Metode Analisis Kebijakan Pemberantasan Illegal logging a. Metode Pengumpulan Data

55 beberapa kegiatan represif pemberantasan IL dilakukan, misalnya Operasi Wana Jaya, Operasi Wana Laga, Operasi Wana Bahari, Operasi Hutan Lestari OHL I, Operasi Hutan Lindung OHL II, Operasi Hutan Lestari OHL III. Syarief 2009 menyebutkan bahwa kegiatan operasi wanalaga telah menangkap 1.031 kasus dan kegiatan operasi wana bahari berhasil menangkap 971 kasus. Namun sayangnya kedua operasi tersebut tidak ada yang sampai ke pengadilan. Pada tahun 2003 operasi wana bahari berhasil menangkap 15 kapal pemuat kayu ilegal dan hanya satu yang dilimpahkan ke pengadilan Syarif, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai kebijakan berupa peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum dalam pemberantasan praktek IL di Indonesia.

5.2. Metode Analisis Kebijakan Pemberantasan Illegal logging a. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum pengaturan pengelolan hutan di Indonesia serta kebijakan pemberantasan praktek IL di Indonesia, meliputi : undang-undang, peraturan pemerintah, dan instruksi presiden, yang terkait dengan kebijakan pemberantasan IL di Indonesia. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kebijakan pemberantasan IL yang dianalisis merupakan peraturan perundang- undangan yang bersifat lex specialis dan juga lex generalis yang terkait dengan upaya-upaya pemberantasan IL di Indonesia. Peraturan perundang-undangan yang bersifat lex specialis sebagai dasar hukum pemberantasan IL di Indonesia yaitu : Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerntah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, Inpres Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal Di KawasanHutan Dan Peredarannya Di Seluruh Wilayah Republik 56 Indonesia. Adapun peraturan perundang-undangan yang bersifat lex generalis dan memiliki keterkaitan dengan pemberantasan IL di Indonesi yaitu : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang- undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang selanjutnya disempurnakan dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001, Undang-undang No. 20 tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang- undang No.31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, serta Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 127 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara dan Sekretariat Jenderal Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara Sumber data diperoleh dari beberapa instansilembaga yang berkaitan langsung dengan kebijakan pemberantasan IL di Indonesia, seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia POLRI, Departemen Kehutanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Pusat Informasi Kehutanan Provinsi Jambi, Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jambi, dan EC-FLEGT EC-Indonesia Forest Law Enforcement, Governance and Trade. Penelusuran peraturan perundang-undangan terkait dengan pemberantasan IL di Indonesia dilakukan pula dengan menggunakan fasilitas penelusuran browsing melalui internet.

b. Analisis Data