 1998. Vukovich 1987 melakukan penelitian tentang hubungan albedo dan suhu permukaan. Penelitian yang dilakukan di daerah Sahara, Afrika ini menghasilkan bahwa dengan penutupan rendah dan kering nilai albedo dan suhu permukaan akan tinggi dibandingkan daerah yang memiliki vegetasi tinggi dan basah. Semakin tinggi nilai albedo maka semakin besar jumlah radiasi yang dipantulkan. Hal ini akan menyebabkan turunnya suhu. Materi yang memiliki kemampuan tinggi merefleksi radiasi sinar matahari adalah es, sementara yang terendah diantaranya lautan dan hutan lebat. d. Emisivitas Emisivitas didefinisikan sebagai rasio daya emisi total sebuah permukaan terhadap daya emisi total dari suatu permukaan yang meradiasi secara ideal pada temperatur sama. Permukaan beradiasi ideal juga dinamakan benda hitam. Emisivitas suatu benda bernalai antara 0 sampai 1. Benda yang memiliki warna putih sempurna seperti cermin memiliki emisivitas sebesar 0, dan benda yang hitam sempurna bernilai emisivitas 1. Emisivitas bumi akan berhubungan dengan intensitas radiasi gelombang panjang. Semakin besar emisivitas semakin besar pula intensitas radiasi gelombang panjang yang diemisikan bumi ke atmosfer menuju angkasa Sumaryati 2004.

2.3 Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global adalah perubahan jangka panjang data statistik cuaca global NOAA 2007. LAPAN 2009 mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu regional. IPCC 2007 menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang biasanya dekade atau lebih. Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal. Penyebab eksternal merupakan kegiatan manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Penyebab internal yang merupakan faktor alam disebut juga penyebab natural dan penyebab eksternal adalah penyebab antropogenik. Berdasarkan model-model IPCC, efek rumah kaca, khususnya pada aspek antropogeniknya, bertanggung jawab atas semua perubahan kllimatik. Sistem ini merupakan komponen yang penting bagi kelangsungan bumi terdiri dari Atmosfer, Hidrosfer, Litosfer, Cryosfer, Biosfer, dan Noosfer Leurox 2005. Penyebab perubahan iklim berdasarkan IPCC: Penyebab natural : Fenomena El Niño-Southern Oscillation ENSO adalah sebuah contoh variasi internal „alami‟ pada skala cuaca tahunan. Selain itu, penyebab natural lainnya antara lain perbedaan orbital dalam radiasi dan vulkanisme Leurox 2005. Gas rumah kaca Menurut IPCC 2007 penyebab ini adalah penyumbang terbesar dari pemanasan global yang terjadi sejak revolusi industri. Pemanasan global merupakan salah satu indikasi terjadinya perubahan iklim global. Pemanasan global disinyalir terjadi akibat meningkatnya gas-gas rumah kaca CO 2 , CH 4 , NOx, Halocarbon, O 3 , dll.

2.4 Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca adalah salah satu kelompok gas dalam atmosfer yang dapat menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat. Sistem kerjanya adalah dengan mengembalikan pantulan sinar matahari dari permukaan bumi agar tetap berada dalam sistem atmosfer bumi LAPAN 2009. Gas- gas ini memungkinkan panas matahari ditahan di atas permukaan bumi. Secara alami gas rumah kaca membuat suhu permukaan bumi berada pada titik layak huni bagi mahkluk hidup. Selain itu gas rumah kaca dalam konsentrasi tertentu juga secara alami menjaga kestabilan iklim Gas rumah kaca juga diartikan sebagai gas yang terdapat di atmosfer yang dapat menyerap dan mengemisikan radiasi bersama dengan inframerah. Proses tersebut yang merupakan penyebab mendasar efek rumah kaca Prather dan Ehhalt 2001 IPCC menyimpulkan bahwa kebanyakan peningkatan suhu global rata-rata sejak pertengahan abad ke 20 disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca secara antropogenik. Berdasarkan Protokol Kyoto, yang diklasifikasikan sebagai Gas Rumah Kaca adalah: metan CH 4 , nitrat oksida N 2 O, hidroflorokarbon HFCs, perflorokarbon PFCs, sulfurheksaflouride SF 6 , serta gas- gas yang terdapat pada Protokol Montreal yang telah disempurnakan yaitu: kloroflorokarbon CFCs, hidrikloro- florokarbon HCFCs, dan juga halon. Pada penyempurnaan Protokol Montreal, gas-gas yang dibahas secara fokus adalah perubahan ozon O 3 yang terdapat pada wilayah troposfer. Uap air H 2 O yang terdapat pada wilayah stratosfer juga perlu dibahas, tetapi H 2 O yang terdapat pada lapisan troposfer yang merupakan bagian dari siklus hidrologi dan diperhitungkan dalam model iklim yang tidak didiskusikan. Gas lain yang termasuk gas rumah kaca yang reaktif terhadap gas lainnya yaitu karbon monoksida CO, hidrogen H 2 , dan volatile organic compound VOC IPCC 2001. Gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer berasal dari dua sumber yaitu sumber alami dan sumber antropogenik. Dalam studi beberapa penelitian inti es gas kelas dua yang merupakan gas sintetik diantaranya : HFCs, PFCs, SF6, CFCs, dan halons tidak ada diatmosfer sebelum abad 20, hal ini mengindikasikan bahwa gas tersebut muncul secara antropogenik setelah abad 20 Butler et al. 1999. Sedangkan gas CH 4 , NOx, CO 2 , O 3 , dan beberapa gas lainnya sudah ada sacara alami di atmosfer dan konsentrasinya semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri. Karbon dioksida meningkat di atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil minyak, gas alam, dan batu bara, sampah padat, pohon-pohon, dan produk-produk kayu, dan merupakan hasil dari reaksi kimia lainnya seperti industri semen. Karbon dioksida juga dapat lepas dari atmosfer atau mengalami sequestrasi pada saat diserap oleh tumbuhan sebagai bagian dari siklus karbon biologis. Metana CH 4 . Metana diemisikan selama produksi dan pengangkutan batubara, gas dan minyak alam. Emisi metana juga merupakan hasil dari peternakan dan kegiatan pertanian lainnya dan oleh pembusukan sampah organik di pembuangan sampah padat skala besar kota. Nitrat oksida N 2 O. Nitrat oksida diemisikan selama berlangsung aktivitas pertanian dan industri, serta selama kombusi bahan bakar dan sampah padat. Flourinated gas, Hidroflorokarbon, perflorokarbon dan sulfur heksaflorida adalah gas-gas rumah kaca yang sangat kuat yang sintetis, diemisikan dari sejumlah proses-proses industri. Kelompok gas ini digunakan untuk subtitusi ozone-depleting substances seperti CFCs, HCFCs, dan halons. Gas-gas ini secara tipikal diemisikan dalam kuantitas yang lebih kecil, tetapi karena gas-gas tersebut merupakan gas-gas rumah kaca yang kuat, maka disebut sebagai High Global Warming Potential Gases LAPAN 2009.

2.5 Karakteristik Iklim Jakarta