4.2  Perubahan  Suhu  Global  Sebagai Indikasi  Perubahan  Iklim  Global
Akibat Kejadian Alam Natural Perubahan  iklim  merupakan  perubahan
pada  komponen  iklim  yaitu  suhu,  curah hujan,  kelembaban,  evaporasi,  arah  dan
kecepatan  angin,  dan  perawanan  BMKG 2011.  Perubahan    iklim  global  adalah
perubahan  pola  iklim  pada  skala  global  dan dalam  kurun  waktu  yang  panjang    NOAA
2007.
Sedangkan perubahan
iklim lokalregional  adalah perubahan pada pola
dan intensitas
unsur iklim
biasanya terhadap  rata-rata  30  tahun  di  suatu  daerah
tertentu. Perubahan
iklim lokalregional
merupakan  bagian  dari  perubahan  iklim global.  Apabila  terjadi  perubahan  intensitas
unsur  iklim  selama  30  tahun  pada  suatu wilayah
tertentu belum
cukup untuk
dipublikasikan  sebagai  perubahan  iklim global.  Kenaikan  rata-rata  suhu  global
selama dua abad terakhir dinyatakan sebagai indikasi  perubahan  iklim  global.  Suhu  akan
terus
meningkat seiring
dengan meningkatnya  konsentrasi  gas  rumah  kaca
akibat aktivitas  manusia. Penyataan tersebut didukung  dengan  data  perubahan  suhu
selama dua abad terakhir  . Akan tetapi data tersebut  belum  cukup  untuk  membuktikan
bahwa  telah  terjadi  perubahan  iklim  dengan suhu  yang  akan  terus  meningkat  akibat
aktivitas  manusia.  Faktor  natural  justu mempengaruhi  setiap  perubahan  iklim  di
bumi.
Perubahan iklim global dianalisis dengan rekaman  data  iklim  global  yang  sangat
panjang,  bahkan  sebelum  parameter  iklim dapat  diobservasi  menggunakan  instrument
iklim  seperti  saat  ini.  Sebagai  contoh, Gambar  4  merupakan  rekaman  data  iklim
sejak  420.000  tahun  terakhir.  Data  ini berhasil
direkonstruksi dengan
menggunakan metode
ice core
yang diobservasi di Vostok, Antartika.
Rekaman  data  perubahan  suhu  yang terlihat  Gambar  4  merupakan  variabilitas
iklim. Gambar
tersebut menunjukan
fluktuasi  perubahan  suhu  yang  berulang dalam  jangka  waktu  tertentu  ribuan  abad.
Kenaikan  suhu  yang  terjadi  dalam  beberapa abad  diikuti  dengan  penurunan  suhu  pada
abad-abad  selanjutnya  dengan  pola  yang hampir sama.
Terdapat  empat  peningkatan  suhu  yang cukup  signifikan  dan  kemudian  mencapai
titik  puncak  yang  diikuti  dengan  penurunan suhu.  Hal  ini  menunjukan  dalam  jangka
waktu yang sangat panjang suhu tidak hanya terus  mengalami  peningkatan  akan  tetapi
juga  mengalami  penurunan.  Oleh  karena  itu perubahan  iklim  yang  terjadi  dalam  jangka
waktu  yang  sangat  panjang  dalam  skala global,  tidak  dapat  disimpulkan  hanya
diakibatkan  oleh  meningkatnya  konsentrasi gas  rumah  kaca  sejak  revolusi  industri.
Sedangkan  revolusi  industri  baru  terjadi sekitar tiga abad terakhir.
Kecenderungan suhu
selama abad
tersebut  juga  tidak  semuanya  mengalami peningkatan
seiring meningkatnya
konsentrasi  gas  rumah  kaca.  Terdapat periode  dimana  suhu  cenderung  turun  yang
juga  diakibatkan  oleh  penyebab  natural.
Gambar 4 Grafik perubahan suhu sebagai variabilitas iklim 420.000 tahun terakhir daerah Inti Es Antartika NOAA 2007.
