Tabel 1 Kategori dan “functional groups” alga pada Great Barrier Reef Kategori alga
Functional groups Contoh di Great Barrier
Reef Turf alga
10 mm Mikro alga
Filamentous Lyngbya, Oscillatoria,
Cladophora, Polysiphonia Alga
10 mm Fleshy
Foliose Corticated
Leathery Calcareous
Calcareous articulated
Membranous Globose
Corticated Ulva, Laurencia,
Sargassum, Turbinaria, Anadyomene, Dictyota,
Lobophora, Halimeda, Amphiroa,
Ventricaria, Achanthopora
Menurut Diaz-Pulido Mc Cook 2008
berdasarkan pigmen dalam proses fotosintesis alga diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu :
1. Rhodophyta Red Algae 2. Ochrophyta Brown Algae
3. Chlorophyta Green Algae 4. Cyanophyta Blue-Green Algae
Dalam ekosistem terumbu karang alga mempunyai peranan yang penting yaitu : produsen primer karena dapat berfotosintesis dan merupakan makanan
bagi ikan herbivora, membantu konstruksi dan cementasi terumbu karang dengan menghasilkan calcium carbonate namun jika jumlahnya semakin banyak
maka berdampak negatif bagi terumbu karang. Alga memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat sehingga dapat menutupi areal terumbu karang. Kondisi ini
dapat menyebabkan perubahan struktur komunitas dari komunitas terumbu karang ke komunitas alga menyebabkan terjadinya degradasi karang namun
tergantung pada jenis alga Jompa Mc Cook 2002.
2.5. Pertumbuhan karang mudarekriutmen
Pertumbuhan karang mudarekruitmen adalah penghitungan jumlah individu muda coral baby coral, dengan kata lain : banyaknya individu baru dalam suatu
populasi. Rekruitmen karang memegang peranan penting dalam resilien karang. Tingkatan dan skala rekruitmen serta struktur spasial penyebaran diantara populasi
karang sangat berpengaruh terhadap dinamika populasi, dan ketahanan dari system tersebut. Dalam penyebaran larva, jumlah individu baru yang masuk dalan
sebuah populasi berkaitan dengan 5 faktor yaitu:
1. Proses - proses fisika oseanografi, contoh : upwelling, downwelling 2. Kelimpahan larva dalam kolom air
3. Kebiasaan larva migrasi vertikal mengikuti arus 4. Ketersediaan substrat yang sesuai untuk menetap
5. Faktor - faktor ekologi yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva setelah menetap persaingan, predator, makanan
2.6. Keterkaitan Ikan Herbivora, Alga dan Terumbu Karang
Herbivori sangat penting untuk mempertahankan komunitas karang dalam berkompetisi dengan makroalga. Dalam kondisi banyak nutrien, kecepatan
pertumbuhan makroalga yang pesat dapat membuat makroalga menutupi karang overgrowth. Karang yang kalah dalam kompetisi spasial tersebut mengalami
kekurangan cahaya matahari sehingga terjadi penurunan metabolisme dan pertumbuhan.
Secara alami makroalga merupakan biota yang sangat cepat menempati setiap ruang yang kosong. Jika herbivori dihilangkan dari kawasan tersebut, larva
karang sulit mendapatkan substrat keras untuk menempel dan tumbuh. Larva planula karang sangat membutuhkan kehadiran hewan herbivora untuk
membuka ruang yang penuh makroalga sehingga dapat menjadi tempat penempelan.
Kehadiran ikan herbivora dapat menjadi penyelamat karang tertentu dari agresivitas makroalga tersebut Bachtiar 2008
Di GBR, makroalga Sargassum siliquosum yang ditransplantasi dari terumbu di paparan dalam ke paparan tengah dapat tumbuh dengan baik jika
dikurung dari hewan herbivora McCook 1996. Hasil ini menunjukkan bahwa kelimpahan ikan herbivora yang tinggi pada paparan tengah sebagai faktor
pembatas dari distribusi makroalga tersebut, sedangkan analisis jaringan menunjukkan nutrient N, P bukan merupakan faktor pembatas. Peranan ikan
herbivora mungkin bukan satu-satunya faktor pembatas dari kelimpahan makroalga. Di kawasan Karibia, Williams et al. 2001 menemukan bahwa
makroalga sangat banyak di terumbu paparan tengah walaupun penangkapan ikan sangat sedikit. Percobaan dengan menggunakan ‘karang palsu’
menunjukkan bahwa tingginya tutupan makroalga dipicu oleh rendahnya tutupan karang. Pertumbuhan alga yang cepat terlalu banyak untuk dikonsumsi oleh
herbivora yang ada
.
Herbivori dilaporkan bervariasi antar paparan terumbu reef- shelves, karena kelimpahan herbivora bervariasi antar paparan terumbu.
