setiap harinya Birkeland 1997. Ikan-ikan Scaridae merupakan hewan pengikis ekternal yang dominan.
Kelompok ini mengikis substrat dengan membersihkan materi sebagaimana kandungan alga yang mereka makan. Famili ini memiliki insting yang kuat dalam
mencari makan dimana tidak akan mendekati alga yang memiliki zat kimia Sale 1991.
Famili Siganidae memiliki jumlah jenis yang lebih sedikit, lebih konservatif dalam kebiasaan makannya serta memiliki pola distribusi yang terbatas.
Kebanyakan dari famili adalah pemakan turf alga, namun beberapa jenis juga memakan jenis alga yang lebih besar. Ikan ini lebih selektif memilih makanan
dibanding ikan lainnya Sale 1991. Kuiter 1992 menyatakan bahwa ikan-ikan dari famili Siganidae memiliki watak yang tenang seperti kelinci dan tidak agresif
oleh karena itu dinamakan juga rabbitfish. Sifat tenang dari ikan ini mempengaruhi pola makannya yang menyeleksi terlebih dahulu jenis
makanannya. Selain itu ketenangannya membuat ikan tersebut menjadi lebih pemalu dibandingkan dengan famili herbivora lainnya.
Herbivora merupakan satu proses ekologis yang sangat penting pada ekosistem terumbu karang. Herbivora merupakan satu-satunya mekanisme yang
mengendalikan kelimpahan alga. Jika pertumbuhan alga tidak dikendalikan maka komunitas alga akan segera mendominasi terumbu karang. Dominansi alga
berdampak negatif pada komunitas karang batu. Herbivora menyediakan ruang kosong untuk penempelan larva karang. Herbivora yang lebih besar tidak hanya
mencabik alga tetapi juga memarut dasar terumbu tempat tumbuhnya alga. Bagian kapur terumbu yang terbuka akibat cabikan tersebut akan segera
ditumbuhi oleh bakteri dan layak untuk menjadi tempat penempelan larva planula karang.
2.4 Karakteristik alga pada ekosistem terumbu karang
Alga mempunyai peranan yang penting dalam ekosistem terumbu karang. Sebagai produsen primer alga menambah cariying capacity untuk mendukung
ekosistem terumbu karang. Alga merupakan sumber makanan utama bagi ikan herbivora dan sebagai dasar pada jaring makanan di ekosistem terumbu karang.
Di wilayah temperate, alga dalam komunitas yang besar membentuk ekosistem yang disebut “kebun kelp”. Ekosistem ini didominasi spesies alga yang besar
yaitu : Laminaria dan Poryphora. Pada wilayah tropis alga terletak berdekatan
dengan ekosistem lain seperti padang lamun dan terumbu karang. Beberapa jenis alga menghasilkan kalsium karbonat seperti : Halimeda dan Corallinna
yang membantu terumbu karang dalam proses kalsifikasi. Selain itu juga alga mempunyai pengaruh dalam degradasi terumbu karang apabila ekosistem yang
awalnya didominasi terumbu karang digantikan oleh komunitas alga. Hal ini disebabkan penangkapan berlebih terhadap ikan-ikan herbivora, polusi yang
disebabkan nutrien dan sedimentasi Diaz-Pulido Mc Cook 2008. Berdasarkan karakterisik ekologi bentuk daun, ukuran, kekuatan,
kemampuan berfotosintesis, kemampuan bertahan terhadap grazing dan bentuk pertumbuhan alga diklasifikasikan ke dalam beberapa “functional from groups”
yaitu: 1. Turf alga : Kumpulan atau asosiasi beberapa spesies alga, sebagian besar
filamentous dengan pertumbuhan yang cepat, produktifitas dan rata-rata berkoloni yang tinggi. Turf alga memiliki biomass yang rendah per unit area,
tetapi mendominasi dalam proporsi yang besar pada area terumbu karang walaupun dalam terumbu yang sehat
2. Fleshy alga : Bentuk alga yang besar, lebih kaku dan secara anatomi lebih komplek dibandingkan dengan turf alga, lebih sering ditemukan di daerah
terumbu karang yang datar dan herbivor yang rendah karena kadang mereka memproduksi partikel kimia yag menghalangi grazing oleh ikan
3. Crustose alga : Tanaman keras yang tumbuh pada kulit melekat pada terumbu karang dengan penampakan seperti lapisan cat daripada tanaman
biasa, memiliki pertumbuhan yang lambat. Alga ini menghasilkan calcium carbonate batu kapur dan memiliki peran secara bersama dengan terumbu
karang dalam proses cementasi Tabel 1 Pengelompokkan “Functional grups” membantu dalam
pemahaman mengenai distribusi komunitas alga dan respon terhadap faktor lingkungan dimana alga dengan karakter ekologi yang sederhana memiliki
respon terhadap tekanan lingkungan yang terbatas, sedangkan alga yang dibedakan berdasarkan taksonomi juga mempunyai perbedaan baik secara
ekologi maupun respon terhadap lingkungan. Selain itu pengelompokkan alga berdasarkan “Functional grups” juga cukup membantu dimana di lapangan alga
sangat susah untuk diidentifikasi sampai ke tingkat spesies dan pendekatan ini sudah secara luas digunakan untuk membedakan komunitas alga dalam kajian
lingkungan di ekosistem terumbu karang Diaz-Pulido Mc Cook 2008.
Tabel 1 Kategori dan “functional groups” alga pada Great Barrier Reef Kategori alga
Functional groups Contoh di Great Barrier
Reef Turf alga
10 mm Mikro alga
Filamentous Lyngbya, Oscillatoria,
Cladophora, Polysiphonia Alga
10 mm Fleshy
Foliose Corticated
Leathery Calcareous
Calcareous articulated
Membranous Globose
Corticated Ulva, Laurencia,
Sargassum, Turbinaria, Anadyomene, Dictyota,
Lobophora, Halimeda, Amphiroa,
Ventricaria, Achanthopora
Menurut Diaz-Pulido Mc Cook 2008
berdasarkan pigmen dalam proses fotosintesis alga diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu :
1. Rhodophyta Red Algae 2. Ochrophyta Brown Algae
3. Chlorophyta Green Algae 4. Cyanophyta Blue-Green Algae
Dalam ekosistem terumbu karang alga mempunyai peranan yang penting yaitu : produsen primer karena dapat berfotosintesis dan merupakan makanan
bagi ikan herbivora, membantu konstruksi dan cementasi terumbu karang dengan menghasilkan calcium carbonate namun jika jumlahnya semakin banyak
maka berdampak negatif bagi terumbu karang. Alga memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat sehingga dapat menutupi areal terumbu karang. Kondisi ini
dapat menyebabkan perubahan struktur komunitas dari komunitas terumbu karang ke komunitas alga menyebabkan terjadinya degradasi karang namun
tergantung pada jenis alga Jompa Mc Cook 2002.
2.5. Pertumbuhan karang mudarekriutmen