Tahun Per
u b
ah an
-12 4
2 -2
-4 -6
-8 -10
-400.000 -300.000
-200.000 -100.000
Ocean Circulation
Samudra  merupakan  bagian  terluas  dari permukaan bumi. Samudra menyumbangkan
sebagian  besar  H
2
O  yang  terdapat  di atmosfer.  Beberapa  fenomena  sirkulasi
samudra  seperti    El  Nino  Southern Oscillation  ENSO  merupakan  sebuah
contoh variasi internal atau alami pada skala cuaca  tahunan  Leurox  2005.  Gray  2009
menyatakan,  MOC  Meredional  Overtuning Circulation  merupakan  penyebab  primer
perubahan iklim. MOC merupakan hasil dari penyatuan  THC  Thermohalin  Circulation
dan
SAS Surrounding
Antartica Subsidence.  Gray  lebih  menitik  beratkan
konsentrasi  H
2
O  dibandingkan  CO
2
sebagai penyebab  utama  kenaikan  suhu  global.
Karena  pada  kenyataannya,  CO
2
hanya meningkatkan
0.1-0.2 C
dari 0.74
C kenaikan suhu bumi saat ini.
Perbedaan orbital dalam radiasi
Parameter  orbital  mempengaruhi  radiasi berubah  secara  konstan  dengan  perbedaan
pada  jarak  Bumi-Matahari  dan  inklinasi pada  ekliptik  dan  orientasi  pada  poros  polar
angkasa,  yang  menentukan  radiasi  yang diterima  bumi.  Pergerakan  dan  perubahan
orbit  bumi  menyebabkan  perbedaan  radiasi yang diterima bumi Leurox 2005.
Hal ini
dijelaskan dalam
Teori Milankovich.
Dalam teorinya,
beliau memaparkan mengenai tiga hal yang dialami
oleh bumi
sehingga menghasilkan
perubahan  iklim  akibat  perbedaan  intensitas radiasi  matahari  di  permukaan  bumi.
Pertama,  Eksentrisitas  yaitu  perubahan bentuk  dari  orbit  imajiner  bumi  yang
mengelilingi  matahari.  Bentuk  orbit  tidak bulat,  tetapi  memiliki  nilai  eksentrisitas,
sehinggal  bentuknya  menjadi  sedikit  elips dan tidak bulat sempurna. Nilai eksentrisitas
suatu  orbit  berada  diantara  0  bulat sempurna  hingga  1  parabola  yang  tidak
memiliki  ujung.  Saat  ini  nilai  eksentrisitas bumi adalah 0.0167, sementara ribuan tahun
yang  lalu  nilainya  0.0034  hingga  0.058. Nilai  eksentrisitas  itu  akan  terus  berubah
membentuk  suatu  siklus  yang  bervariasi dalam  413,000  tahun  Berger  et  al.  2006.
Akibat  dari  bentuk  orbit  bumi  yang  seperti itu,  muncul  istilah  perihelion  dan  aphelion.
Ketika matahari berada dalam titik atau jarak terdekat  dengan  bumi  disebut  perihelion,
dimana bumi menerima radiasi paling tinggi dari  matahari  sehingga  suhu  menjadi  lebih
panas.  Titik  terjauhnya  disebut  aphelion, dimana  bumi  menerima  radiasi  matahari
terendah  sehingga  mengalami  penurunan suhu.
Kedua  adalah  Obliquity,    kemiringan bumi  ketika  berotasi.  Kemiringan  itu
bervariasi dalam kurun  waktu 40,000 tahun, dan bergerser antara 22,1
o
hingga 24,5
o
. Jika kemiringan  bumi  bertambah  maka  musim
panas  akan  lebih  panas  dan  musim  dingin akan  lebih  dingin.  Sebaliknya,  jika  terjadi
pengurangan  kemiringan  berarti  musim panas akan menjadi lebih dingin dan musim
dingin  akan  menjadi  lebih  panas.  Saat  ini kemiringan  bumi  berkurang,  sehingga  suhu
bumi  menjadi  semakin  panas.  Kemiringan bumi  saat  ini  adalah  23,5
o
,  dan  saat  ini sedang setengah jalan bergerak menuju nilai
minimumnya,  yaitu  22.1
o
A k c a m   2004. William  2003  menyatakan  kemiringan
bumi  sebesar  23.5
o
suhu  rata-rata  bumi adalah 15
o
C. Ketiga  adalah  Presisi,  yaitu  perubahan
arah rotasi karena bergesernya sumbu bumi. Siklus  ini  bervariasi  selama  19,000-23,000
tahun. Matahari
dan bulan
sangat berpengaruh
terhadap perubahan
ini. Dampak perubahan arah rotasi bumi ini bisa
mengubah waktu perihelion yang jatuh pada bulan Januari dan aphelion yang jatuh bulan
Juli.  Hal  ini  akan  meningkatkan  kontras musim  pada  salah  satu  belahan  bumi,
sedangkan  pada  bagian  lainnya  mangalami penurunan.  Sebagai  contoh  saat  posisi  bumi
sangat dekat dengan  matahari  musim dingin akan  lebih  panas  dan  sebaliknya.  Dampak
lain yang juga terjadi adalah perubahan utara dan selatan bumi sehingga suhu Kutub Utara
meningkat Breger 2006.