Russ 1984a melaporkan bahwa kelimpahan ikan herbivora Acanthuridae dan Scaridae sangat bervariasi antar paparan terumbu, sedangkan Siganidae
tidak banyak berubah. Jumlah spesies dan kelimpahan populasi Acanthuridae dan Scaridae umumnya lebih tinggi pada paparan tengah midshelf dan paparan
luar outershelf, sedangkan paparan dalam innershelf banyak ditempati oleh Siganidae. Pada Northern Section GBR, komunitas Scaridae menunjukkan
kelimpahan yang tinggi dan biomasa yang rendah paparan dalam innershelf, sedangkan Scaridae menunjukkan kelimpahan rendah dengan biomasa tinggi
sedangkan pada paparan luar Hoey Bellwood 2008. Temuan ini juga mencerminkan adanya perbedaan ukuran tubuh dan komposisi jenis komunitas
ikan Scaridae antar paparan. Ikan Bolbometapon muricatum yang berukuran besar banyak ditemukan pada paparan luar dan menjadi pelaku utama dari erosi
kapur 87 dan pemangsaan karang 99, ikan Scarus rivulatus merupakan pelaku herbivori yang utama pada paparan dalam 70 Hoey Bellwood
2008. Interaksi alga dan terumbu karang dapat digambarkan dengan beberapa
mekanisme yaitu: kompetisi untuk mendapatkan cahaya, kontak langsung, kompetisi ruang dan suksesi Theobald 2003. Pada terumbu karang yang
sudah mengalami degradasi dimana terdapat sedimentasi dan juga overfishing terhadap hewan herbivora maka akan memperburuk kondisi tersebut. Terumbu
karang berkompetisi dengan alga untuk mendapatkan cahaya. Beberapa jenis alga menghalangiovershadow terumbu karang dari cahaya matahari sehingga
menggangu proses fotosintesis. Kontak langsung alga dan terumbu karang juga menyebabkan kematian karang karena abrasi Lirman 2001. Selanjutnya abrasi
secara terus menerus akan menyebabkan adanya pergerakan air yang membawa jamur dan bakteri menginvasi polip karang dan membunuh organisme
tersebut Hunter Cindy 2003. Hal terpenting lainnya yaitu adanya kompetisi ruang antara alga dan terumbu karang.
Keterkaitan antara kondisi alga dan rekruitmen karang dapat dilihat dengan beberapa mekanisme yaitu :
1. Alga menghambat tingkat rekruitmen karang dengan cara trap sediment. 2. Alga jenis empheral dan fleshy menghambat rekruitmen karang dengan cara
menguasai ruang, menghalangi cahayashading dan dengan cara silt traping Sammarco 1980.
3. Alga jenis filamentous menghambat rekruitmen karang dengan menghalangi cahayashading Sammarco 1981.
4. Alga menghalangi pertumbuhan dan rekruitmen karang dengan cara shading dan abrasi Miler Hay 1996.
Tutupan alga yang lebat bisa menghambat penempelan larva atau menurunkan kelulushidupan rekruit karena kompetisi terhadap ruang. Tetapi
banyaknya hewan herbivora di terumbu karang membuat keberadaan alga tidak menjadi pembatas. Banyak penelitian menunjukkan bahwa keberadaan hewan-
hewan perumput grazer dapat memfasilitasi penempelan larva dan mempertinggi kelulushidupan rekruit Choat Bellwood 1990.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Teluk Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur berlangsung selama 2 dua yaitu bulan April dan Mei 2010. Penelitian dilakukan pada
10 sepuluh stasiun pengamatan, masing-masing stasiun dengan 3 tiga kali ulangan.
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian Y
Tg. Karosso Tg. Karterbileh
Tg. Kolowale
Tg. Kopondai
Tg. Kurong
Tg. Kurubaja Tg. Leur
Tg. Lie Tg. Lisamu
Hansisi Tj. Kelapa
Otan Uiasa
Tj. Uikalui
Bolok P. Kambing
Pasir Panjang Paradiso
1 °
2 1
° 1
5 1
° 1
1 °
5
1 °
2 1
° 1
5 1
° 1
1 °
5
123°20 123°25
123°30 123°35
123°40 123°20
123°25 123°30
123°35 123°40
L A
U T
T I
M O
R TIM OR LESTE
KA B. AL O R KA B. BE LU
KA B. EN D E KA B. NG A DA
KA B. SI KK A KO TA K UP A NG
KA B. KU P AN G KA B. LE M BA TA
KA B. NA G A KE O KA B. M AN G
G A RA I KA B. RO T E- ND AO
KA B. SU M BA B AR A T KA B. SU M BA T IM UR
KA B. FL O R E S TIM O R
KA B. M AN G G A RA I B A RA T
KA B. TI M O R TE N G
A H UT A RA KA B. TI M
O R TE N G A H SE LA T AN
KA B. KU P AN G Ba a
So e En de
M b ay
Ru ten g Ata m bu a
M a um er e
Ka lab ah i Low e lab a
W a in ga pu
Lar an tu ka W
a ik ab uba k Ka fem e na nu
Lab ua n Ba jo Na ga Ke o
L A U T S
A W U
S A M
U D E
R A
H I
N D
I A
L A U
T F
L O R E S
TIM O R LE ST E S e
l a t
S u m b a
S el
at A l
o r P. S aw u
P. N d ao P. S em au
P. S ol or P. R in ca
P. R ai jua P. P an tar
P. K o m o do
P. A d ona ra
P. R OTI P. A LOR
P. SU MBA P. TI MOR
P. FLO RES P. LO MBI EM
OV . SA TENG GAR A B ARAT
PROV . NUSA TENG GAR A TI MU R
1 °
8 °
1 °
8 °
120° 122°
124° 120°
122° 124°
Kabupaten Jalan
Sungai Dua Garis Sungai Satu Garis
Ibu kota :
x {
NEGARA
Y
PROVINSI Stasiun Penelitian
Terumbu Karang Lamun
Mangrove
Sumber : - Peta Digital Indonesia, BAKOSURTANAL, 2004
- Direktorat Pulau-Pulau Kecil Ditjen KP3K - DKP - Direktorat Pesisir Lautan Ditjen KP3K - DKP
- MCRMP
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2010
Pusat Data dan Informasi Geografis Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Insert Peta :
PETA LOKASI PENELITIAN
TELUK KUPANG - P.SEMAU DAN SEKITARNYA
Bujur Timur
L in
ta n
g S
e lat
an