Simulasi Model Migrasi Analisis Model Heterogenitas Spasial

Perubahan jumlah populasi, baik pada populasi manusia terinfeksi maupun populasi nyamuk terinfeksi, karena naiknya laju kematian nyamuk sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 3 di atas, hasil simulasi memiliki pola yang sama. Perbedaan hanya pada jumlah maksimum atau minimum tiap populasi. Pada populasi manusia yang terinfeksi sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3, jika laju kematian nyamuk naik dan nilai parameter lainnya tetap, maka banyaknya populasi manusia yang terinfeksi semakin berkurang. Hal ini dikarenakan peningkatan laju kematian nyamuk menyebabkan penurunan pada jumlah nyamuk termasuk nyamuk terinfeksi. Pada populasi nyamuk yang terinfeksi sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3, jika laju kematian nyamuk naik dan nilai parameter lainnya tetap, maka jumlah populasi nyamuk yang terinfeksi semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena naiknya laju kematian nyamuk dapat menurunkan jumlah nyamuk termasuk nyamuk terinfeksi. Dengan penurunan jumlah tersebut maka kontak nyamuk dengan manusia juga akan berkurang. Bertambah atau berkurangnya jumlah tiap populasi cenderung tidak sama untuk setiap laju kematian nyamuk nyamuk, baik pada populasi manusia terinfeksi maupun populasi nyamuk terinfeksi.