Perbedaan aktivitas tata surya
Tata  surya  mengalami  aktivitas  yang terjadi  sebagai  siklus.  Misalnya  siklus  titik
matahari sunspot maksimun dan  minimum 11  tahun  sekali  akan  menyebabkan
berubahnya  solar  constant    yang  sampai  ke permukaan  atmosfer  bumi.  Kemunculan
sunspot
tidak hanya
berguna dalam
menentukan  periode  rotasi  matahari,  tapi juga  untuk  menentukan  tingkat  aktivitas
matahari. Jika jumlah sunspot di permukaan matahari  banyak,  berarti  aktivitas  matahari
tinggi,  dan  begitu  juga  sebaliknya  LAPAN 2010.
Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan  iklim  bumi  dari  nilai
solar constant yang dipancarkan matahari. Jumlah  sunspot  berkorelasi  dengan  solar
constant.  Karena bintik matahari yang lebih gelap  dari  fotosfer  sekitarnya  mungkin
diharapkan bahwa bintik matahari lebih akan menyebabkan  kurang radiasi  matahari  dan
menurunnya  nilai   solar  constant .  Namun, margin  sekitar  bintik  matahari  lebih  terang
dan  lebih  panas  dari  rata-rata,  secara keseluruhan  bintik  matahari    meningkatkan
nilai  solar  constant.   Bintik  matahari minimum  yang  telah  diamati  terjadi sekitar
tahun  1645-1715. Hal  ini  bertepatan  dengan periode  pendinginan  yang  dikenal  sebagai
Little Ice Age  Lean dan Rind 1994.
Vulkanisme
Gunung  berapi,  baik  yang  masih  aktif maupun yang tidak, adalah sumber gas yang
berkelanjutan. Gunung
api juga
melemparkan hal berikut ke atmosfer: Uap air
Komponen  sulfur  kebanyakan  sulfur dioksida, SO
2
Karbon  dioksida  ,  35-65  dari  CO
2
diperlukan  untuk  menyeimbangkan kekurangan
dari sistem
lautan- atmosfir, dan
Klorin  36  juta  ton  dalam  setahun tanpa erupsi utama.
Gunung  Erebus,  di  Antartika,  dalam erupsi  yang  berkelanjutan  sejak  1972  telah
memancarkan lebih dari 1000 ton klorin per hari  370,000  dalam  setahun.  Hal  ini
menjadi kontributor utama dalam mereduksi ozon di atas Kutub Selatan Leurox 2005.
Selain  Klorin  komponen  di  atas  dapat terakumulasi  di  atmosfer  dan  menjadi
payung tebal yang menyebabkan panas bumi terperangkap  dibawahnya.  Selain  itu  radisi
matahari  akan  terhalang  oleh  payung tersebut  sehingga  permukaan  bumi  yang
ditutupi  oleh  komponen  vulkanik  tersebut akan  menerima  radiasi  matahari  yang  lebih
rendah. Pengaruh  dari  radiasi  tata  surya  telah
diukur  sejak  erupsi  dari  Krakatau  Sumatra, Indonesia  pada  1883.  Aerosol  dari  erupsi
ini  mengurangi  radiasi  tata  surya  secara langsung  20-30  dalam  beberapa  bulan.
Ledakan  Gunung  Agung  Bali,  Indonesia
pada  1963,  yang  kemudian  disebut  „erupsi abad  ini’  karena  kuantitas  abunya  yang
mencapai stratosfer,  membawa 24 reduksi pada radiasi langsung. Akan tetapi pengaruh
persebaran  pengganti  membawanya  turun sebesar hanya 6 dari total radiasi; butuh 13
tahun  untuk  debu  vulkanik  terdispersi Leurox 2005.
4.3  Skenario Budget