Pendahuluan Kebijakan Pemberantasan Illegal logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia

73

VI. ANALISIS EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING

6.1. Pendahuluan

Upaya pemberantasan pembalakan liar Illegal logging,IL telah menjadi perhatian pemerintah. Berbagai upaya pemberantasan IL di Indonesia dilakukan melalui sejumlah kegiatan, seperti upaya penegakan hukum dengan menggelar berbagai operasi pemberantasan IL di lapangan. Sejumlah operasi pemberantasan IL seperti operasi wanalaga, wanabahari, dan sebagainya dilakukan oleh pemerintah. Selain itu untuk mempertegas komitmen pemerintah dalam pemberantasan IL telah dikeluarkan kebijakan, seperti Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Indonesia. Kegiatan pemberantasan IL tidak hanya dilakukan pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tetapi juga dilakukan pada pemerintahan sebelumnya. Berbagai operasi penegakan hukum dilakukan, misalnya operasi wanalaga, wana bahari, operasi wana lestari, operasi hutan lindung, dan sebagainya. Selain itu, pemerintah pun telah melakukan sejumlah perjanjian kerjasama dengan negara lain untuk mempersempit ruang gerak perdagangan kayu ilegal. Beberapa nota kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah lainnya adalah a Pada tanggal 18 April 2002 ditandatangangi kerjasama dengan Pemerintah Inggris untuk memberantasa IL dan perdagangan internasional kayu dan produk turunannya yang ilegal; b penandatanganan kerjasama dengan Pemerintah Cina tanggal 18 Desember 2002 untuk pemberantasan perdagangan ilegal produk hasil hutan, c penandatanganan kerjasama dengan Pemerintah Jepang dalam pemeberantasan IL dan perdagangan kayu dan hasil hutan ilegal yang ditandatangani pada tanggal 24 Juni 2003; d penandatanganan letter of intent antara Departemen Kehutanan dengan USDA Forest Services Amerika Serikat pada tanggal 13 74 November 2006 yang diikuti dengan nota kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat dalam pemberantasan IL dan perdagangan yang terkait dengannya pada tanggal 17 November 2006; serta e menerima upaya-upaya yang dilakukan Uni Eropa dalam memberantasan IL dan perdagangan yang terkait dengannya di bawah rencana aksi dari program FLEGT Forest Law Enforcement, Governance, and Trade yang mulai diadopsi sejak Mei 2003. Upaya-upaya pemberantasan IL yang dilakukan melalui sejumlah kebijakan dan kerjasama secara internasional belum menampakkan hasil yang memuaskan dan memberikan efek jera detterent effects terhadap pelaku dan jaringannya. Masduki 2009 menyebutkan bahwa efektifitas pemberantasan masih sangat rendah yang diindikasikan dengan hanya 4,3 dari kasus IL pada tahun 2005 yang diputuskan dan memiliki kekuatan hukum tetap in kracht. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan penegakan hukum IL masih menemui beberapa kendala. Lebih lanjut Masduki 2009 menyebutkan bahwa kendala penegakan hukum pemberantasan IL di Indonesia disebabkan oleh pengadilan tidak mendukung pemberantasan IL dan penegakan hukum hanya menyentuh pelaku di tingkat bawah dan kurang menyentuh pelaku utama aktor tingkat atas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas implementasi kebijakan pemberantaan IL di Indonesia

6.2. Metode a. Metode Pengumpulan Data