4.3.2 Simulasi Model Migrasi

Simulasi selanjutnya adalah pada model Migrasi. Model ini memperhitungkan adanya nilai parameter e proporsi manusia yang bermigrasi. Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan peningkatan nilai e terhadap kestabilan sistem. Pada simulasi ini, parameter yang digunakan dalah β = 0.0025bulan, N = 5.000 orang, M = 10.000 nyamuk, γ = 0.33bulan, μ = 4bulan. Terdapat dua daerah dan simulasi dimulai dengan 1 manusia yang terinfeksi dan 10 nyamuk yang terinfeksi yang terdapat dalam masing-masing daerah, dengan nilai e yang berbeda yaitu e = 0.1, 0.5 dan 0.9. Gambar 4 berikut menunjukkan pengaruh nilai e yang dirubah : Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Gambar 4 Banyaknya manusia dan nyamuk yang terinfeksi disimulasikan menurut waktu untuk model Migrasi dengan nilai e yang dirubah. Perubahan jumlah populasi, baik pada populasi manusia terinfeksi maupun populasi nyamuk terinfeksi, karena adanya perubahan nilai e pada 0.1, 0.5 dan 0.9, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 4 di atas tidak ada perbedaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada model migrasi perubahan peningkatan nilai e proporsi manusia yang bermigrasi tidak berpengaruh terhadap kestabilan sistem. Sehingga pada nilai e berapapun, hasil simulasi akan sama. Simulasi berikut untuk mengetahui populasi manusia terinfeksi dan nyamuk terinfeksi pada model Migrasi adalah dengan melakukan perubahan rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi β dan laju kematian nyamuk . Dua parameter ini dipilih karena dianggap berpengaruh dalam penanggulangan wabah. Simulasi pada model Migrasi dengan N = 5.000 orang, M = 10.000 nyamuk, γ = 0.33bulan dan = 4bulan. Dalam satu daerah dengan 1 manusia yang terinfeksi dan 10 nyamuk yang terinfeksi. Nilai β yang diambil adalah 0.0025bulan, 0.003bulan, 0.01bulan, 0.05bulan dan 0.50bulan. Gambar 5 berikut ini menunjukkan perubahan jumlah manusia dan nyamuk yang terinfeksi ketika nilai rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi β yang diubah. 1 2 3 4 Waktu t 1000 2000 3000 4000 x1,x2,y1, y2 y2, e ฀0.1, 0.5, 0.9 y1, e ฀0.1, 0.5, 0.9 x2, e ฀0.1, 0.5, 0.9 x1, e ฀0.1, 0.5, 0.9 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com β = 0.0025 a β = 0.003 b β = 0.01 c β = 0.05 d β = 0.5 e Gambar 5 Banyaknya manusia yang terinfeksi pada daerah satu , manusia yang terinfeksi pada daerah dua , nyamuk yang terinfeksi pada daerah satu , dan nyamuk yang terinfeksi pada daerah dua , disimulasikan menurut waktu untuk model Migrasi dengan parameter β yang dirubah. Perubahan jumlah populasi, baik pada populasi manusia maupun populasi nyamuk, karena naiknya laju rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi β sebagaimana 1 2 3 4 5 Waktu t 1000 2000 3000 4000 5000 x1,x2,y1,y2 1 2 3 4 5 Waktu t 1000 2000 3000 4000 5000 x1,x2,y1,y2 1 2 3 4 5 Waktu t 1000 2000 3000 4000 5000 x1,x2,y1,y2 1 2 3 4 5 Waktu t 1000 2000 3000 4000 5000 x1,x2,y1,y2 1 2 3 4 5 Waktu t 1000 2000 3000 4000 5000 x1,x2,y1,y2 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com yang ditunjukkan dalam Gambar 5 di atas, hasil simulasi memiliki pola yang sama. Perbedaan hanya pada jumlah maksimum atau minimum populasi. Pada populasi manusia sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 5, jika laju rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi β naik dan nilai parameter lainnya tetap, maka banyaknya manusia yang terinfeksi semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena naiknya laju rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi β dapat meningkatkan nilai peluang kontak antara nyamuk terinfeksi dengan manusia sehingga banyaknya manusia yang terinfeksi dan nyamuk terinfeksi semakin bertambah dengan waktu yang semakin cepat. Pada populasi nyamuk yang terinfeksi sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 5, jika rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi naik dan nilai parameter lainnya tetap, maka jumlah populasi nyamuk yang terinfeksi semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena naiknya rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi dapat meningkatkan nilai peluang kontak antara nyamuk yang terinfeksi dengan manusia yang terinfeksi terinfeksi sehingga populasi nyamuk yang terinfeksi semakin bertambah. Bertambah atau berkurangnya jumlah tiap populasi cenderung tidak sama untuk setiap kenaikan rata-rata gigitan nyamuk terinfeksi, baik pada populasi manusia terinfeksi maupun populasi nyamuk terinfeksi. Simulasi pada model Migrasi selanjutnya dengan N = 5.000 orang, M = 10.000 nyamuk, γ = 0.33bulan dan β = 0.0025bulan. Dalam satu daerah dengan 1 manusia yang terinfeksi dan 10 nyamuk yang terinfeksi. Nilai parameter yang dirubah adalah laju kematian nyamuk . Dengan nilai μ yang diambil pada simulasi ini adalah 4bulan, 10bulan, 15bulan, 20bulan, dan 25bulan. Gambar 6 berikut ini menunjukkan perubahan jumlah manusia dan nyamuk yang terinfeksi ketika nilai parameter laju kematian nyamuk yang dirubah. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com = 4 a = 10 b = 15 c = 20 d = 25 e Gambar 6 Banyaknya manusia yang terinfeksi pada daerah satu , manusia yang terinfeksi pada daerah dua , nyamuk yang terinfeksi pada daerah satu , dan nyamuk yang terinfeksi pada daerah dua , disimulasikan menurut waktu untuk model Migrasi dengan parameter yang dirubah. 1 2 3 4 5 Waktu t 500 1000 1500 2000 2500 3000 x1,x2, y1, y2 1 2 3 4 5 Waktu t 500 1000 1500 2000 2500 3000 x1,x2,y1, y2 1 2 3 4 5 Waktu t 500 1000 1500 2000 2500 3000 x1,x2, y1, y2 1 2 3 4 5 Waktu t 500 1000 1500 2000 2500 3000 x1,x2,y1,y2 1 2 3 4 5 Waktu t 500 1000 1500 2000 2500 3000 x1,x2,y1,y2 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Perubahan jumlah populasi, baik pada populasi manusia terinfeksi maupun populasi nyamuk terinfeksi, karena naiknya laju kematian nyamuk sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 6 di atas, hasil simulasi memiliki pola yang sama. Perbedaan hanya pada jumlah maksimum atau minimum tiap populasi. Pada populasi manusia yang terinfeksi sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 6, jika laju kematian nyamuk naik dan nilai parameter lainnya tetap, maka banyaknya populasi manusia yang terinfeksi semakin berkurang. Hal ini dikarenakan dengan peningkatan laju kematian nyamuk menyebabkan penurunan pada jumlah nyamuk termasuk nyamuk terinfeksi. Dengan penurunan jumlah tersebut maka kontak nyamuk dengan manusia akan berkurang. Pada populasi nyamuk yang terinfeksi sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 6, jika laju kematian nyamuk naik dan nilai parameter lainnya tetap, maka jumlah populasi nyamuk yang terinfeksi semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena naiknya laju kematian nyamuk dapat menurunkan jumlah nyamuk termasuk nyamuk terinfeksi. Dengan penurunan jumlah tersebut maka kontak nyamuk dengan manusia juga akan berkurang. Bertambah atau berkurangnya jumlah tiap populasi cenderung tidak sama untuk setiap laju kematian nyamuk nyamuk, baik pada populasi manusia terinfeksi maupun populasi nyamuk terinfeksi.

4.3.3 Simulasi Model Kunjungan